Santri Berakhlak, Kunci Kemajuan Bangsa

Peran santri yang berakhlak mulia semakin penting dalam membangun generasi yang kuat dan bangsa yang maju. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak, santri tidak hanya unggul dalam bidang keagamaan, tetapi juga menjadi agen perubahan di masyarakat. Pendidikan di pesantren yang menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum diharapkan dapat menghasilkan generasi yang berkarakter kuat serta berkomitmen pada kemajuan masyarakat dan bangsa.

Itulah sebabnya, akhlak sangat lah penting bagi generasi muda, termasuk para pelajar dan santri. Seperti yang diungkapkan oleh Ustazah Siti Sapriyah, S.Pd., guru di Pondok Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, akhlak yang baik merupakan fondasi dasar bagi generasi muda dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

“Ya, layaknya sebuah bangunan yang dibangun dengan fondasi yang baik dan benar, maka bangunan itu akan tetap berdiri kokoh dalam keadaan apa pun,” ujarnya saat diwawancarai pada Jumat (9/8/2024).

“Begitu juga dengan generasi muda. Ketika mereka dibentuk dengan pendidikan akhlak yang baik, maka kelak mereka akan menjadi pribadi yang berakhlak baik yang siap menghadapi kehidupan bermasyarakat kelak,” tambahnya.

Ustazah Sapriyah menegaskan bahwa adab mendahului ilmu (الأدب فوق العلم). Ilmu pengetahuan memang sangat penting dimiliki oleh setiap anak dan generasi muda, namun pengetahuan tersebut harus dibingkai dengan akhlak yang baik. Dengan demikian, ilmu dan akhlak akan selaras, menjadikan setiap generasi muda pribadi yang cerdas dan berakhlak.

Dalam membentuk akhlak yang baik, peran orang tua dan guru sangat penting dalam pendidikan akhlak pelajar ataupun santri. Menurut Ustazah Sapriyah, pendidikan akhlak hendaklah dilakukan sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua, sebagai figur utama atau contoh bagi anak-anak di rumah, bisa mengajarkan sikap dan akhlak yang baik, disiplin diri, serta rasa tanggung jawab. Selain itu, orang tua juga dapat berperan sebagai sahabat bagi anak-anak mereka, selalu ada untuk memberikan motivasi dan dukungan agar anak-anak senantiasa berperilaku baik.

Peran guru dalam pendidikan akhlak generasi muda juga tidak kalah penting. Para guru berperan dalam proses pendidikan anak-anak di lingkungan sekolah. Menurut Ustazah Sapriyah, seorang guru tidak hanya berkewajiban untuk mengajar (mentransfer pengetahuan), tetapi juga untuk mendidik dan membimbing murid-muridnya agar menjadi pribadi yang baik, bermoral, serta berketerampilan sosial. Di pesantren, para guru (asatiz) memiliki peran besar dalam proses pendidikan para santri.

Ustazah Sapriyah juga mengungkapkan bahwa santri hidup dan tinggal selama 24 jam di pesantren, sehingga diperlukan sosok guru yang bisa menjadi panutan serta berperan sebagai orang tua mereka, membimbing, mendidik, dan mengarahkan mereka dalam kehidupan di pesantren.

“Mudir kita, al mukarrom K.H. Zahid Purna Wibawa, seringkali mengingatkan bahwa kita (para guru) juga merupakan orang tua santri di pesantren. Dalam hal ini, kita berperan sebagai orang tua fil ‘ilmi,” ujarnya.

“Maka sebagai orang tua fil ‘ilmi, kita juga memiliki tanggung jawab dan amanah yang besar dalam proses pendidikan akhlak santri,” imbuhnya.

Ustazah Sapriyah menyimpulkan bahwa baik orang tua kandung (fin-nasab) maupun guru (fililmi), keduanya memiliki peranan penting dalam proses pendidikan anak-anak atau santri. Keduanya hendaknya saling melengkapi, dengan membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan guru guna memaksimalkan proses pendidikan pada anak-anak.

Ustazah Sapriyah menaruh harapan besar terhadap pendidikan akhlak para santri di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza. “Besar harapan kami sebagai guru di pesantren ini terhadap pendidikan akhlak santri. Semoga seiring berjalannya waktu, melalui penanaman nilai-nilai yang baik di pesantren, serta pembiasaan -pembiasaan yang baik melalu bimbingan dan contoh dari para guru (asatiz), para santri menjadi terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik dan semoga kelak akan terus tertanam dalam diri mereka untuk senantiasa menjadi pribadi yang berakhlak baik,” ucapnya.

Ustazah Sapriyah menjelaskan, hal ini sejalan dengan nilai-nilai Ahl al-‘Izzah yang selalu disampaikan oleh K.H. Zahid Purna Wibawa, bahwasannya kita adalah min Ahl al-‘Izzah. Yang pertama, Ahl al-Ziyadah (Pemilik Keistimewaan) yaitu berpengetahuan (muta’allim), berakhlak (mutakhalliq), dan berperadaban (mutamaddin). Yang kedua Ahl al-Qiyadah (Pemilik jiwa kepemimpinan) sebagai munzhir dan qa’id al-qaum. Dan yang ketiga Ahl al-Riyādah (Pemilik Jiwa Pelopor) sebagai muslih al-qaum yaitu agent of change yang dapat mewarnai masyarakat dengan kebaikan.