<em>Muliakan Ilmu, Maka Ilmu Akan Memuliakanmu,</em> Pesan K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T.

Ilmu merupakan cahaya yang akan menyinari orang yang memuliakannya. Karena itu, untuk mendapatkan ilmu tidak hanya cukup dengan mengandalkan kecerdasan, tetapi juga adab. Dalam hal ini, adab memuliakan ilmu.

Hal ini sebagaimana disampaikah oleh Mudir al-Ma’had Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T dalam pengarahan bulanan di hadapan seluruh santri pada Kamis (2/11/2023) di Aula at-Tasabuq.

Kiai Zahid menjelaskan kitab Khulashah Ta’zhim al-Ilm:

فَإِنَّ حَظَّ الْعَبْـدِ مِـنَ الْعِلْـمِ مَوْقُـوْفٌ عَلَى حَـظِّ قَلْبِهِ مِـنْ تَعْظِيْمِـهِ وَإِجْلَالِهِ

Sesungguhnya kadar seorang hamba dalam ilmu itu sesuai dengan besar-kecilnya hati dia dalam mengagungkan ilmu dan memuliakannya.

فَمـَنِ امْتَلَأَ قَلْبُـهُ بِتَعْظِيْـمِ الْعِلْـمِ وَإِجْلَالِهِ، صَلُحَ أَنْ يَكُـوْنَ مَحَلاًّ لَهُ

Barang siapa yang hatinya penuh dengan pengagungan ilmu serta pemuliaannya, maka hatinya akan menjadi tempat yang layak bagi ilmu.

Dengan demikian, memuliakan ilmu menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan ilmu. Sebaliknya, kurangnya pemuliaan terhadap ilmu menjadi sebab surutnya ilmu dalam hati seseorang. Kiai Zahid pun mengemukakan demikian:

وَ بِقَـدْرِ نُقْصَـانِ هَيْبَـةِ الْعِلْـمِ فِــي الْقَلْـبِ، يَنْقُـصُ حَـظُّ الْعَبْـدِ مِنْـهُ

Begitu pula dengan kurangnya dalam pengagungan dan pemuliaan terhadap ilmu di hati seorang hamba, maka berkurang pula lah kadar hamba akan ilmu.

حَتَّى يَكُوْنَ مِنَ الْقُلُوْبِ قَلْـبٌ لَيْـسَ فِيْـهِ شَـيْءٌ مِنَ الْعِلْمِ

Sampai-sampai ada hati yang di dalamnya tidak ada ilmu sedikit pun.

Lebih dari itu, siapa yang memuliakan ilmu, maka cahaya ilmu akan menyinarinya dan beragam jenis ilmu pun akan mendatanginya. Ini menjadi keutamaan yang didapatkan oleh orang yang memuliakan ilmu dan harus menjadi perhatian para santri, baik dalam proses belajar sehari-hari maupun menghadapi ujian.

“Karenanya, kuatkan tekad dan hadapi ujian dengan serius dan penuh semangat. Karena itu merupakan salah satu simpul dalam pengagungan terhadap ilmu dan kesuksesan untuk mendapatkannya, termasuk kesuksesan dalam ujian,” ujar Kiai Zahid.

Tekad yang Kuat
Kiai Zahid menguraikan bagaimana menumbuhkan tekad yang kuat. Merujuk pada kitab Khulashah Ta’zhim al-‘Ilm beliau menerangkan bahwa terkumpulnya tekad dalam mencapai sebuah tujuan itu bisa tercapai dengan merealisasikan tiga hal:

أَوَّلُهَا: الْحِرْصُ عَلَى مَا يَنْفَعُ، فَمَتَى وَفَّقَ الْعَبْدُ إِلَى مَا يَنْفَعُهُ حَرَصَ عَلَيْهِ

Pertama, bersemangat atas sesuatu yang bermanfaat. Maka kapan saja seseorang itu mendapatkan apa yang bermanfaat bagi dirinya, maka dia harus bersemangat atas hal tersebut.

ثَانِيُهَا: الْاِسْتِعَانَةُ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِى تَحْصِيْلِهِ
Kedua, meminta pertolongan kepada Allah dalam menggapainya.

ثَالِثُهَا: عَدَمُ الْعَجْزِ عَنْ بُلُوْغ ِالْبُغْيَةِ مِنْهُ
Ketiga, tidak lemah (konsisten) dalam menggapai tujuannya.

وَقَدْ جَمَعَتْ هذِهِ الْأُمُوْرُ الثَّلاَثَةُ فِى الْحَدِيْثِ الَّذِيْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَ لَاتَعْجَزْ

Tiga hal tersebut sudah terkumpul pada hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Muslim. Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Bersemangatlah atas apa yang bermanfaat bagi dirimu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah kamu lemah”.

Menjaga Kitab
Mudir al-Ma’had menerangkan hal-hal yang terkait dengan adab memuliakan majelis ilmu, di antaranya yang paling penting adalah adab terhadap kitab. Beliau pun menerangkan satu per satu adab seorang penuntut ilmu dalam menjaga kemuliaan kitabnya.

• فَلَا يَجْعَلُهُ صُنْدُوْقًا يَحْشُو بِودَائِعِهِ

Jangan dia jadikan kitabnya sebagai tempat penyimpanan segala macam barangnya.

• وَلَا يَجْعَلُهُ بُوْقًا

Jangan dia melipatnya untuk dijadikan sebagai corong suara.

• وَإِذَا وَضَعَهُ وَضَعَهُ بِلُطْفٍ وَعِنَايَةٍ

Jika dia hendak menaruhnya, maka taruhlah kitabnya dengan perlahan dan penuh perhatian.

• وَلَا يَتَّكِئُ عَلَى الكِتَابِ أَوْ يَضَعُهُ عِنْدَ قَدَمَيْهِ

Jangan pula dia bersandar di atas kitabnya, atau menaruh kitabnya di kakinya

• وَإِذَا كَانَ يَقْرَأُ فِيْهِ عَلَى شَيْخٍ رَفَعَهُ عَنِ الأَرْضِ وَحَمَلَهُ بِيَدَيْهِ

Apabila dia membaca kitabnya kepada seorang guru, dia pegang dengan tangannya dan tidak menaruhnya di lantai.

Meraih Kelezatan Ilmu
Menuntut ilmu merupakan sebuah proses perjuangan yang melelahkan, namun tak terkira kelezatan yang akan dirasakan. Bagaimana kelezatan ilmu bisa diraih sehingga seseorang tidak merasa terbebani, bahkan menikmati prosesnya?

Kiai Zahid menguraikannya dengan merujuk Ibn al-Qayyim al-Jauziyah dalam Fawaid al-Fawaid.

‏أَحَدُهَا بَذْلُ الوُسْعِ وَالجُهْدِ

Pertama, Pengorbanan dalam waktu dan tenaga.

وَثَانِيْهَا صِدْقُ الطَّلَبِ

Kedua, kejujuran dalam mencarinya.

وَثَالِثُهَا صِحَّةُ النِّيَّةِ وَالإِخْلَاصِ

Ketiga, Niat yang benar dan keikhlasan.

وَلَا تَتِمُّ هذِهِ الأُمُوْرُ الثَّلَاثَةُ إِلَّا مَعَ دَفْعِ كُلِّ مَا يُشْغِلُ عَنِ القَلْبِ

Dan tiga perkara ini tidak akan sempurna kecuali dengan mendepak keluar segala sesuatu yang menyibukan dari hatinya (Menghilangkan konsentrasi hatinya).