Dalam Sebuah Perjuangan itu Beliau Ikhlas

Dalam Ihya ‘Ulum al-Din Imam al-Ghazali menggambarkan ikhlas sebagai keadaan jiwa yang bebas dari segala tujuan selain Allah. Ikhlas berarti menempatkan niat dan tindakan semata-mata karena Allah, tanpa  motif lain seperti pujian, popularitas, dan kepentingan dunia.

Bersyukur kita di pondok pesantren ini memiliki teladan keikhlasan dari guru-guru kita, di antaranya adalah alm. K.H. Ahmad Syahiduddin. Beliau berperan besar dalam mengembangkan Pondok Pesantren Daar el-Qolam, namun tidak pernah mengharapkan pujian dari siapa pun. Beliau selalu mengatakan bahwa hal itu hanyalah kepanjangan tangan dari Kiai Rifa’i. Begitu ikhlas dan tawaduknya beliau.

“Pak Kiai Syahid selalu bicaranya ini semua adalah kepanjangan tangan dari Kiai Rifa’i. Ini sudah termasuk grand design-nya Kiai Rifa’i, ia hanya sebatas pelaksana saja. Ia tidak mengakui, ‘ini karya saya’. Tidak!” kata Ustaz Yugo Setiono, S.Pd.I guru Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza yang pernah menjadi santri Daar el-Qolam sejak tahun 1997-an.

“Itu hebatnya beliau. Dalam sebuah perjuangan itu beliau ikhlas. Tidak mengharap sesuatu, ingin dipuji, ingin dilihat, dan lain sebagainya. Tidak ada itu. Ikhlas saja. Tidak berharap pengakuan,” imbuhnya.

Ustaz Yugo mengungkapkan bahwa banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari sosok Kiai Syahid. Namun, setidaknya ada tiga hal yang paling signifikan. Pertama, menjalani kebenaran tanpa rasa takut. “Pasti ada risiko. Itu hal yang wajar. Berarti harus siap juga menerima risiko terhadap sesuatu yang diyakini sebagai kebenaran. Yang penting kebenaran itu memiliki dasar yang kuat. Sehingga langkah kita pun semakin mantap. Jadi tidak sekonyong-konyong hanya karena berani,” ujarnya.

Kedua, keikhlasan.  “Keikhlasan Kiai Syahid tidak diragukan lagi di Daar el-Qolam ini. Beliau tidak butuh apa pun, tidak berharap pengakuan, pujian atau lainnya. Bagi beliau, ini adalah sebuah amanah yang harus dijalani, sehingga akan berbuat semaksimal mungkin dengan penuh keikhlasan,” ungkapnya.

Ketiga, kegigihan. “Kegigihan ini pantang menyerah. Ketika beliau mempunyai suatu program atau niatan sesuatu, beliau tidak akan pernah berhenti sampai tercapai, walaupun banyak sekali tantangan dan rintangan yang dihadapi. Beliau tidak akan pernah berhenti atau menyerah. Maju terus pantang mundur. Bagi beliau, hidup manusia harus mempunyai nilai manfaat. Berhenti bekerja, berarti tidak punya nilai manfaat,” jelasnya.

Meninggikan Kalimat Allah

Menurut Ustaz Yugo, Kiai Syahid itu mujahid fi sabilillah dan syahid. “Ini sesuai namanya, Syahiduddin. Artinya orang yang berjuang dalam segi agama. Sedangkan pondok pesantren ini kan mempunyai nilai dalam segi agama. Beliau meninggikan agama Islam. Jadi, tujuan tertingginya meninggikan kalimat Allah,” ujarnya.

Sebagai sebuah warisan nilai-nilai, Ustaz Yugo melihat ajaran Kiai Syahid penuh makna bagi kehidupan, khususnya di pondok pesantren. Karena itu ia menyambut dengan antusias diterbitkannya buku Menjaga Amanah Menata Langkah (2024), yang berisi kumpulan ceramah yang pernah disampaikan oleh Kiai Syahid.

“Ketika saya menjadi santri, perkataan yang disampaikan oleh Kiai Syahid penuh makna. Simpel tapi ada maknanya. Cuma terkadang kita perlu untuk mengkaji dulu apa maknanya. Dengan buku ini, Menjaga Amanah Menata Langkah, membantu kita untuk lebih memahami kembali, apa maknanya yang disampaikan oleh Kiai Syahid. Tujuannya ke mana dan apa,” ungkapnya.

“Kalau lisan itu kan terkadang kita mendengarkan sesuatu terkadang suka lupa. Dengan adanya buku ini menjadi salah satu media pengingat kita atau pengkajian kita terhadap apa yang pernah disampaikan kepada kita, kita bisa mengkajinya di buku ini.  Manfaatnya luar biasa. Banyak sekali hikmah, inspirasi, dan motivasi yang bisa kita ambil dari setiap apa yang sudah disampaikan oleh Kiai Syahid,” imbuhnya.

Terakhir, Ustaz Yugo menyampaikan apresiasi atas terbitnya buku Menjaga Amanah Menata Langkah dan berharap buku ini memberikan manfaat dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Kiai Syahid dalam kehidupan sehari-hari.

“Ini luar biasa. Saya mengapresiasi kepada semua yang terlibat dalam membukukan apa yang menjadi nasihat Kiai Syahid. Saya sangat mengapresiasi sekali. Ini bisa menjadi pelopor untuk karya-karya selanjutnya, seperti kumpulan ceramah Kiai Rifa’i atau Kiai Zahid. Jadi kita punya khazanah buku tentang kiai-kiai kita. Kiai kita ada legacy-nya melalui buku dan bisa dipelajari oleh para santri,” pungkasnya.