Jabir ibn Hayyan, Sang Bapak Kimia

Dalam sejarah peradaban Islam, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa itu berkembang dengan sangat pesat. Beragam riset, temuan, dan teori bermunculan di semua bidang keilmuan. Bahkan muncul ilmu baru yang tersistem dengan metode ilmiah yang belum ada sebelumnya. Salah satunya adalah kimia (alkimiyya), yang sebelumnya berhubungan dengan mitos dan sihir. Di tangan para ahli kimia muslim, kimia menjadi disiplin ilmiah yang diakui validitasnya. Jabir bin Hayyan menjadi salah satu ahli kimia yang berjasa mengembangkan ilmu kimia ke tahap eksperimen ilmiah yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Menurut Philip K. Hitti dalam karyanya History of The Arabs, bahwa selain perkembangan ilmu kedokteran, astronomi dan matematika, ilmuwan muslim turut serta memberikan kontribusi ilmiah terbesar di bidang kimia. Dalam kajian ilmu kimia dan fisika ilmuwan muslim telah memperkenalkan tradisi riset yang objektif, sebagai upaya perbaikan dan penyempurnaan pada tradisi pemikiran Yunani yang cenderung spekulatif.

Kehidupan Jabir bin Hayyan

Muhammad Gharib Jaudah dalam karyanya 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, menyebutkan bahwa Jabir bernama lengkap Abu Musa Jabir bin Hayyan bin Abdullah al-Azdi. Leluhurnya berasal dari kabilah Yaman yang bermigrasi ke Kufah setelah robohnya bendungan Ma’rib. Dia dilahirkan di kota Thus Iran sekitar tahun 101 H (720M) dari seorang ayah yang bekerja di dunia farmasi.

Menurut Muhammad Gharib Jaudah, perjalanan intelektual Jabir bin Hayyan dimulai dari belajar ilmu agama. Dia berguru kepada Harb al-Hamiri, juga pada Imam Ja’far Ash-Shadiq (83H/702 M – 148/765M). Ja’far ash-Shadiq merupakan dzurriyah dari Rasulullah Saw. Menurut Fahmi Mathius Ishaq dalam karyanya al-Ulama wa al Muslimun menjelaskan bahwa Jabir bin Hayyan menguasai dengan baik bahasa Yunani dan latin.

Menurut Seyyed Hossein Nasr dalam karyanya Sains Dan Peradaban Di Dalam Islam, Jabir dikenal dengan Geber dalam versi latinnya, dan dikenal sebagai Bapak Kimia. Jabir merupakan sosok istimewa dalam bidang ilmu kimia selama berabad-abad lamanya dengan otoritas tertinggi dalam bidang ini. Dikatakan pula bahwa Jabir bukan hanya dikenal sebagai seorang ilmuwan yang besar, tetapi juga dikenal sebagai seorang sufi yang mendalami tasawuf dan filsafat.

Jabir hidup di masa akhir Daulah Umayyah dan permulaan Daulah Abbsiyah hingga masa Harun al-Rasyid. Karena munculnya situasi politik yang tidak stabil dan tidak mendukung, Jabir yang semula dekat dengan khalifah, memutuskan untuk menetap di Kufah dan bersembunyi dari para pendukung khalifah, tanpa ada seorang pun dari mereka yang tahu. Jejaknya baru diketahui setelah dua abad semenjak wafatnya. Saat itu laboratoriumnya ditemukan setelah digusurnya rumah-rumah yang terletak di distrik Bab Damaskus tempat di mana ia tinggal. Jabir wafat di kota kelahirannya sekitar 197H/813M.

Keistimewaan di Bidang Kimia

Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa sebelum masa Jabir bin Hayyan, kimia merupakan sekumpulan praktik profesi primitif yang didasarkan pada pengalaman. Kimia banyak di pergunakan oleh orang-orang Mesir kuno dalam pengawetan mayat Firaun. Juga untuk menyamak dan produksi barang-barang industri seperti pembuatan barang-barang tambang, kaca, cat serta menyuling minyak dan parfum. Juga menggunakannya dalam rangka mengubah hasil tambang agar bernilai tinggi.

Jabir adalah ilmuwan yang bersemangat mengadakan riset tentang rahasia elixir (cairan yang dapat mengubah barang tambang menjadi bernilai tinggi). Jabir adalah sosok yang sangat bersemangat untuk melakukan riset dan mengembangkannya dengan konsep-konsep baru berdasarkan ilmu yang dimiliki. Dia menemukan beragam teori-teori baru, yang kemudian dikembangkan oleh para ilmuwan setelah masanya.

