Kontribusi pesantren terhadap Bangsa Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari peranannya sebagai lembaga pendidikan hingga basis perjuangan kemerdekaan. Meskipun belum mendapatkan apresiasi yang semestinya, namun pesantren terus bergerak maju dengan mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat. Terlebih peran pesantren semakin menonjol dalam berbagai bidang kehidupan melalui peranan para santrinya yang berkiprah semakin luas.
“Santri adalah garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” ujar Ustaz H. Indra Jaya, M.A. dalam pembukaan acara seminar Hari Pahlawan Nasional yang diselenggarakan di Ballroom Asy-Syahid, Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza pada Senin (13/11/2023).
Menurut Wakil Mudir Bidang Pengajaran ini, masih banyak yang belum mengetahui peranan kiai dan santri bagi Republik ini. Dan hal ini tidak tercantum dalam buku pelajaran sejarah di bangku sekolah. Karena itu, beliau mengharapkan kegiatan seminar ini mengungkapkan peranan kiai dan santri, serta bagaimana memaknai arti perjuangan dan pengorbanan dalam konteks saat ini.
Achmad Dhofir Zuhry (Gus Dhofir), yang menjadi narasumber membenarkan hal tersebut. Menurutnya, ulama dan santri memiliki andil besar dalam mendirikan Republik ini. Bahkan kalangan pesantren telah berjasa dalam merawat tradisi Islam yang ramah, toleran, dan damai yang sangat penting dalam mengisi kemerdekaan. Bagaimana sebuah negara akan maju jika dilanda konflik terus-menerus?
“Tak hanya mendirikan Republik, kaum sarungan juga menjaga, merawat, melestarikan, dan turut mengisi kemerdekaan,” ujar Gus Dhofir yang merupakan ulama muda asal Jawa Timur Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Malang.
Gus Dhofir juga menegaskan bahwa peranan santri saat ini sangat dibutuhkan. Mereka adalah pelanjut generasi ulama dan santri di masa-masa sebelumnya yang menjadi harapan umat saat ini. Maka, santri di masa sekarang diharapkan dapat mengisi peranan yang lebih luas, baik dalam urusan agama maupun negara.
“Peranan kita betul-betul ditunggu dan diharapkan oleh bangsa dan negara,” kata kiai yang menyelesaikan S-2 di University of Queensland dan S-3 di Universitas Brawijaya.
“Kepada kalianlah agama ini berharap, kepada kalianlah Indonesia bertumpu,” lanjutnya.
Karena itu Gus Dhofir memaknai kepahlawanan dalam konteks saat ini sebagai perjuangan untuk membangun bangsa dengan segala sumber daya yang ada, salah satunya sains dan teknologi.
“Jadilah pahlawan di bidang ilmu, pahlawan di bidang sains dan teknologi,” ujarnya.
Terlebih sekarang ini, kata Gus Dhofir, yang terjadi adalah perang kebudayaan, sains dan teknologi. Negara-negara maju berlomba-lomba mengembangkan sains dan teknologi. Seharusnya kita tidak boleh ketinggalan. Santri yang berjibaku dengan ilmu, semestinya tidak kalah. Apalagi kitab-kitab rujukan santri bersumber dari ulama-ulama berbagai belahan dunia, mulai dari ulama India, Mesir, Baghdad, Persia, hingga Andalusia. Pada dasarnya santri memiliki kesiapan dalam memperluas wawasan.
“Santri itu identik dengan ilmu, dengan tulisan. Santri itu menulis dan menyebarluaskan ilmunya,” ujarnya.
Gus Dhofir mengajak para santri untuk bangga sebagai santri dan tetap menjaga nilai-nilai santri. Santri dapat berkiprah di bidang ekonomi, sosial, politik, sains dan teknologi namun tetap teguh dengan nilai-nilai santri.
“Nilai-nilai santri ini kita bawa dalam keseharian apa pun profesi kita,” tuturnya.
Terakhir, Gus Dhofir mengingatkan kunci keberkahan ilmu, yaitu hormat pada orang tua dan guru. Orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita, guru yang mendidik dan membentuk karakter kita.
“Orang tua yang melahirkan kita ke bumi, guru yang mengangkat kita ke langit,” ujarnya.
Hal ini pun dipertegas kembali oleh Ustaz H. Indra Jaya di pengujung acara. Beliau mengingatkan para santri untuk memaknai perjuangan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
“Isilah kemerdekaan dengan ilmu agar negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Tugas kita memperbaiki umat, membentuk masyarakat ke arah tujuan dunia dan akhirat,” kata H. Indra Jaya.
“Tetap khudu dan tawadhu di hadapan ilmu, karena di situlah kunci keberkahan,” pungkasnya. Kegiatan seminar yang dimoderatori oleh Ustaz Mislakhudin Hanafi, S.Pd. ini disertai dengan sesi tanya jawab. Para santri putra maupun putri masing-masing mengajukan pertanyaan kepada narasumber sehingga terjadi diskusi yang menarik seputar santri dan peranannya bagi NKRI saat ini. Santri memiliki kesempatan yang luas untuk maju dan berkembang di pentas nasional maupun internasional yang dapat mengharumkan agama dan bangsa.