Debat Ilmiah Santri Mendorong Tumbuhkan Literasi

Perdebatan ilmiah merupakan aktivitas yang lazim di kalangan ilmuwan dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam forum-forum ilmiah para ilmuwan terbiasa mengutarakan argumen, kemudian ilmuwan lain akan menanggapinya sehingga terjadi perdebatan. Dalam proses dialektika semacam itu akan muncul wawasan dan perspektif baru yang menjadi pertimbangan untuk memecahkan suatu masalah.

Imam Syafi’i pun mengakui manfaat perdebatan selama tidak untuk menyombongkan ilmu dan menjatuhkan kehormatan orang lain. Jika bertujuan untuk mencari kebenaran hal itu tidak dilarang. Maka penguasaan terhadap sumber-sumber ilmu pengetahuan menjadi keniscayaan sebagai landasan argumentasi. Tidak lupa, dibarengi dengan etika yang baik. Hal inilah yang diharapkan dari lomba Debat Ilmiah Santri yang diselenggarakan pada 22-25 Januari 2024. Peserta terdiri dari santri SMA kelas 1 dan 2, baik putra maupun putri.

“Kalau dilihat dari kegiatan ekskulnya, ini turunan dari Dza ‘Izza Inteleksia. Ini tahun kedua kita mengadakan lomba Debat Ilmiah Santri. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan santri dalam berdebat dengan topik yang sudah ditentukan oleh panitia,” kata Ustaz Cucu Sudiana, S.Pd. selaku penanggung jawab kegiatan Gebyar Keilmuan Sains dan Sosial, suatu rangkaian kegiatan dalam rangka Milad ke-16 Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza.

“Mulai dari babak penyisihan, terpisah antara putra dan putri. Baru di dua hari terakhir babak final. Untuk babak penyisihan temanya tentang peran keluarga bagi perkembangan anak, kemudian budaya membaca santri di Indonesia. Untuk babak final topik yang dibahas adalah dampak kecerdasan buatan (AI) bagi dunia pendidikan,” jelas Ustaz Cucu.

Menurut Ustaz Cucu, ada tiga kriteria yang dinilai. Pertama, kualitas argumen. Kedua, kemampuan menyampaikan argumen. Ketiga, kemampuan menjawab pertanyaan.

“Ada beberapa tim yang belum bisa berargumentasi dengan baik. Maka harapannya dari lomba ini, santri dapat memahami contoh cara berdebat atau mengungkapkan argumen dengan baik,” ujarnya. “Lomba debat ilmiah juga menuntut para peserta untuk membaca buku dan sumber informasi dengan baik. Itulah harapannya, peningkatan literasi anak terhadap sumber-sumber informasi berupa buku atau sumber-sumber dari media digital agar bisa dimanfaatkan dengan baik,” pungkasnya.