Jabir merupakan sosok pelopor yang melakukan riset dengan metodologi ilmiah yang benar. Pada masa itu belum dipahami dan digunakan oleh para ilmuwan secara umum. Sebelum peradaban Islam lahir, perkembangan ilmu  masih didominasi oleh mitos-mitos, jauh dari metode ilmiah. Dan ilmu kimia oleh masyarakat umum masih identik dengan sesuatu yang berbau sihir dan khurafat.

Karya Jabir bin Hayyan

Jabir termasuk ilmuwan yang produktif, banyak buku yang dikarangnya. Dari beberapa referensi dikatakan bahwa ia menulis hampir 500an makalah dalam bidang kimia. Dia juga menulis buku-buku tentang kedokteran, filsafat, astronomi, matematika, logika, fisika bahkan puisi atau sastra.

Berikut di antara karya Jabir bin Hayyan:

  1. Al-Khawash Al-Kabir, buku yang paling terkenal dan tersimpan di museum Inggris;
  2. Al-Jamal Al’isrun, berisi tentang dua puluh makalah kimia;
  3. Al-Ahjar, manuskripnya tersimpan di perpustakaan nasional  di paris;
  4. Asrarul Kimiya;
  5. Ushulul Kimiya.

Karya-karya Jabir begitu dihargai dan menjadi rujukan bidang kimia di Eropa Abad Pertengahan dan memberikan pengaruh bagi perkembangan ilmi kimia menjelang Abad Modern. Sayangnya, di kalangan umat Islam pengaruh karya-karya Jabir meredup dan tidak terdapat kelanjutan yang signifikan untuk meneruskan tradisi ilmiah ini.

Pemikiran Ilmiah

Jabir bin Hayyan merupakan ilmuwan yang sangat memperhatikan proses eksperimen dalam riset yang dilakukannya. Ia melakukan pengamatan yang sangat ketat dan teliti. Masih menurut Muhammad Gharib Jaudah, Jabir mengajarkan kepada para muridnya untuk melakukan eksperimen. Karena orang yang bekerja tanpa melakukan eksperimen, dia tidak akan pernah menekuninya, dan akan dianggap bahwa orang tersebut belum berkompeten. Menurut Jabir, dari eksperimen itulah akan didapatkan beragam ilmu pengetahuan.

Jabir selalu menitikberatkan pada setiap riset yang dilakukan dengan eksperimen dan tidak membuat perkiraan, semuanya dilakukan dengan proses observasi yang ketat, dengan ketelitian yang tinggi yang dibarengi dengan pengetahuan yang baru. Karena di setiap pembuatan sesuatu yang baru membutuhkan caranya tersendiri agar kemudian menjadi karya perintis.

Jabir menegaskan bahwa kesempurnaan membuat sesuatu, tergantung pada pola kerja dan eksperimen yang dilakukan. Bagi orang yang tidak bekerja dan tidak mencoba, selamanya dia tidak akan berhasil. Jabir juga menegaskan bahwa pengetahuan tidak akan didapatkan, kecuali dengan melakukan sebuah uji-coba atau eksperimen.

Bagi Jabir bin Hayyan riset adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan kaidah ilmiah yang benar, teratur dan konsisten dalam pengamatan berbagai fenomena alam. Dan hal tersebut menjadi kepuasan tersendiri bagi seorang ilmuwan. Dalam hal ini, Jabir merupakan sosok yang memelopori menerapkan metode ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa peradaban Islam.

Beberapa Pemikiran dan Penemuan di Bidang Kimia

Berikut beberapa temuan Jabir yang dirangkum dari beberapa sumber:

  1. Jabir menggambarkan secara ilmiah dua operasi utama kimia adalah kalnikasi dan reduksi kimiawi. Dia memperbaiki berbagai metode penguapan, sublimasi, peleburan dan kristalisasi;
  2. Jabir memodifikasi teori Aristotelian tentang unsur pembentuk logam. Konsepnya ini tetap menjadi rujukan dengan beberapa perubahan kecil sampai dengan awal era kimia modern pada abad ke-18;
  3. Jabir menetapkan metodenya yang didasarkan atas ide keseimbangan, dengan cara proporsi yang tepat bagi elemen-elemen yang didapatkan. Menurutnya semua kerja kimia berkaitan dengan pencapaian proporsi yang cocok dari sifat-sifat atau tabiatnya yaitu panas, dingin, lembap dan kering;
  4. Jabir membagi bahan kimia menjadi tiga kelompok berdasarkan tabiatnya: a. Spiritus, yang sepenuhnya menguap menjadi api; b. Benda logam, yang dapat ditempa, berkilat, menghasilkan suara; c. Benda (bahan mineral) yang tidak dapat ditempa tapi dapat diserbukkan.

