Betah di pesantren, kenapa tidak? Pesantren menawarkan banyak kelebihan dan manfaat yang tidak ditemukan di tempat lain. Di sini, santri tidak hanya mendapatkan pendidikan agama yang mendalam, tetapi juga dilatih untuk mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab. Lingkungan yang kondusif dan dukungan dari para ustaz serta teman sebaya menciptakan suasana belajar yang hangat dan penuh semangat.
Selain itu, dengan beragam kegiatan ekstrakurikuler yang tersedia, santri dapat mengembangkan bakat dan minat mereka di luar bidang akademik, menjadikan pengalaman belajar di pesantren sebagai sesuatu yang menyeluruh dan bermakna. Jadi, betah di pesantren bukanlah soal penerimaan, tetapi tentang merasakan manfaat besar yang diberikan oleh pendidikan di pesantren.
Banyak manfaat dan kelebihan dalam pendidikan pesantren. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Ustaz M. Syahroni, S.Pd., guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza. “To life together, sehingga seorang santri mampu mengenal banyak hal dan keberagaman suku, budaya, kebiasaan, dan sebagainya,” ujarnya saat diwawancara pada Senin (12/8/2024).
Ustaz Syahroni juga menjelaskan tentang bagaimana agar santri betah di pesantren. “Sepengalaman kami sebagai santri simpel saja. Bersikap baik kepada sesama teman dan jangan ada waktu kosong, selalu mengisi dengan kegiatan apa pun yang tentunya bermanfaat. Yang lainnya, kami terkenang dengan tulisan besar terpampang di gerbang pondok “KE PONDOK APA YANG KAU CARI, DI PONDOK APA YANG KAU DAPAT,” ungkapnya.
Dalam hal ini, guru berperan penting dalam menciptakan kenyamanan di pesantren melalui interaksi langsung dengan santri. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga membentuk suasana yang mendukung perkembangan santri. Dengan perhatian dan komunikasi yang baik, guru membantu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman.
“Guru memberikan dukungan dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan santri (sejalan dengan sunnah-sunnah pondok tentunya). Kemudian, melepas belenggu jarak dengan santri, bersikap ramah, ditambah lagi khususnya di bagian pengasuhan sedang digalakkan program Pesantren Ramah Anak dan sedang digarap Ruang Aman bagi santri,” jelas Ustaz Syahroni.
Sebagai guru, harapan terhadap para santri tentu sangat besar. Guru berharap santri tidak hanya memahami materi pelajaran, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai moral dan spiritual yang diajarkan. Guru menginginkan santri tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berpengetahuan luas, dan mampu menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan harapan-harapan ini, guru terus membimbing dan mendukung para santri dalam setiap langkah perjalanan pendidikan mereka.
“Akan banyak harapan yang tumbuh. Sebagai guru Dza ‘Izza tentu berharap santri kita menjadi Ahl al-‘Izzah: Ahl al-Ziyadah, Ahl al-Qiyadah dan Ahl al-Riyadah. Hemat kami semua harus berdasarkan prinsip guru itu sendiri, Kami siap untuk mengajari dan kami pun siap untuk dilampaui,” pungkasnya.
Karena itu, bersyukurlah berada di pesantren. Di tempat ini, kita tidak hanya sekadar menimba ilmu, tetapi juga meraih pengalaman hidup yang berharga. Setiap hari di pesantren adalah kesempatan untuk memperdalam pemahaman agama, memperkuat iman, dan membentuk akhlak yang mulia. Kita juga diajarkan untuk hidup dalam kebersamaan, saling menghormati, dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.
Selain itu, suasana spiritual yang kental dan penuh berkah di pesantren membantu kita lebih dekat dengan Allah Swt., menjadikan setiap langkah yang kita ambil sebagai bentuk ibadah. Oleh karena itu, rasa syukur seharusnya selalu menghiasi hati kita karena telah diberi kesempatan untuk belajar dan tumbuh di lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan ini.