Jauhnya jarak ruang dan waktu yang memisahkan antara kita dengan keberadaan Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya membuat umat akhir zaman jauh dari akhlaknya, namun juga jauh dari pengetahuan tentang detail Nabi Muhammad ﷺ. Minimnya pengetahuan ini menyebabkan banyaknya kerusakan yang timbul dari berbagai macam lapisan kehidupan. Mulai dari kehidupan individual maupun sosial. Kita kehilangan arah dalam mengemudikan ke mana hidup ini berjalan dan bagaimana caranya sampai pada tujuan. Padahal kalau sedikit saja kita mengenal Nabi Muhammad ﷺ niscaya akan kita dapati dalam diri beliau ada suri teladan yang sempurna. Sungguh telah ada bagi kalian suri teladan yang menawan pada diri Rasulullah ﷺ. Begitu kata Allah Swt. dalam Al-Ahzab ayat 21.
Sebagai umat yang belakangan lahir ke dunia dan tidak sempat jumpa dengan Rasulullah ﷺ, kita hanya diwariskan peninggalan berupa tulisan. Ahli hadis berbaik hati kepada kita dengan mengabadikan segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan ataupun sifat fisik dan akhlak. Yaitu hadis. Lewat hadis-hadis tersebut kita dapat mengenal lebih jauh sosok Rasulullah ﷺ. Tentu tujuannya adalah untuk mengikuti jejak langkahnya dalam menapaki kehidupan dunia. Sebab seluruh hidupnya, ucap-lakunya dan paras-pekertinya merupakan peta menuju surga.
Sayangnya, umat muslim pada umunya hanya memegang separuh atau bahkan satu persen saja dari keseluruhan peta tersebut. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ada banyak sebab yang melatarbelakangi minimnya pengetahuan umat nabi Muhammad ﷺ tentang siapa nabi mereka. Satu di antaranya adalah tersebarnya paham yang keliru di tengah masyarakat awam tentang wujud nyata Rasulullah ﷺ di alam dunia. Mereka memahami bahwa membicarakan tentang ciri fisik Rasulullah ﷺ merupakan hal yang tabu. Sehingga pikiran mereka menjadi alergi tiap kali ada bunyi yang memerikan jasad Rasulullah ﷺ. Dampak buruk dari pemahaman yang keliru ini adalah adanya penolakan terhadap hadis-hadis yang mencatat detail setiap bagian tubuh Rasulullah ﷺ.
Di antara mereka ada yang menolak hadis tersebut dengan alasan dan anggapan bahwa Nabi Muhammad ﷺ sangat sempurna sehingga tidak boleh dibayangkan oleh indra. Saya dapat mengerti bahwa alasan tersebut dasarnya adalah pengagungan terhadap Sang Panutan Alam. Hanya saja tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. Perlu kita garis bawahi bahwa pertama, hanya Allah Swt. saja yang tidak dapat diterka dengan panca-indra. ‘Tak ada satu pun yang menyerupai-Nya’ (Q.S Asy-Syura : 11). Kedua, Nabi Muhammad adalah murni manusia. Bukan manusia setengah Tuhan seperti yang digambarkan dalam teologi Yunani. Sehingga meski menduduki puncak kesempurnaan, Rasulullah ﷺ tetap seorang manusia. Sifat manusiawi tetap melekat pada diri beliau yang mulia. Beliau tertawa dan menangis. Beliau makan dan minum bahkan buang air seperti manusia pada umumnya. Allah swt. sendiri menyifatkan para utusan-Nya dengan sifat-sifat yang melekat pada manusia. Yaitu, membutuhkan makan dan akan lekang oleh zaman. ‘Kami tidak menjadikan mereka (para utusan) sebagai jasad yang tidak membutuhkan makanan. Mereka tidak pula hidup kekal.’ (Q.S Al-Anbiya’ : 8). ‘Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar…’ (Q.S Al-Furqan : 20).
Ayat-ayat tersebut mempertegas kemanusiaan Nabi Muhammad ﷺ dan para nabi sebelumnya. Walau demikian, tidak dibenarkan juga menyamakan Nabi Muhammad dengan manusia seperti kita. Beliau dari golongan manusia tapi sempurna tidak seperti yang lainnya. Itulah yang membedakan antara kita dengan umat Nabi Isa as. yang berlebihan mengagungkan seorang utusan hingga akhirnya mengkultuskan dan menisbahkan kepadanya sifat-sifat ketuhanan. Inilah yang menjadi keistimewaan umat akhir zaman yang disifatkan oleh Tuhan sebagai umat moderat. Melakukan sesuatu pada porsinya. Tidak kurang dan berlebihan.
