Dr. Saepul Anwar Ungkap Belajar Bahasa Arab yang Menyenangkan

Belajar dengan menyenangkan merupakan salah satu kunci sukses dalam menguasai suatu disiplin ilmu. Dalam A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives oleh Anderson dan Krathwohl (2001), dijelaskan bahwa keterlibatan aktif dan pengalaman belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi siswa dan pemahaman mereka. Karena itu penting menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, relevan, dan menyenangkan, agar berpengaruh pada penguasaan materi dengan lebih baik.

Hal senada diungkapkan oleh Dr. Saepul Anwar bahwa dalam belajar, misalnya bahasa Arab, perasaan menyenangkan sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Menurut Doktor di bidang filologi ini, aktivitas belajar itu sendiri mesti membahagiakan.

Dr. Saepul menjelaskan bahwa kesulitan utama belajar bahasa Arab adalah karena keterbatasan kosa kata. “Karena kosa katanya terbatas, biasanya saat mau mempraktikkannya pun bingung mau berkata apa,” ujarnya saat diwawancara pada Senin (5/8/2024).

“Solusinya bagaimana? Nah, kalau saya dulu, ke mana-mana membawa kamus Bahasa Arab. Ke masjid bawa kamus, makan bawa kamus, ke mana-mana bawa kamus. Itu karena saya sangat ingin bisa bahasa Arab,” tambahnya.

Belajar bahasa Arab atau disiplin ilmu apa pun harus merasa bahagia. Hal ini akan efektif dan membantu mempercepat proses penguasaan bahasa Arab. “Landasannya, belajar itu jangan jadi beban, tapi belajar itu jadi kebahagiaan. Kalau jadi beban susah,” kata pengajar bahasa Arab di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 ini.

“Tentu banyak yang bertanya, bagaimana belajar kok bisa jadi bahagia? Jawabannya simpel sebenarnya, jadikan belajar itu sebagai bagian dari aktivitas kita, berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, sehingga tanpa disadari menjadi kebiasaan,” lanjutnya.

Dr. Saepul tidak memungkiri bahwa belajar merupakan proses kognitif yang banyak menggunakan energi, sehingga perlu jeda dengan melakukan hal-hal yang disukai. Hal ini agar tidak membosankan atau terlalu tegang. “Setiap 20 atau 30 menit belajar, 5 menit sempatkan melakukan hal menyenangkan. Supaya tidak terlalu tegang. Makanya saya lebih senang kalau belajar atau mengaji itu di ruang terbuka dibandingkan ruang tertutup. Kalau di ruang terbuka, saat bosan, bisa melihat rumput, pemandangan, atau lainnya. Jadi, suasana belajarnya harus dibangun dengan menyenangkan,” jelasnya.

Menurut beliau Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 ini sangat kondusif dalam mendukung suasana belajar. “Pesantren ini banyak nilai plusnya,” ucapnya.

Menurut Dr. Saepul, anak-anak itu ketika mereka belajar bahasa Arab, baik secara teori maupun praktis, landasan mereka itu adalah menciptakan lingkungan berbahasa Arab yang membahagiakan. Mereka senang berbahasa Arab, sehingga terbangun lingkungan yang menyenangkan bagi semua santri. Bukan semata-mata karena ada aturan yang mendisiplinkan, namun tidak berangkat dari dirinya sendiri. “Jika tidak terpantau, mereka akan lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia. Jadi, harus ditumbuhkan perasaan senang berbahasa Arab,” katanya.

“Saya sangat berharap Daar el-Qolam ini dari segi kebahasaan kembali lagi kepada masa keemasannya,” pungkasnya.