Amanat Upacara Milad Ke-16 Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza

Pada Ahad (21/1/2024) diselenggarakan Upacara Milad ke-16 Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza. Bertindak sebagai Inspektur Upacara KH. Zahid Purna Wibawa, S.T., Mudir al-Ma’had Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza. Upacara dihadiri oleh seluruh guru dan santri Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza. Turut pula dihadiri oleh sejumlah tamu undangan.

Dalam kesempatan tersebut KH. Zahid Purna Wibawa, S.T. menyampaikan amanat upacara yang berlangsung dengan khidmat.

“Ini merupakan momentum tasyakur dalam rangka Milad ke-56 Pondok Pesantren Daar el-Qolam yang bertema “Eksis Merawat Tradisi dan Dinamis Merespons Modernisasi”, dan Milad ke-16 Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza yang bertema “Mencetak Generasi Ahl al-‘Izzah yang Berwawasan Global.”

Kiai Zahid menyampaikan dan mengulang kembali pesan yang sering disebutkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Daar el-Qolam KH. Ahmad Syahiduddin. “Saya hanya ingin mengingatkan dan  mengulang yang pernah disampaikan oleh Pengasuh Pondok, KH. Ahmad Syahiduddin,” kata Kiai Zahid.

“Sejarah merupakan pengingat, penguat, dan penggerak kita. Peringatan milad bukanlah selebrasi atau hura-hura tanpa makna tapi sebagai sarana untuk mengingat dan mengambil pelajaran dari perjuangan besar para masyayikh, penggagas, dan pendiri pondok, khususnya KH. Abah Qasad Manshur, Ibu Hj. Hindun Mastufah, dan KH. Ahmad Rifa’i Arief. Lebih khusus lagi bagi Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, KH. Ahmad Syahiduddin,” lanjut Kiai Zahid.

Kiai Zahid mengungkapkan bahwa KH. Ahmad Syahiduddin  pernah mengingatkan, jangan berpikir masa lalu, tapi harus belajar dari masa lalu untuk kebaikan masa depan. Sesuai dengan firman Allah Swt.:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan (Qs. al-Hasyr: 18).

“Peringatan milad menjadi sarana introspeksi dan penyemangat diri, memunculkan tekad, dan kemauan kuat agar mampu berbuat lebih untuk kebaikan diri dan masyarakat, dengan menjadi generasi ahl al-‘izzah yang berwawasan global,” ucap Kiai Zahid.

Kiai Zahid menjelaskan bahwa ahl al-‘izzah adalah ahl al-ziyadah, ahl al-qiyadah, dan ahl alriyadah. Ahl al-ziyadah yaitu menjadi mutakhalliq, muta’allim, mutamaddin. Ahl al-qiyadah manakala memiliki kualitas dan kemauan mundzir wa qaid al-qaum. Ahl al-riyadah mampu menjadi muslih al-qaum.

Kiai Zahid juga mengungkapkan bahwa KH. Ahmad Syahiduddin mengingatkan untuk berlomba-lomba mempelajari sejarah, menjadikannya sebagai sarana introspeksi diri, sarana untuk penyemangat, sehingga kita punya kemauan dan dengan itu punya kemampuan.

“Pentingnya kemauan yang kuat. Karena kalaupun kita mampu, tapi tidak memiliki kemauan, maka tidak akan pernah terlaksana. Kemauan yang kuat dan disertai kemampuan, serta semangat dan etos kerja yang kuat, aktif menjalani apa yang dilakukan, bergerak cepat tanpa menunda. Kiai Syahid lihat dan  pelajari itu dari sosok inspiratif beliau, Kiai Qasad Manshur dan Kiai Rifa’i, saat merintis dan membangun pondok. Kiai Syahid merangkumnya dalam ucapan singkat penuh makna, semua karena kemauan,” ujar Kiai Zahid.

Kiai Zahid menggambarkan bagaimana Abah Qasad berjuang bukan karena kemampuan (kekayaan), tapi karena kemauan, dengan kondisi serba keterbatasan. Demikian pula Kiai Rifa’i dengan serba keterbatasan. “Karena punya kemauan yang kuat, Insyaallah menjadi kenyataan. Sekali lagi, semua karena kemauan, bukan kekayaan,” ucap Kiai Zahid.

“Dengan kemauan yang kuat, lakukan apa yang dapat dilakukan. Jangan pernah menunggu kesempatan. Jangan pernah menunda pekerjaan. La tuakhir amalaka,” lanjutnya.