Di antara mereka ada juga yang menolak hadis yang menceritakan ciri fisik Rasulullah ﷺ dengan tuduhan bahwa hadis tersebut tidak ada bentuk implementasinya dalam kehidupan dan hanya sekedar pengetahuan. Maka saya jawab. Pertama, bahwa pengetahuan tentang apa saja yang berkaitan dengan Rasulullah ﷺ bukan hanya ‘sekadar’, melainkan menjadi sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Selayaknya seorang muslim yang aktif menghidupkan nilai-nilai Islam lewat ajaran Rasulullah ﷺ juga mengetahui setiap rinci dari Rasulullah ﷺ. Sebab semakin sempurna pengetahuannya terhadap pribadi Sang Imam, maka semakin sempurna ia dalam bermakmum.
Kedua, dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairah ra. dituturkan sangat jelas tentang berita alam kubur. ‘Apabila salah seorang di antara kalian sudah dikuburkan, ia akan didatangi oleh dua malaikat yang berwarna hitam dan biru, Munkar dan Nakir. Keduanya berkata: ‘Apa pendapatmu tentang orang ini (Nabi Muhammad ﷺ) ?’ maka ia menjawab sebagaimana ketika ia di dunia: ‘Dia adalah seorang hamba Allah dan utusan-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.’ Keduanya berkata: ‘Kami telah mengetahui bahwa kamu akan mengatakan ini.’ Kemudian dibentangkan baginya di alam kubur seluas 70×70 hasta dan diberikan penerangan. Kemudian diserukan kepadanya: ‘Tidurlah!. Dia menjawab: ‘Aku ingin kembali kepada keluargaku untuk mengabarkan mereka.’. Keduanya berkata: ‘Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidak dapat dibangunkan kecuali oleh orang yang paling ia cintai’. Sampai Allah swt. membangkitkannya dari peraduannya. Adapun apabila yang meninggal adalah orang munafik ia akan menjawab: ‘Aku hanya pernah dengar orang-orang berkata dan saya mengatakan hal yang sama. Saya tidak tahu’. Keduanya mengatakan: ‘Kami telah mengetahui bahwa kamu akan mengatakan itu.’ Seraya berkata: ‘Wahai bumi, himpitlah dia!’. Maka bumi menghimpitnya sampai tulang rusuknya berserakan dan ia akan selalu diazab sampai Allah swt. membangkitnya dari tempat tidurnya.
Saya kira hadis ini lebih dari cukup untuk memberikan penekanan tentang kewajiban mengenal pribadi Rasulullah ﷺ secara keseluruhan. Bukan menjadikannya seperti prasmanan yang hanya diambil apa yang sesuai selera perut kita. Dampak negatif dari hal ini adalah banyak yang tidak mengenal sosok manusia sempurna ini dengan seutuhnya. Naif sekali jika kita hanya mencukupkan diri dengan akhlak Rasulullah ﷺ tanpa mengenalnya sebagai sosok manusia yang juga memiliki jasmani dan pernah hidup di bumi yang kita tinggali. Beliau adalah sosok asli berwajah dan bukan tokoh fiksi yang hanya tercipta dengan wataknya saja.
Dari secarik tulisan ini, penulis mencoba untuk mengangkat konten lain dari hadits selain akhlak dan adab Rasulullah ﷺ. Ini adalah pesan cinta bagi yang memandang sebelah mata hadits yang menceritakan ciri fisik dan keseharian Rasulullah ﷺ. Tahukah bahwa hadits yang kamu anggap hanya sekadar pengetahuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di ladang hati para pecinta. Ketika disifatkan tentang bagaimana sempurnanya paras Rasulullah ﷺ saat Anas bin Malik bercerita bahwa ketika wafat, uban Rasulullah ﷺ di rambut dan janggutnya tidak lebih dari dua puluh helai. Bagaimana Barra’ bin Azib berdecak kagum dan berkata: ‘Aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada Rasulullah ﷺ yang berbahu bidang ketika mengenakan gamis merah.’ Ungkapan senada dilontarkan oleh Ali bin Abi Talib yang mengisahkan kekagumannya terhadap Rasulullah ﷺ ketika melihat beliau berjalan sigap seperti sedang menuruni bukit. Ketika kita mengetahui bahwa Rasulullah senang dengan labu, kita teringat kepada beliau setiap kali makan labu. Setiap keadaan yang kita ketahui tentang Rasulullah ﷺ membuat kita teringat kesederhanaan beliau.
Sungguh semakin banyak hal detail yang kita ketahui tentang Rasulullah ﷺ, semakin membuat kita merasa lebih dekat dengan beliau. Seakan beliau hadir dalam keseharian kita. Seperti beliau ada di pelupuk mata kita. Kita wajib berterima kasih kepada ulama ahli hadis yang telah mewariskan kepada kita warisan luhur ini. Diantara mereka ada Imam At-Tirmidzi (279 H) dengan kitab Asy-Syamail Muhammadiyyah dan Imam Yusuf An-Nabhaniy (1350 H) dengan Wasail Al-Wushul Ila Syamail Ar-Rasul. Semoga Allah swt. balas jasa mereka dengan limpahan pahala selama kitabnya mengenalkan umat Muhammad ﷺ tentang siapa nabinya. Semoga kita termasuk di antara umatnya yang menjadi Insan Muhammadiy.