Metode Tasbih Sebagai Bekal Mengajar Mengaji

Pada Selasa (27/2/2024) santri kelas akhir mengikuti pelatihan Metode Tasbih bersama Prof. Dr. Rahmat Muhammad Agus Tasbih, M.M di Ballroom Asy-Syahid. Pelatihan ini dimaksudkan sebagai pembekalan bagi santri kelas akhir agar dapat mengajar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

“Metode Tasbih ini diharapkan menjadi bekal para santri kelas akhir untuk mengajar mengaji bagi adik-adik kelasnya, maupun bekal ketika di luar nanti. Mereka bisa memahami dan mengajarkan al-Qur’an dengan baik. Jadi, kita memberikan bekal kemampuan kepada mereka dalam hal mengajar mengaji,” kata Ustaz Ichsan Tomas Tarigan, M.H. selaku Kabag LPTQ Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza.

Menurut Ustaz Ichsan, Metode Tasbih ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya lebih mudah untuk dipahami dan dipraktikkan. Selain itu, metode ini juga menekankan pada teknik belajar yang menyenangkan.

“Metode Tasbih lebih mudah dan tidak ada paksaan kepada anak-anak untuk menghafal, lebih sering kepada pengulangan. Teknik mengajarnya juga menyenangkan. Ini bekal untuk mereka,” ujarnya.

Ustaz Ichsan berharap, pelatihan Metode Tasbih dapat menjadi bekal untuk para santri kelas akhir dalam mengajar mengaji. Hal ini sesuai dengan harapan para wali santri yang pada umumnya memasukkan anak-anak mereka ke pesantren agar pandai mengaji.

“Dengan pelatihan Metode Tasbih ini mudah-mudahan mereka dapat memahami dengan baik dan mempraktikkannya, terutama untuk adik-adik kelasnya di sini, dan nanti menjadi bekal mereka di masyarakat. Ini yang diharapkan para orang tua atau wali santri,” pungkasnya.

Metode Tasbih

Metode Tasbih merupakan metode membaca al-Qur’an yang diperkenalkan oleh Prof. Dr. Rahmat Muhammad Agus Tasbih, M.M. Beliau adalah dosen pascasarjana PTIQ Jakarta dan UIPM Internasional Indonesia. Ia juga merupakan founder Bengkel Baca al-Qur’an Metode Tasbih.

Metode Tasbih memiliki slogan RAHMAT (Ringan, Akurat, Hemat, Mudah, Asyik dan Tangguh). Slogan ini mencerminkan teori dan praktik Metode Tasbih yang memiliki keunikan tersendiri.

“Dari namanya sudah memberikan gambaran, bertasbih. Metode Tasbih itu kalau membaca al-Qur’an sama dengan bertasbih menyebut nama Allah,” kata Dr. Rahmat saat diwawancara pada Senin (26/2/2024).

Dr. Rahmat mengungkapkan, dasar dari Metode Tasbih adalah kisah Sayyidina Ali ibn Abi Thalib. Pada suatu ketika seorang Yahudi mendatangi Rasulullah Saw, kemudian ia bertanya, “Apa makna huruf hijaiyah?”.

Rasulullah Saw. berkata kepada Ali ibn Abi Thalib, “Jawablah pertanyaannya, wahai Ali!”.

Lalu Rasulullah Saw. berdoa, “Ya Allah, jadikanlah dia berhasil dan bantulah dia.”

Ali pun berkata kepada Yahudi yang bertanya itu, “Setiap huruf hijaiyah adalah nama-nama Allah Swt.”

Selanjutnya Ali menjelaskan seluruh arti huruf hijaiyah dari alif sampai ya. Setelah itu Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai Ali, ini adalah perkataan yang Allah Swt. rela terhadapnya.”

“Huruf hijaiyah adalah nama-nama Allah Swt. Sehingga dari situ kita ambil dasar Metode Tasbih,” kata Dr. Rahmat.

“Anda menyebut huruf hijaiyah, Anda sedang bertasbih menyebut Nama Allah. Siapa Allah, Dia yang mengatur kehidupan, memberi rezeki, yang mengatur semuanya. Semua itu kita butuhkan. Nah, yang sangat ironis, umat Islam tidak mengenal Tuhannya melalui 29 huruf hijaiyah. Di sinilah Metode Tasbih hadir memberikan solusi,” lanjutnya.

Dr. Rahmat berharap Metode Tasbih memberikan manfaat bagi umat Islam seluas-luasnya karena masih banyak umat Islam yang belum bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Ia berharap pula Metode Tasbih dapat dimanfaatkan oleh para ustaz dan santri Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza untuk meningkatkan kualitas pembacaan al-Qur’an di kalangan umat Islam.