Oleh Mislakhudin Hanafi, S.Pd.
Pada masa peradaban Islam khususnya di masa dinasti Abbasiyah dan Umayyah II, kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang amat pesat, tak terkecuali perkembangan pada bidang ilmu pengetahuan. Pada masa itu, perkembangan ilmu pengetahuan menjadi kiblat dan inspirasi peradaban bangsa-bangsa lain. Hampir semua karya-karya ilmuwan dan para cendekiawan muslim diterjemahkan dan dipelajari di Eropa dan wilayah-wilayah yang lain. Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang menjadi sorotan, karena perkembangannya yang sangat pesat adalah pada bidang kedokteran.
Pada bidang kedokteran di masa peradaban Islam ada banyak bintang yang bersinar. Salah satunya bernama Abu Bakar ar-Razi. Tokoh yang satu ini menjadi bintang di antara para dokter di masanya. Dia lahir jauh sebelum lahirnya Ibnu Sina dan hidup di masa yang berbeda. Karya dan pemikirannya menjadi inspirasi para dokter dan ilmuwan pada era sesudahnya. Tak terkecuali menginspirasi pemikiran Ibnu Sina, salah satu dokter terbesar dalam peradaban Islam.
Kehidupan ar-Razi
Di dalam buku karya Muhammad Gharib Jaudah yang berjudul 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam dijelaskan bahwa, dia bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi. Dalam bahasa latin namanya lebih populer dengan sebutan Rhazes. Dia dilahirkan di provinsi Rayy, Iran, pada tahun 240 H/854 – 311 H/923, berkenaan dengan tahun meninggalnya ada beberapa pendapat. Bahkan ada yang berpendapat bahwa dia meninggal di tahun 364 H. Namun pendapat yang lebih kuat adalah dia meninggal di tahun 311 H, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah. Adapun penjelasan terkait bagaimana proses perjalanan intelektualnya belum ditemukan sumber yang menjelaskan secara detail.
Pemikiran dan Karya Ar -Razi
Di dalam buku karya Raghib as-Sirjani yang berjudul Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia diungkapkan bahwa ar-Razi adalah ilmuwan pelopor di bidang kedokteran yang mengedepankan metode eksperimen. Dalam proses pengobatan yang dia lakukan, tak jarang dia melakukan uji coba terhadap binatang khususnya kera sebagai objek riset, untuk dijadikan alternatif baru dalam mengobati penyakit sebelum diterapkan kepada manusia. Ini merupakan metode ilmiah yang sangat menakjubkan. Karena metode ini belum pernah dipraktikkan sebelumnya, kecuali sejak beberapa abad belakangan ini. Ar-Razi merupakan tokoh yang memeloporinya.
Sedang dalam buku karya Ahmad Fuad Basya yang berjudul Sumbangan Keilmuan Islam pada Dunia, dikatakan bahwa dia adalah tokoh yang mengkorelasikan antara kajian kedokteran dan kimia. Dia adalah sosok ilmuan yang sangat cerdas. Dia turut mengembangkan kajian pada bidang kimia, melanjutkan dan mengembangkan pemikiran ilmuwan Jabir bin Hayyan juga para ilmuwan yang lain.
Selanjutnya dalam buku karya Muhammad Gharib Jaudah, dijelaskan bahwa ar-Razi memiliki karya buku yang sangat banyak. Karya yang dihasilkan hampir berjumlah dua ratusan lebih. Karyanya tidak hanya terfokus pada dunia kedokteran saja tapi juga bidang-bidang yang lain. Seperti: matematika, fisika, kimia, farmasi, ilmu astronomi, musik, ilmu-ilmu keagamaan bahkan juga filsafat. Dari karyanya yang begitu banyak dan beragam menunjukkan bahwa beliau adalah sosok yang cinta ilmu, sosok yang memiliki etos belajar yang tinggi, serta menunjukkan dia sebagai pribadi yang unik dan sangat cerdas.
Bidang Kedokteran
Dalam dunia kedokteran, ar-Razi tidak hanya mempelajari kedokteran Arab saja tetapi juga kedokteran Yunani dan India. Dia adalah sosok dokter yang sungguh unik yang tidak dimiliki oleh para dokter di zamannya. Bahkan ar-Razi menjadi imam/pemimpin pada dunia kedokteran di zamannya.