Berikutnya Kiai Zahid menyampaikan nasihat-nasihat KH. Ahmad Syahiduddin untuk membangun generasi ahl al-izzah yang berwawasan global, dengan landasan firman Allah Swt.:

وَللهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لاَ يَعْلَمُونَ 

Kemuliaan itu hanya milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya.(QS al-Munafiqun :8)

Ada sebelas nasihat KH. Ahmad Syahiduddin bagi ahl al-‘izzah, sebagaimana disampaikan kembali oleh KH. Zahid Purna Wibawa, yaitu:

  1. Landasi gerak dengan keikhlasan dan kesabaran, sehingga walaupun sibuk kita tidak akan merasa tertekan; kita tidak akan merasa tertekan jika ada keikhlasan. Lalu sabar, bukan berarti menunggu, tapi melakukan sesuatu terus-menerus sampai mencapai yang lebih baik. Sabar bukan berarti tidak bergerak dan tidak berusaha. Sabar itu melakukan sesuatu terus-menerus. Jika gagal, lanjutkan, ulangi, sampai berhasil;
  2. Landasi gerak dengan disiplin, jangan biarkan ada waktu kosong. Waktu kosong cenderung membawa keburukan. Maka sibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan. Aktif dengan segala aktivitas yang bermanfaat;
  3. Landasi kemauan dan cita-cita dengan ilmu pengetahuan. Kemauan tanpa ilmu sulit mencapai target. Ilmu adalah sistem yang wajib dilalui manakala ingin sempurna mencapai tujuan. Barangsiapa menghendaki dunia, raih dengan ilmu. Barangsiapa menghendaki akhirat, raih dengan ilmu. Barangsiapa menghendaki keduanya, raih dengan ilmu;
  4. Ambil peran yang bermanfaat. Eksistensi manusia tidak cukup dengan nama, tapi yang terpenting adalah perbuatannya yang membawa manfaat bagi manusia. Nama Muhammad dalam al-Qur’an hanya tertulis empat kali, tetapi ayat-ayat yang berkisah tentang kemuliaan Nabi Muhammad sangat banyak. Artinya, manusia terkenal tidak karena namanya. Manusia dikenal karena apa yang telah ia perbuat untuk orang banyak;
  5. Menjadi pribadi yang dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan fokus pada prestasi. Ketika diberikan kesempatan jadilah manusia yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Jangan pernah menghitung hari, tapi hitunglah prestasi;
  6. Fokus pada hidup yang berkualitas, bukan kuantitas. Angka hanya urutan, umur bisa saja pendek, maka kita hidup mengejar kualitas, bukan kuantitas. Panjang umur tapi tidak bermanfaat bagi orang banyak tidak ada gunanya. Hidup itu kualitas, bukan kuantitas; bukan jumlahnya, tapi nilainya;
  7. Manfaatkan waktu untuk suatu yang bernilai. Bukan panjang pendeknya waktu yang menjadi permasalahan, tapi seberapa pandai memanfaatkan waktu itu, seberapa pandai mengamalkan apa yang didapatkan sepanjang waktu itu. Seberapa pun banyak ilmu yang didapatkan, tapi tidak dimanfaatkan untuk orang banyak maka menjadi mubazir, tidak bermanfaat bagi banyak orang;
  8. Iman dan ilmu modal utama dalam kehidupan global. Hal ini sebagaimana Tagline  go global. Sebagai generasi penerus bangsa, tingkatkan kualitas diri untuk menghadapi tantangan kehidupan global yang amat mencengkeram di masa yang akan datang. Hargai perjuangan leluhur kita dengan meningkatkan prestasi, dengan dua faktor yang menjadi jaminan Allah Swt untuk mencapai kemerdekaan hakiki, yaitu kekuatan iman dan penguasaan ilmu pengetahuan;

Kita yang berkumpul dan belajar di pondok pesantren ini memiliki keberagaman asal-usul dan latar belakang budaya, tetapi kita memiliki tujuan yang sama sebagai generasi penerus, yaitu mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan kualitas penguasaan ilmu pengetahuan. Mari kita bersama-sama membangun jati diri dan martabat bangsa sehingga kita tidak hanya dihargai oleh bangsa-bangsa lain, tetapi juga mampu menguasai dunia dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat sesuai dengan konsep Islam yaitu menjadi rahmatan lil alamin;

  • Jadilah pemain, bukan penonton. Be a global player. Pesantren harus mampu mengikuti perkembangan zaman, sebab kalau tidak hanya menjadi penonton, tidak pernah menjadi pemain;
  • Selalu menjaga tiga hal dalam hidup. Pertama, amalkan ilmu. Kedua, berakhlak. Ketiga, beribadah kepada Allah Swt.;
  • Empat jalan menuju sukses. Surat al-Asr maknanya merupakan jalan menuju sukses. Hal ini ada empat. Pertama, beriman. Kedua, amal saleh. Ketiga, saling menasihati dalam kebenaran. Keempat, saling menasihati dalam kesabaran. Pasti akan sukses, karena itu janji Allah. Maka dari itu amalkan surat al-ashr insyaallah akan menjadi ahl al-izzah.

Setelah menyampaikan pesan-pesan tersebut Kiai Zahid mengimbau para santri untuk berbakti pada kedua orang tua dan hormat pada guru. Karena berkah orang tua dan guru akan membawa pada keridaan Allah dan menuju surga-Nya. Kiai Zahid pun memimpin doa untuk kebaikan dan keberkahan bagi seluruh hadirin.