Kemampuan di bidang bahasa sangat penting sebagai media komunikasi yang dapat memperluas jangkauan pergaulan dan kesuksesan seseorang. Selain itu, kemampuan di bidang bahasa juga menjadi sarana untuk menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai literatur, sehingga wawasan dan pengetahuan seseorang dapat semakin luas dan mendalam.
Bagi seorang santri, penguasaan bahasa, terutama bahasa Arab, sangatlah penting karena banyak literatur keislaman yang ditulis dalam bahasa tersebut. Dengan demikian, santri dapat lebih mendalami ajaran agama dan mengakses berbagai sumber ilmu yang otentik. Di bidang komunikasi, kemampuan berbahasa yang baik memungkinkan santri untuk memperluas pergaulan mereka, baik dalam lingkungan akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari, serta memberikan pengaruh yang positif sesuai dengan nilai-nilai kepesantrenan.
Ustaz TB. Wildanul Hakim menjelaskan bahwa kemampuan berbahasa sangat penting bagi santri. Pertama, untuk memahami pelajaran di kelas. “Bahasa menjadi salah satu alat penunjang santri untuk memahami pelajaran di kelas. Karena semua pelajaran di pesantren ini berbasis bahasa Arab dan Inggris. Jadi, kalau santri memiliki kemampuan bahasa resmi tersebut, otomatis akan memudahkan santri dalam memahami pelajaran di kelas,” ujarnya saat diwawancara pada Selasa (6/8/2024).
Kedua, untuk memahami bacaan al-Qur’an dan salat. “Kemudian untuk menjadikan santri memahami bacaan al-Qur’an. Bacaan salat juga mereka paham. Jadi, ketika mereka memahami bacaan yang mereka baca itu, mereka akan lebih khusyuk dalam beribadah. Insya Allah salat dan doanya akan khusyuk. Itulah kenapa bahasa Arab ini penting bagi santri” jelas Ustaz Wildan.
Lalu, bagaimana agar para santri dapat menguasai bahasa Arab dengan baik? Ustaz Wildan menjelaskan tips berikut ini. Pertama, dengan banyak berlatih berbicara bahasa Arab atau Inggris. “Banyak menghafal kosa kata, baik di kelas atau di asrama, kemudian yang paling penting dipraktikkan dalam keseharian mereka. Kosa kata apapun yang mereka dapatkan harus dipraktikkan. Semakin mereka sering mempraktikkan, insya Allah akan menjadikan mereka mengerti dan akan melekat terus kosa katanya sampai kapan pun. Practice make perfect,” jelasnya.
Kedua, belajar bersama. “Santri bisa belajar dari gurunya, kakak kelasnya, atau bahkan bisa belajar sendiri melalui media-media yang ada (buku, audio, dan video) untuk memperkaya pemahaman atau ilmu bahasa yang mereka miliki. Setelah mendapatkan itu, kemudian mereka mempraktikkannya,” lanjutnya.
Ustaz Wildan berharap agar pendidikan bahasa, baik Arab atau Inggris, terus ditingkatkan agar ke depannya kemampuan bahasa ini dapat dirasakan manfaatnya oleh para santri. “Harapannya, bahasa menjadi tajul ma’had lagi, menjadi mahkota pesantren atau menjadi core pesantren. Karena dengan bahasa itu santri bisa mendunia. Sebagaimana tagline Daar el-Qolam 3, be a global player. Kalau mereka sudah punya basic-nya, kemampuan bahasa yang mumpuni, insya Allah mereka bisa menjadi global player,” kata Ustaz Wildan.
“Semoga mereka menjadi santri yang ahl al-‘izzah; ahl al-ziyadah, ahl al-qiyadah, ahl al-riyadah dengan kemapuan berbahasa. Semoga dengan kemampuan berbahasa mereka memahami bacaan al-Qur’an, memahami bacaan salatnya, yang membawa kebahagiaan untuk mereka di dunia maupun di akhirat,” pungkasnya.