Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza menggelar kuliah internasional bertema “Peran Santri dalam Membangun Kebangsaan” pada Sabtu, 27 Juli 2024, pukul 10.30-12.00 WIB. Acara ini menghadirkan Prof. Greg Fealy dari Australian National University (ANU) sebagai pembicara utama. Prof. Greg Fealy dikenal sebagai pakar dalam studi organisasi masyarakat Islam di Indonesia, khususnya peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan.
“Beliau itu ahli NU. Penelitian tahun 90an memang banyak tentang NU. Selain itu beliau banyak berperan dalam kaitannya dengan pembangunan pemahaman terhadap kondisi Islam di Indonesia,” kata Dr. Aan Rukmana, M.A., M.M., yang merupakan kolega dari Prof. Greg Fealy.
“Pak Greg ini aktif di Australian National University (ANU) fokus untuk memahami mengenai Islam di Indonesia. Kalau spesifiknya tentang organisasi-organisasi Islam di Indonesia dan gerakan sosialnya,” tambahnya.
Dr. Aan berharap, dengan kehadiran Prof. Greg Fealy, santri dapat memperluas wawasan mereka. Prof. Greg berbicara tentang pentingnya berpikir kritis bagi santri dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa. Menurutnya, identitas seorang santri tidak hanya terbatas di pesantren, tetapi juga memiliki peran penting dalam pembangunan kebangsaan.
Kuliah ini dibuka dengan sambutan dari Mudir al-Ma’had Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, KH. Zahid Purna Wibawa, S.T., yang menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kesediaan Prof. Greg Fealy untuk datang ke pesantren ini untuk berbagi ilmu dengan para santri. Beliau juga mengingatkan agar para santri menyimak dan mengambil manfaat dari apa yang disampaikan oleh Prof. Greg Fealy. Tak lupa pula menegaskan kembali nilai-nilai Ahl al-‘Izzah, sebagai Ahl al-Ziyadah, Ahl al-Qiyadah, dan Ahl al-Riyadah.
Hal senada diungkapkan oleh Prof. Greg Fealy saat ia mulai berbicara. Ia menyatakan rasa terharunya bisa hadir di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza. “Saya terharu karena mendapat kesempatan untuk mengunjungi pesantren ini, kampus ini. Luar biasa,” ucapnya dengan penuh penghargaan terhadap keramahan yang ia rasakan, khususnya dari Mudir al-Ma’had.
Acara ini dimoderatori oleh Ustaz Ahmad Muchdor, S.Pd., yang membuka diskusi dengan pertanyaan mengenai Nahdlatul Ulama (NU). Ia bertanya, “Kenapa NU? Apa yang menarik dari NU?” Pertanyaan ini mengawali diskusi mendalam tentang peran dan kontribusi NU dalam kehidupan beragama dan sosial di Indonesia.
Prof. Greg Fealy pun menjelaskan bahwa untuk tugas disertasinya, ia memilih topik yang segar dan belum banyak dikaji saat itu, yaitu sejarah politik Nahdlatul Ulama (NU) dari tahun 1970-an hingga 1990-an. Ia tertarik pada bidang politik dan menggabungkan pendekatan sejarah dan politik dalam kajiannya tersebut. Menurutnya, tulisan-tulisan mengenai topik ini masih jarang, terutama dalam bahasa Inggris. Kajiannya tersebut kemudian berkembang mencakup organisasi masyarakat lainnya seperti Muhammadiyah, PKS, bahkan hingga gerakan-gerakan jihadis.
Prof. Greg Fealy menguraikan tentang pentingnya memahami gerakan sosial keagamaan seperti NU, yang ia anggap memiliki peran signifikan dalam membentuk karakter bangsa dan mendukung nilai-nilai toleransi serta kemanusiaan.
Ustaz Muchdor menyinggung beberapa tokoh berpengaruh seperti Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Ahmad Syafii Ma’arif, dan lainnya yang dikenal karena kontribusi mereka dalam pemikiran keislaman dan keindonesiaan. Lantas Prof. Greg menjelaskan bahwa saat ini Indonesia menghadapi kekurangan tokoh-tokoh seperti mereka yang memiliki kemampuan dan pengaruh dalam kajian Islam, serta dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran di tingkat global. Menurutnya, tokoh-tokoh ini tidak hanya berperan dalam konteks nasional tetapi juga memiliki pengaruh di kancah internasional, baik pemikiran maupun peranan mereka.
Ustaz Muchdor melanjutkan dengan menanyakan tentang pendidikan politik yang seharusnya diberikan kepada para santri agar mereka tidak terpapar radikalisme. Menanggapi pertanyaan tersebut, Prof. Greg Fealy menekankan pentingnya pendidikan politik yang kritis. Ia menjelaskan bahwa pendidikan semacam ini harus mencakup kemampuan untuk secara kritis mengkaji berita-berita di media serta memahami realitas politik yang ada.
Prof. Greg Fealy juga menekankan bahwa dalam menilai kelompok radikal, penting untuk tetap kritis dan objektif. Ia menambahkan bahwa dalam konteks Indonesia, radikalisme tidak bisa disematkan kepada seluruh kelompok karena biasanya hanya individu-individu tertentu saja yang memegang ideologi radikal. Oleh karena itu, generalisasi terhadap seluruh kelompok harus dihindari untuk mencegah stigmatisasi dan ketidakadilan.
Ustaz Muchdor melanjutkan diskusi dengan membahas perbedaan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. Hal ini dibedakan karena kesalehan individual cenderung terbatas pada aspek pribadi seseorang dan mungkin tidak berdampak langsung pada kehidupan masyarakat luas. Sebaliknya, kesalehan sosial melibatkan peran aktif dalam memajukan kebaikan bersama dan keadilan sosial. Umat Islam, khususnya santri, seharusnya tidak hanya fokus pada kesalehan personal, tetapi juga berupaya mengamalkan ilmu mereka untuk kemaslahatan umat.
Menanggapi hal ini, Prof. Greg Fealy menegaskan pentingnya kesalehan sosial. Ia menyatakan bahwa kesalehan sosial mencakup kepedulian dan tindakan terhadap isu-isu kemanusiaan. Sebagai contoh, Prof. Greg mengutuk kebijakan politik Israel terhadap Palestina, menunjukkan bahwa kesalehan sosial juga berarti bersikap tegas terhadap ketidakadilan. Dengan demikian, ia menekankan bahwa umat Islam harus memiliki kontribusi nyata terhadap isu-isu sosial dan politik.
Setelah penjelasan Prof. Greg Fealy, Ustaz Muchdor menanggapi dengan mengatakan, “Masih banyak yang lebih mengedepankan kesalehan personal, tapi tidak punya kepedulian terhadap isu-isu sosial. Jangan sampai kita, yang Ahl al-‘Izzah ini, hanya condong di satu sisi. Fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Kedua-duanya harus kita dapat.” Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara kesalehan personal dan kesalehan sosial kepada para santri.
Sesi kajian berlanjut dengan sesi tanya jawab yang interaktif. Para santri tampak antusias mengajukan pertanyaan, mencerminkan minat mereka terhadap topik yang dibahas. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi para santri untuk memahami peran umat Islam Indonesia dalam pembangunan bangsa. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menekankan peran penting santri dalam pembangunan nasional. Apalagi Islam di Indonesia dikenal dengan karakter toleransinya dan semangat kebangsaan yang kuat, sesuai dengan prinsip “cinta tanah air sebagian dari iman.”