Takwa dan Kemuliaan Akhlak

Takwa biasa diartikan dengan melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Ini berarti takwa merupakan bentuk kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Patuh karena mengharap rida Allah Swt dan menghindari kemurkaan-Nya. Maka ia pun mendapatkan petunjuk dari Allah Swt. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

الۤمّۤ

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْن

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Alif Lām Mīm. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (Al-Baqarah [2]:2-5)

Dalam Tafsir al-Mishbah, Quraish Shihab menjelaskan, bahwa takwa artinya menghindar. Orang bertakwa adalah orang yang menghindar. Yang dimaksud ayat ini (Qs. al-Baqarah ayat 2) mencakup tiga tingkat penghindaran. Pertama, menghindar dari kekufuran dengan jalan beriman kepada Allah Swt. Kedua, berupaya melaksanakan perintah Allah Swt. sepanjang kemampuan yang dimiliki dan menjauhi larangan-Nya. Ketiga, dan yang tertinggi, adalah menghindar dari segala aktivitas yang menjauhkan pikiran dari Allah Swt.

Sampai tahap tertentu, takwa adalah tingkatan paling tinggi dari keimanan seseorang, yaitu takwa yang hakiki, yakni patuh kepada Allah Swt. secara mutlak. Karenanya orang yang beriman diperintahkan untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. Allah Swt. berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (Āli ‘Imrān [3]:102)

Salah satu rukun dalam khutbah Jum ‘at adalah wasiat iman dan takwa kepada Allah Swt. Ini menegaskan betapa pentingnya takwa sehingga menjadi bagian yang harus selalu diingatkan kepada kaum Muslimin. Iman dan takwa keduanya tidak terpisahkan. Iman menjadi fondasi, takwa sebagai implementasi. Tanpa keimanan, kebaikan seseorang tidak memiliki nilai, tanpa ketakwaan maka keimanan tidak memiliki buah. Takwa adalah wujud amaliah dari keimanan seseorang. Takwa berpulang pada hati yang bersih yang disirami oleh keimanan.

Takwa bukan hanya semata-mata berkenaan dengan iman kepada Allah Swt. tapi juga akhlak terhadap sesama manusia. Seseorang yang rajin ibadah kepada Allah Swt. namun pergaulannya tidak baik dengan sesama manusia maka nilainya tidak ada. Seseorang yang rajin ibadah,  tahajud setiap malam,  namun durhaka kepada orang tua misalnya, maka tidak ada nilainya. Karena rida Allah Swt bergantung kepada rida orang tua. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Saw.:

 رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Rida Allah terdapat pada rida orang tua, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya orang tua.” (HR. Tirmidzi).

Seorang istri yang saleh akan mendapatkan rida dari Allah Swt dengan taat kepada suaminya. Hal ini sebagaimana kisah seorang istri salihah yang taat kepada suaminya. Ia mematuhi perintah suaminya agar tidak keluar dari rumahnya selama kepergian suaminya. Sampai-sampai ia tidak menjenguk ibunya yang sakit, dikarenakan perintah suaminya untuk tetap di rumah. Sampai ibunya meninggal pun tidak ia datangi. Lalu disampaikanlah kejadian ini kepada Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. pun bertanya, “Kenapa dia tidak mau datang menemui ibunya?”

Orang yang mengadu Rasulullah Saw. itu menjawab, “Wanita itu mengatakan bahwa dia tidak mendapat izin untuk keluar rumah sebelum suaminya pulang berjihad.”

Rasulullah Saw. tersenyum, kemudian beliau bersabda, “Dosa-dosa ibu wanita tersebut diampuni oleh Allah Swt. karena dia mempunyai seorang putri yang sangat taat terhadap suaminya”.

Takwa kepada Allah berhubungan erat dengan akhlak. Maka sia-sia banyak ibadah tapi buruk akhlak. Kelak di akhirat akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi, orang yang bangkrut (muflis). Hal ini disebutkan dalam Hadits tentang orang yang bangkrut di hari akhirat.

Rasulullah Saw. berkata, “Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan orang yang bangkrut?”

Sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda.”

Rasulullah Saw. pun bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat membawa salat, puasa dan zakat. Dia datang tapi pernah mencaci orang ini, menuduh orang ini, memakan akan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pula amal baiknya. Dan kepada orang ini diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas, maka, diambil kesalahan orang itu tadi lalu dilemparkan kepadanya, sesudah itu dia dilemparkan ke neraka (HR. Muslim).

Demikianlah, betapa pentingnya takwa dalam kehidupan ini yang bersanding dengan kemuliaan akhlak. Bahkan yang paling mulia di sisi Allah Swt. adalah karena takwa. Renungkan hal ini baik-baik. Allah Swt. berfirman:

 ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti. (Al-Ḥujurāt [49]:13)

Senada dengan hal itu Rasulullah Saw. menegaskan tentang perkara yang banyak memasukkan orang ke dalam surga:

تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah).

Semoga kita semua selalu dalam bimbingan dan hidayah Allah Swt. serta istikamah dalam melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangannya. Semoga kita meraih kemuliaan takwa.