Nasihat Tulus, Kunci Ampunan: Kisah Hikmah Ma’ruf al-Karkhi

Memberikan nasihat yang tulus kepada murid atau para pencari ilmu adalah sebuah amal yang sangat mulia dan bisa menjadi kunci pembuka ampunan Allah Swt. Hal ini sebagaimana terungkap dalam kisah pengalaman spiritual Ma’ruf al-Karkhi, seorang sufi besar abad ke-2 Hijriyah, yang dikenal karena kesalehan dan keteguhannya dalam menjalani hidup sederhana. Nama lengkapnya adalah Ma’ruf ibn Faizan Abu Mahfudz al-Ibid ibn Firus al-Karkhi, lahir di Karkh, Baghdad, yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan pada masa itu. Sebagai seorang sufi, Ma’ruf al-Karkhi mengajarkan pentingnya zuhud serta memiliki niat yang ikhlas dalam setiap amal.

Salah satu kisah yang sangat mengesankan tentang Ma’ruf al-Karkhi adalah mimpinya mengenai Abu Yusuf, seorang murid setia dari Imam Abu Hanifah yang dikenal luas karena keterlibatannya dalam politik dan pemerintahan. Ketika Abu Yusuf wafat, tidak banyak orang yang hadir untuk mengantarkan jenazahnya, mungkin karena kesibukannya dalam urusan duniawi (pemerintahan). Namun, dalam sebuah mimpi, Ma’ruf al-Karkhi melihat Abu Yusuf, dan ia bertanya kepadanya, “Apa yang diperbuat Allah kepadamu?” Abu Yusuf menjawab, “Allah telah mengampuni dosa-dosaku.”

Ma’ruf al-Karkhi, yang merasa sangat terkejut, kemudian bertanya lagi, “Apa yang menyebabkan dosa-dosamu diampuni?” Abu Yusuf menjawab, “Dengan nasihatku yang tulus kepada para penuntut ilmu.”

Kisah ini mengajarkan kita bahwa nasihat yang disampaikan dengan hati yang tulus dan niat yang ikhlas dapat membuka pintu ampunan dari Allah Swt. Memberikan nasihat yang baik, yang bertujuan untuk membimbing orang lain, khususnya pada para santri dan pencari ilmu, adalah amal yang sangat bernilai di hadapan-Nya. Kisah ini, yang dituturkan oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Marāqi ‘Ubudīyah, mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga niat dalam setiap perkataan yang kita sampaikan, terutama kepada mereka yang sedang berjuang mencari ilmu.

Ma’ruf al-Karkhi, setelah bermimpi itu, segera bergegas untuk hadir dalam pemakaman Abu Yusuf dan memuliakannya. Kisah ini mengajarkan kita bahwa nasihat yang tulus kepada para pencari ilmu adalah salah satu jalan yang dapat membawa kita kepada ampunan Allah Swt. Setiap kata yang kita ucapkan dengan penuh perhatian, setiap nasihat yang kita berikan untuk membimbing ke jalan kebaikan, adalah bentuk amal yang akan sangat berarti di hadapan Allah Swt.. Nasihat ini, jika dilandasi dengan niat yang ikhlas, akan membawa manfaat, baik bagi yang menerima maupun bagi pemberinya.

Kisah Ma’ruf al-Karkhi dan Abu Yusuf mengungkapkan bahwa setiap nasihat yang tulus dan ikhlas, yang disampaikan untuk kebaikan orang lain, adalah amal yang sangat mulia di sisi Allah Swt. Semoga kisah ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa setiap amal—sekalipun itu berupa kata-kata yang sederhana—dapat membuka pintu rahmat dan ampunan Allah Swt.

Sumber: Syekh Nawawi al-Bantani, Pedoman Lengkap Kesempurnaan Ibadah. terj. Fuad Syaifuddin. Jakarta: Turos. 2014.

Skip to content