Lebih lanjut spiritus ada lima banyaknya: sulfur, arsenikum, air raksa, amoniak dan kamper; logam meliputi: timbal, timah, emas, perak, tembaga, besi dan kharshini/Besi Cina;

  • Memadukan asam hidroklorik (senyawa garam) dengan asam netrik. Campuran ini dikenal dengan “air raksa” atau “air emas”. Hal ini karena mampu mencairkan emas. Jabir menyipati zat asam ini sebagai air keras yang mampu mencairkan logam;
  • Memadukan antara nitrat perak dengan karbon timah;
  • Jabir mengetahui zat asam organik seperti: kolik, limonik dan tatrik;
  • Memadukan soda yang dibakar (hidroksida sodium) dengan didihan soda  (karbonat sodium) dan kalsium oksida. Soda yang dibakar merupakan bahan pokok dalam proses mencampurkan bahan kimia;
  • Memisahkan arsenik dari sulfit arsenik dan memisahkan antimony (logam keputih-putihan yang rapuh untuk membuat obat dan peras campuran logam) dari sulfat antimony;
  • Jabir juga membicarakan tentang cara memurnikan emas dan hubungannya dengan batu permata;
  • Menemukan beberapa cara yang efektif untuk memurnikan logam dan mencampur baja untuk keperluan industri serta menjaga besi dari karat;
  • Merumuskan cara-cara yang istimewa dalam mewarnai kulit, membuat pernis, mengeraskan kain tenun, mengecat rambut dan keperluan sehari-hari yang lain yang menggunakan bahan-bahan kimia.

Semua yang dilakukan oleh Jabir berdasarkan hasil riset dan eksperimen yang dilakukan dengan kaidah ilmiah (yang modern) di zamannya, jauh dari sesuatu yang tidak ilmiah dan berbau mitos-mitos, sihir dan khurafat yang masih melekat di masyarakat awam.

Pemikiran di Bidang Pendidikan dan Pengajaran

Jabir bin Hayyan bukan hanya ahli di bidang kimia, namun ia juga memiliki pemikiran dalam bidang pendidikan. Menurut Jabir, bahwa ilmu bersumber dari fitrah atau potensi bawaan setiap individu, dan orang yang alim atau berilmu akan terbentuk dengan sendirinya karena ilmu. Karena itu dia berpendapat bahwa untuk menjadi orang yang berilmu, setiap murid/pelajar harus memiliki kesiapan mental dalam mempelajari ilmu, sebelum dia mendapatkannya sendiri dengan cara belajar.

Menurut Jabir setiap guru harus melakukan evaluasi atau ujian, kepada para murid/pelajar tentang inti dari berbagai ilmu yang dipelajari, sehingga seorang guru mampu mengetahui kompetensi murid dalam belajar dan menghafal pelajaran. Seorang guru hendaknya memberikan pengajaran berdasarkan kemampuan dan usia pada murid-muridnya. Dikatakan pula bahwa jika para murid telah mencapai derajat guru, maka ia memiliki kewajiban untuk mengajarkannya kepada yang lain.

Adapun bagi para murid atau pelajar, Jabir berpendapat bahwa setiap murid memiliki kewajiban kepada guru-gurunya untuk bersikap lemah lembut. Menerima setiap arahan, bimbingan, nasihat dalam berbagai segi. Murid tidak membangkang atau melawan dalam hal apapun. Karena kekayaan guru adalah ilmu dan ilmu tidak akan diberikan kepada sang murid atau pelajar, kecuali dalam kondisi tenang dan memiliki kesiapan.

Demikian sosok Jabir bin Hayyan, sang bapak kimia yang selalu menginspirasi para kimiawan dan ilmuwan setelahnya dengan beragam teori, riset dan eksperimennya. Tradisi ilmiah yang diwariskannya sudah semestinya menjadi contoh bagi umat Islam di masa sekarang dalam mengembangkan sains.