Marching Band Mensyiarkan Pondok Pesantren

Penampilan marching band bukan hanya sekadar pertunjukan musik. Ada disiplin, tanggung jawab, kekompakan, kerja sama, dan penguasaan keterampilan alat-alat musik. Untuk penampilan 30 menit saja dibutuhkan latihan yang tidak sebentar. Kekuatan fisik dan mental pun jelas menjadi keharusan, demi sebuah performa yang maksimal.

Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza memiliki tim marching band Dza ‘Izza Corps yang merupakan perkembangan dari marching band yang didirikan dan dipegang oleh K.H. Ahmad Rifa’i Arief (alm.).

“Berawal dari sejarahnya, marching band di Daar el-Qolam ini langsung didirikan oleh pendiri pondok, K.H. Ahmad Rifa’i Arief (alm.), yang pada mulanya anggotanya adalah anak-anak atau adik-adik beliau. Makanya marching band itu sampai sekarang dipegang langsung oleh pemimpin pondok, baik Daar el-Qolam 1, 2, 3, dan 4,” kata Ustaz Achmad Mirza, S.T. pelatih marching band Daar el-Qolam pada Kamis (2/11/2023).

Sejak awal, tujuan dibentuknya marching band adalah sebagai bagian dari syiar pondok. Bukan semata untuk kegiatan seni, tapi memiliki tujuan dakwah. Selain itu, para anggota marching band juga diharapkan memiliki kepribadian yang baik.

“Marching band ini menjadi salah satu yang diharapkan akan mensyiarkan pondok pesantren. Makanya, ketika marching band akan mengikuti event di luar, atau penampilan di mana pun, marching band punya tanggung jawab untuk mensyiarkan pondok pesantren. Ketika tampil itu harus yang paling bagus. Namanya saja Nada Syiar Daar el-Qolam,“ jelas pelatih yang akrab dipanggil Kak Mirza.

Disiplin, Kekeluargaan, dan Kemandirian

Banyak nilai-nilai positif yang terdapat dalam marching band yang menjadi keunggulannya sehingga tidak sedikit lembaga pendidikan yang memiliki marching band. Bukan hanya untuk seni dan meraih prestasi, tapi juga menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter.

“Marching band itu terkenal dengan disiplinnya. Sejak awal sudah kita tanamkan, kalau mau ikut marching band kita punya disiplin. Selain itu, marching band juga dikenal dengan kekeluargaannya. Karena latihan marching band itu gabungan dari kelas 1 sampai kelas 6. Ketika latihan tidak ada gap antara senior dan junior. Yang kelas bawah menghormati yang kelas atas, dan yang kelas atas bisa merangkul yang kelas bawah. Dan pelatih pun melatihnya dengan cara yang sama, tidak membeda-bedakan,” ujar Kak Mirza.

“Anggota marching band juga dikenal dengan kemandiriannya. Mentalnya harus kuat, tidak mengeluh. Fisik juga kita tempa untuk tahan menghadapi keadaan cuaca ketika memainkan alat musik berat atau ringan,” lanjut Kak Mirza.

Dza ‘Izza Corps

Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza memiliki marching band sendiri yang bernama Dza ‘Izza Corps yang baru dibentuk setelah masa pandemi. Dza ‘Izza Corps ini dibentuk sesuai dengan karakternya yang khas.

“Marching band Daar el-Qolam 3 baru dipisah. Awalnya digabung dan latihannya di Daar el-Qolam 1. Setelah masa pendemi barulah berdiri sendiri. Latihannya dilakukan di Daar el-Qolam 3. Capaian yang ingin kita raih yaitu para pemain memiliki karakter sesuai yang diharapkan. Ini harus kita bangun dari awal dan memiliki karakter sendiri,” ujar Kak Mirza.

“Sesuai amanat Mudir, anak-anak marching band itu harus lebih profesional, lebih siap, kuat, berakhlak, bahkan lebih go international. Kita bangun ini pelan-pelan karena baru berdiri sendiri,” lanjutnya.

Di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 ini marching band termasuk kegiatan kokurikuler yang memiliki nilai rapot. Kriterianya berdasarkan keaktifan dan pencapaian materi sesuai silabus, di antaranya penguasaan alat musik. Kak Mirza berharap marching band Daar el-Qolam 3 yang bernama Dza ‘Izza Corps lebih berprestasi, anggotanya banyak, dan mengikuti event-event besar nasional maupun internasional. Bahkan marching band Daar el-Qolam 3 ini diharapkan lebih mensyiarkan pondok pesantren.