Dalam dunia kedokteran, dia mengemukakan pendapatnya bahwa adanya faktor kejiwaan dalam pengobatan berbagai penyakit yang muncul pada diri manusia. Dia menyatakan bahwa pentingnya menghidupkan keadaan jiwa, ketika menyampaikan nasihat kepada para dokter dan pasiennya. Bahkan terkadang ia menghadirkan orang yang sakit bermain dengan orang yang sehat.
Ar-Razi merupakan pelopor dalam bidang klinik kedokteran. Dialah orang yang pertama kali melakukan riset dan eksperimen pengobatan kepada hewan sebelum diterapkan pada pasiennya. Bahkan saat pengobatan pasien sakit, dia menjadikan dirinya sendiri sebagai bahan eksperimen atau bahan uji coba. Ar-Razi juga telah membuat karya yang khusus dalam bidang ilmu anatomi yang dipadukan dengan ilmu kedokteran dan kimia. Dia menyinergikan disiplin ilmu kedokteran yang dimiliki dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain.
Ar-Razi juga menemukan adanya hipersensitif (‘alergi’ bahasa saat ini) pada pasien yang ditanganinya. Dia menemukan gejala-gejala yang dirasakan oleh pasiennya yang pada saat itu belum mengenal dan belum ada istilah alergi. Ar-Razi juga mampu membedakan antara cacar air dan cacar biasa, di mana pada masa sakit pertama, keduanya memiliki gejala yang sama. Dia juga menulis karya khusus dengan temuannya berkenaan dengan penyakit cacar.
Ar-Razi adalah dokter pertama yang mampu membedakan antara mulas di usus kecil dengan usus besar. Dia juga memiliki kemampuan pada kedokteran spesialis mata. Dalam hal ini dia punya karya yang berhubungan antara anatomi mata dengan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Dia juga menemukan adanya pengaruh sinar cahaya pada lingkaran warna hitam di mata. Dia menulis karya yang khusus membahas tentang Analisa melebarnya cahaya di malam hari dan menyempitnya di siang hari.
Bidang Kimia
Menurut Muhammad Gharib Jaudah, jika Jabir bin Hayyan dijuluki sebagai Bapak Kimia dan penggagasnya. maka ar-Razi dikenal sebagai pengembang dari teori-teori yang ditemukan Jabir bi Hayyan. Ada beberapa pemikiran ar-Razi dalam dunia kimia di antaranya:
- Mengklasifikasikan secara detail dua puluh peralatan yang digunakan dimasanya yang terbuat dari kaca dan logam;
- Mengklasifikasikan adanya empat kategori bahan-bahan kimia seperti: logam, nabati, hewani dan campuran. serta membagi cabang-cabangnya;
- Mampu memadukan sebagian zat asam di antaranya sulfur yang dalam istilah arabnya disebut “zait az-zaj” atau kadang juga disebut dengan sebutan “albir al-kabir”;
- Mampu mengeluarkan alkohol dari tetesan tajin dan gula yang telah menjadi khamr. Kemudian dia menggunakannya dalam pengobatan dan berbagai keperluan medis yang lain;
- Mampu mengukur kadar jenis minuman keras dengan menggunakan skala yang dia sebut dengan skala alami.
Itulah di antara temuannya di bidang kimia dan menjadi sumbangan berharga bagi disiplin ilmu tersebut.
Metode ilmiah
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, metode ilmiah yang digunakan ar-Razi tidak bisa terlepas dari pemahamannya tentang filsafat. Dia mampu memberdayakan potensi akal dan menganggapnya sebagai kenikmatan yang luar biasa, yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia.
Ar-Razi selalu mengajak untuk bersikap teliti terhadap upaya pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kedokteran dan kimia yang dia geluti. Dia beranggapan jika segala sesuatunya dibarengi dengan kekuatan analisa, kedalaman teori yang dikuasai dan pahami, kemampuan dalam menganalisis dan menyimpulkan, akan membawanya pada penemuan ilmiah yang telah ada sebelumnya. ar-Razi diketahui memiliki pemikiran yang begitu cerdas dan eksploratif, sehingga tidak pernah berhenti dalam melakukan riset dan mencari beragam alternatif pengobatan baru (bidang kedokteran).
Karya-Karya ar-Razi
- Kitab al-Hawi. Menurut Raghib as-Sirjani dikatakan bahwa kitab al-hawi adalah salah satu buku yang sangat berpengaruh dalam sejarah kedokteran. Diungkapkan oleh Raghib bahwa ar-Razi pernah mengatakan: “Saya telah mengumpulkan dalam kitab saya (al-Hawi) kumpulan dan sumber dari penciptaan kedokteran. Yang saya ambil dari kitab Abqirath, Jalinus, Armasus, serta mereka dari kalangan ahli filsafat kedokteran masa dulu dan masa sesudahnya.”
