Lomba Puisi, Berani Tampil dan Berkarya

Membaca puisi bukan sekadar ungkapan kata yang tertata dan bernada, tetapi mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam kekayaan bahasa yang penuh makna. Ada perpaduan indah antara kata, makna, ekspresi, intuisi, pikiran, dan perasaan. Sebuah perpaduan yang tak akan ditemukan dalam pemikiran rasional-diskursif. Tak heran kaum sufi dan penyair mistis lebih memilih puisi untuk mengungkapkan pengalaman spiritual mereka. Puisi dianggap lebih mewakili perasaan terdalam yang tak terungkap kata, namun terwakili oleh bait-bait syair penuh makna.

Dalam lomba puisi yang diselenggarakan pada 25 Januari 2024, hal tersebut dieksplorasi dengan penampilan dan karya santri di atas panggung Ballroom Asy-Syahid Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza. Para santri yang menjadi peserta lomba puisi berupaya menampilkan dan mengekspresikan karya mereka dengan sebaik mungkin.

“Ini adalah lomba membuat dan membaca puisi. Pesertanya bersifat umum, dari santri SMP maupun SMA, yang diselenggarakan pada Kamis, 25 Januari 2024,”  kata Ustaz Cucu Sudiana, penanggung jawab kegiatan Gebyar Keilmuan dan Sains, suatu rangkaian kegiatan dalam rangka Milad ke-16 Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza.

Menurut Ustaz Cucu, pesertanya cukup banyak, ada sekitar dua puluhan peserta. Puisi yang dibuat pun ada beberapa yang hasil kolaborasi.

“Ada santri yang bisa membuat, tapi tidak bisa membacakan puisi. Jadi, puisinya dibuat oleh si A misalnya, tapi yang membacakan si B teman sekelasnya yang lain. Tidak apa-apa, meskipun konsep kita awalnya santri yang membuatnya sendiri dan dia yang membacakannya sendiri. Tapi kita izinkan seperti itu,” ujarnya.

Ustaz Cucu mengungkapkan bahwa kriteria penilaiannya berdasarkan kesesuaian dengan tema, unsur batin, diksi, lafal, intonasi, dan ekspresi.

“Tujuannya untuk menentukan peminatan dan pencarian bakat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemenang lomba puisi ini ikut dalam penampilan kolaborasi waktu PPKA kemarin. Selain itu, di Kedinasan itu ada festival literasi yang salah satu di antaranya ada lomba membaca puisi. Ini menjadi salah satu keinginan kita agar santri ikut lomba tingkat nasional,” ujarnya.

Lomba puisi telah mengungkap bagaimana minat dan bakat santri terhadap puisi. Mereka memiliki potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut di bidang tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ustazah Tria Achiria selaku juri dalam lomba puisi.

“Saya cukup excited terhadap perkembangan anak-anak ketika membacakan puisi, karena ekspresi mereka sudah bagus, walaupun di sini tidak ada bimbingan pembacaan puisi,” kata Ustazah Tria saat diwawancara pada Rabu (31/1/2024).

Menurut Ustazah Tria, ada beberapa anak yang cukup menonjol dalam pembacaan puisi, sehingga cukup mudah dalam menentukan pemenangnya.

“Kira-kira dari dua puluh tiga peserta, ada tiga orang yang menonjol. Jadi sama sekali tidak mengalami kesulitan menentukan siapa pemenangnya,” ujarnya.

Ustazah Tria pun mengungkapkan keinginannya untuk memberikan bimbingan bagi santri dalam pembacaan puisi dan musikalisasi puisi. Hal ini sangat dibutuhkan agar minat dan bakat mereka  di bidang puisi dapat dikembangkan dengan baik.

“Saya sudah lama ingin mengadakan bimbingan pembacaan puisi atau musikalisasi puisi supaya minat dan bakat anak-anak terhadap puisi tersalurkan. Walaupun saya tidak tahu antusiasme santri-santri terhadap puisi itu sebesar apa. Tapi saya rasa dilihat dari lomba ini, wajib diadakan kelas pembacaan puisi atau musikalisasi puisi,” ujarnya.

Dalam penilaian Ustazah Tria berdasarkan perlombaan puisi, para santri memiliki potensi yang baik dan perlu untuk mendapatkan perhatian.

“Jika dilihat dari lomba ini potensi anak cukup baik, mereka sudah bisa berekspresi, tidak lagi malu-malu, dan sudah cukup menguasai panggung dengan baik,” ujarnya.

“Saya cukup bangga dengan acara ini, cukup sukses. Hal itu bisa menstimulus anak-anak agar berani berkarya dan berani tampil,” pungkasnya.