Sopan dan Ramah

Masih tertanam kuat dalam benak kita anggapan bahwa penduduk Indonesia terkenal dengan sopan santun dan keramahannya. Namun belakangan ini harus ditinjau kembali anggapan tersebut. Ada pergeseran yang memprihatinkan dalam nilai-nilai kesopanan dan keramahan penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Jika dulu kita terkenal dengan kesopanan dan keramahan, masihkah hal ini menjadi identitas kita hari ini?

Kesopanan dan keramahan memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita bersikap sopan dan ramah kepada orang lain, kita tidak hanya menciptakan suasana yang menyenangkan tetapi juga meningkatkan kualitas hubungan sosial. Sikap ini dapat membangun rasa saling percaya dan mengurangi potensi konflik. Seseorang yang ramah sering kali mampu menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang lain, karena mereka dapat membangun komunikasi yang terbuka dan menghargai perasaan orang lain.

Dalam konteks masyarakat yang semakin kompleks seperti saat ini, kesopanan dan keramahan menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Sikap sopan dan ramah tidak hanya memperkuat jaringan sosial kita tetapi juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Dengan mengedepankan nilai-nilai ini, kita tidak hanya menghormati budaya dan tradisi yang kita miliki, tetapi juga membawa manfaat positif bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar.

Menurut P.M. Forni dalam bukunya yang berjudul Choosing Civility: The Twenty-five Rules of Considerate Conduct (2003), sikap sopan adalah fondasi dari kehidupan bermasyarakat yang baik. Forni menegaskan bahwa perilaku sopan tidak hanya tentang menghormati orang lain, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang penuh dengan saling menghargai dan perhatian.

Selain itu, Albert Mehrabian, seorang psikolog terkenal, mengemukakan bahwa komunikasi manusia terdiri dari tiga komponen: kata-kata yang digunakan (7%), nada suara (38%), dan bahasa tubuh (55%). Dalam konteks ini, sikap ramah seperti senyum, tatapan mata, sikap tangan, gerak tubuh, dan intonasi suara yang hangat dapat memiliki dampak yang besar dalam membuat orang lain merasa diterima dan dihargai.

Menurut Michael H. Mescon dan Michael Albertson dalam buku Management: A Values-Based Approach (1998), sikap ramah juga diperlukan dalam konteks manajemen organisasi. Mereka menekankan bahwa pemimpin yang ramah cenderung lebih mampu membangun hubungan yang kuat dengan bawahan dan rekan kerja, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

***

Sikap sopan dan ramah adalah ciri khas akhlak Nabi Muhammad saw. Beliau selalu sopan dan ramah kepada orang lain, bahkan terhadap orang yang bersikap kasar terhadap beliau. Ada kisah tentang seorang wanita tua yang sering menghina dan menyirami beliau dengan sampah setiap kali melewati rumahnya di suatu tempat di Makkah. Meskipun Nabi Muhammad saw. mendapatkan perlakuan tersebut setiap hari, beliau tetap sabar dan tidak pernah membalas dengan cara yang sama.

Suatu hari, ketika wanita tua tersebut tidak menyiraminya dengan sampah, Nabi Muhammad saw. bertanya kepada tetangganya tentang keadaannya. Beliau pun mengetahui bahwa wanita tua tersebut sedang sakit dan beliau mengunjunginya untuk memberikan bantuan dan doa. Wanita tua itu terkejut dan terharu dengan kebaikan dan perhatian Nabi Muhammad saw.

Bahkan terhadap anak-anak, Nabi Muhammad saw. selalu memperlakukan mereka dengan sopan dan ramah. Dikisahkan, ada seorang anak laki-laki yang sering datang ke masjid untuk menemui Nabi Muhammad saw. Setiap kali anak tersebut datang, Nabi dengan ramah memanggilnya, duduk bersamanya, dan mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang ingin disampaikan oleh anak itu, meskipun pembicaraan anak tersebut sering kali hanya tentang hal-hal kecil yang sepele.

Nabi Muhammad saw. tidak pernah merasa terganggu oleh kehadiran anak tersebut, melainkan selalu menyambutnya dengan senyum dan penuh kasih sayang. Beliau mengajarkan kepada para sahabatnya dan umatnya bahwa anak-anak adalah bagian penting dari masyarakat dan mereka layak untuk diperlakukan dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Inilah prinsip dakwah Islam: sopan dan ramah. Hal ini tercermin dalam teladan Nabi Muhammad saw. yang selalu menunjukkan kebaikan dan kasih sayang kepada semua orang, baik tua maupun muda, serta berbagai lapisan masyarakat. Beliau mengajarkan pentingnya bersikap lembut, menghormati orang lain, dan menanggapi segala situasi dengan kesabaran. Sikap sopan dan ramah ini tidak hanya menciptakan hubungan yang harmonis dalam masyarakat, tetapi juga membawa pesan-pesan dakwah Islam dengan cara yang menyejukkan dan mendekatkan hati orang-orang kepada Islam.

***

Saat ini telah terjadi pergeseran nilai-nilai kesopanan dan keramahan dari penduduk Indonesia, terlebih di media sosial. Terdapat kecenderungan yang semakin meningkat dalam penggunaan kata-kata kasar dan perilaku tidak sopan di ranah digital. Fenomena ini mencerminkan perubahan perilaku komunikasi yang mempengaruhi interaksi sosial secara luas. Lalu terjadilah eskalasi perilaku ghibah, fitnah, hoaks dan pencemaran nama baik yang sering muncul di media sosial. Adanya ketidaktahuan atau kesadaran akan dampak hukum dari tindakan-tindakan tersebut semakin memperburuk keadaan ini (Mauludi, 2018).

Pergeseran nilai-nilai ini menjadi semakin mencolok dalam beberapa tahun terakhir. Penggunaan kata-kata kasar, penghinaan, ghibah, fitnah, pencemaran nama baik, dan penyebaran hoaks telah menjadi hal yang umum dan sering terjadi dalam interaksi sehari-hari. Norma-norma etika dan moral sering dilanggar tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya terhadap masyarakat dan individu.

Diperlukan upaya serius untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghormati nilai-nilai kesopanan dan menjaga etika dalam berkomunikasi, terutama di ruang digital yang begitu mempengaruhi dinamika sosial saat ini. Harus dilakukan pendekatan yang komprehensif, baik dari segi regulasi hukum, pendidikan digital, maupun kesadaran individu. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan masyarakat dapat kembali membangun lingkungan digital yang lebih sopan, ramah, dan bermartabat.

Pustaka

Forni, P.M. Choosing Civility: The Twenty-five Rules of Considerate Conduct. New York: St. Martin’s Griffin, 2003.

Mauludi, Sahrul. Socrates Cafe: Bijak, Kritis, dan Inspiratif Seputar Dunia dan Masyarakat Digital. Jakarta: Elex Media, 2018.

Mescon, Michael H., & Michael Albertson. Management: A Values-Based Approach. New York: Wiley, 1998.