Sedangkan menurut Muhammad Gharib Jaudah dijelaskan bahwa kitab al-Hawi merupakan ensiklopedia kedokteran Arab, Yunani dan India. Dalam kitab tersebut dia juga menambahkan hasil riset dan eksperimen yang telah dilakukan. Kitab al-Hawi menjadi rujukan pada dunia kedokteran hingga abad kedelapan belas.
Seorang orientalis Jerman bernama Zigrid Hunke berkomentar bahwa perpustakaan fakultas kedokteran universitas Paris menjadikan kitab al-Hawi sebagai kitab rujukan utama selama hampir lima ratus tahun. Bahkan raja Louis XI (1423-1483) akan memberikan penghargaan yang luar biasa bagi para dokter yang menyalin kitab al-Hawi tersebut, dan menjadikannya rujukan dalam mengobati keluarga Kerajaan.
- Kitab Ath-Thib Al-Manshuri, kitab berisi tentang anatomi manusia, termasuk anatomi kerangka manusia, susunan urat saraf serta anatomi pembuluh darah di tenggorokan.
- Kitab Al-Asrar, kitab berisi tentang obat-obatan secara medis dan bagaimana cara meracik obatnya.
- Kitab Al-Jadari wa Al-Hisbah, kitab yang menjelaskan perihal penyakit cacar. Buku ini pernah dicetak mulai tahun 1498 M hingga 1866 M.
- Kitab Man La Yahdhuruhu Ath-Thabib, kitab yang menjelaskan pertolongan pertama sebelum mendapatkan perawatan yang intensif dari dokter.
- Kitab Manafi’ Al-Aghdziyah, kitab berisi tentang pengaruh makanan bagi kesehatan secara umum dan manfaatnya dan bahayanya dalam mengidap penyakit tertentu. Kitab ini juga masuk dalam kategori buku pertama tentang ilmu makanan (dietetics).
Sepenggal Kisah Menarik Ar-Razi
Dalam karya Muhammad Gharib Jaudah diceritakan terdapat kisah menarik yang terjadi di masa khalifah Abbasiyah al-Mu’tadi (892-902) ketika Sang Khalifah berencana mendirikan rumah sakit di Baghdad yang bernama Rumah Sakit Al-Adhahi. Ar-Razi bersama para dokter-dokter yang lain bermusyawarah tentang perencanaan pembangunan dan letaknya. Ar-Razi sebagai sosok dokter yang cerdas, unik, kreatif dan inovatif mengutarakan pendapatnya yang terdengarnya tidak begitu lazim. dia mengusulkan untuk meletakkan beberapa potongan daging di berbagai tempat yang diusulkan, lalu di mana potongan daging yang paling sedikit busuknya, di tempat itulah ditetapkan pembangunan rumah sakit.
Demikianlah cara unik Ar-Razi dalam menentukan pendirian rumah sakit. Menurut Muhammad Gharib Jaudah, cara unik yang dilakukan Ar-Razi hingga sekarang masih dilakukan. Ketika seseorang ingin mendirikan rumah sakit maka tempat yang dipilih adalah tempat yang paling sedikit tingkat kelembaban dan polusinya. Ini seperti yang dicontohkan Ar-Razi.
Demikianlah sosok Abu Bakar Ar-Razi ilmuwan muslim yang menginspirasi. Mengutip perkataan Dr. Amir an-Najjar yang dikutip ulang oleh Muhammad Gharib Jaudah:
“pada masa Daulah Islamiyah, kita mendapatkan ada dua sekolah terkemuka, yaitu sekolah para dokter dan filsuf dan sekolah para filsuf dan dokter. Dokter yang filsuf diwakili oleh Abu Bakar Ar-Razi sedangkan filsuf yang dokter seperti Ibnu Sina”
Semoga kita sebagai generasi muslim mampu mengambil inspirasi dari sosok ar-Razi. memiliki etos keilmuan yang tinggi, memiliki kemampuan berpikir kreatif, kritis dan penyelesaian masalah, berkomunikasi dan mampu berkolaborasi. Keberadaan kita pun senantiasa membawa manfaat dan kemaslahatan bersama.
Waallahu A’lam Bishawab.