
Membaca Surat Yasin memiliki banyak keutamaan. Di antaranya, dapat membantu menghilangkan kesusahan, mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah Swt. Surat Yasin juga dianggap sebagai pembuka pintu rezeki dan perlindungan dari berbagai musibah. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang keutamaan membaca Surat Yasin, berikut wawancara Redaksi Website Dza ‘Izza, Sahrul Mauludi, dengan Ustaz Yunal Isra, MB., LC., S.S.I. pada Kamis (6/6/2024).
SM : Bagaimana pandangan ulama terkait keutamaan membaca Surat Yasin?
YI : Surat Yasin merupakan jantungnya al-Qur’an, di mana ketika seseorang membacanya dengan niatan ikhlas karena Allah Swt. serta mengharapkan pahala akhirat maka Allah Swt. akan mengampuninya. Hal ini berdasarkan sebuah hadis riwayat Imam Abu Daud dalam kitab Sunan-nya yang bersumber dari Ma’qil ibn Yasar di mana Rasulullah saw. pernah bersabda, ‘’Yasin merupakan jantungnya al-Qur’an. Tidaklah seseorang membacanya karena mengharapkan ridha Allah Swt. dan kampung akhirat melainkan Allah Swt. akan mengampuninya. Oleh karenanya bacalah Surat Yasin untuk orang-orang yang wafat di antara kalian!”
Syekh Yusuf Khatthar Muhammad dalam karyanya al-Mausu’ah al-Yusufiyyah Fi Bayan Adillah al-Shufiyyah mengutip sebuah riwayat yang terdapat dalam kitab Musnad Al-Daylami, yang bersumber dari Abu Al-Darda’ dan Abu Dzar Al-Ghifari di mana mereka meriwayatkan, “Tidaklah seseorang yang akan meninggal dunia, lalu dibacakan Surat Yasin di dekatnya, niscaya Allah Swt. akan memudahkan kondisinya”. Begitu juga Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya mengutip riwayat yang bersumber dari Imam Ahmad ibn Hambal di mana beliau meriwayatkan bahwa para ulama pernah berkata, “Apabila Surat Yasin dibacakan di dekat mayat (baik yang sedang sekarat ataupun yang sudah wafat), maka urusannya akan dimudahkan Allah Swt.”
Imam al-Syaukani dan Abu Ja’far al-Thabari menggarisbawahi bahwa, membacakan Surat Yasin tidak hanya memberi faidah untuk mereka yang membacanya untuk dirinya sendiri saja, namun juga untuk orang yang sedang sekarat (akan meninggal dunia) serta mereka yang sudah meninggal dunia. Hal ini berdasarkan lahiriah teks hadis di atas yang disebutkan dalam bentuk umum dengan tidak membatasinya hanya untuk orang yang akan meninggal saja. Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk mengkhususkan anjuran membaca Surat Yasin itu hanya untuk orang-orang yang akan meninggal semata.
Para ulama lainnya sebagaimana yang dikutip oleh Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya juga menambahkan keistimewaan lain dari Surat Yasin ini, yaitu dapat memudahkan semua perkara yang sulit jika pada saat membacanya disertai dengan niat yang tulus dan ikhlas karena Allah Swt.
SM : Adakah waktu khusus untuk membaca Surat Yasin?
YI : Tidak ada dalil spesifik dari al-Qur’an dan Hadis Nabi terkait waktu khusus untuk membaca Surat Yasin. Namun seseorang diperbolehkan membaca surat tersebut kapan dan di mana pun ia berada asalkan tidak di waktu dan tempat yang terlarang seperti misalnya ketika dalam kondisi sedang berhadas besar ataupun di dalam kamar mandi/water closet. Sehingga tidak masalah membaca Surat Yasin setiap hari ataupun malam, baik di waktu pagi, siang ataupun di sore hari. Namun sebagian besar masyarakat di daerah kita Nusantara, membiasakan wirid Yasinan ini pada setiap malam Jumat dengan alasan karena Jumat adalah sayyid al-ayyam (penghulunya hari) dan itu tidak masalah.
Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya meriwayatkan sebuah hadis Hasan yang bersumber dari Abu Hurairah, di mana Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barang siapa yang membaca Surat Yasin di suatu malam, maka pada waktu subuhnya Allah Swt. telah mengampuni dosanya”. Begitu juga Ibn Hibban dalam kitabnya, Shahih Ibn Hibban, meriwayatkan sebuah hadis Shahih yang bersumber dari Sahabat Jundub ibn Abdillah di mana Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barang siapa yang membaca Surat Yasin pada suatu malam, karena mengharapkan keridaan Allah Swt., niscaya dosa-dosanya akan diampuni Allah Swt.”
Sementara itu, Sayyid Muhammad ibn ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani dalam salah satu karyanya, Madza Fi Sya’ban pernah menyinggung bagaimana hukum mengkhususkan bacaan Surat Yasin di waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat malam Nisfu Sya’ban (ataupun pada malam-malam lain seperti malam Jumat seperti yang dibiasakan oleh masyarakat kita di Nusantara) sembari bermohon sesuatu hal yang khusus kepada Allah Swt, lantas beliau menjawab, “Tidak ada larangan menggunakan Al-Qur’an, zikir-zikir, dan doa-doa untuk tujuan duniawi dan hajat-hajat pribadi lainnya setelah mengikhlaskan niat karena Allah Swt semata. Karena syarat dalam amalan apa pun adalah mengikhlaskannya untuk Allah Swt.”
SM : Apakah pembacaan Surat Yasin akan sampai pahalanya kepada orang yang telah meninggal?
YI : Imam Jalaluddin Al-Suyuthi dalam salah satu karyanya yang berjudul Syarh al-Shudur pernah menjelaskan bahwa mayoritas ulama Salaf berpandangan bahwa hadiah bacaan al-Qur’an, baik Surat Yasin ataupun surat-surat lainnya kepada orang yang sudah meninggal akan sampai dengan izin Allah Swt. Hal yang serupa juga ditegaskan oleh Imam al-Nawawi dalam kitabnya Riyadh al-Shalihin dengan mengutip pernyataan Imam al-Syafi’i bahwa disunnahkan membaca ayat-ayat al-Qur’an di dekat orang yang sudah meninggal dan jika bacaannya dikhatamkan hingga akhir al-Qur’an maka itu akan lebih baik. Hal ini sekali menunjukkan bahwa Imam Syafi’I pun mengakui sampainya hadiah bacaan al-Qur’an dari orang yang masih hidup kepada mereka yang sudah meninggal dunia.
Memang benar, ada sebagian ulama yang menganggap bahwa bacaan al-Qur’an yang dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal tidak akan sampai dengan dalil Surat Al-Najm ayat ke-39 di mana Allah Swt berfirman, “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”. Namun perlu diperhatikan bahwa selain ayat di atas (jika dibaca secara komprehensif), terdapat banyak dalil lain yang menegaskan bahwa orang yang sudah meninggal ternyata masih bisa memperoleh manfaat dari amalan orang lain. Di antara dalil penting yang berkaitan dengan ayat di atas adalah sebuah hadis Shahih yang bersumber dari Abi Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.
“Apabila seorang hamba meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya”. (H.R. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
Sayyid Muhammad dalam karyanya Tahqiq al-Amal fi Ma Yanfa’u al-Mayyit Min al-A’mal ketika menjelaskan hadis ini menyebutkan bahwa orang tua beliau, Sayyid al-Imam ‘Alawi ibn Abbas al-Maliki al-Hasani r.a pernah menjelaskan hadis ini sembari berkata :
“Ketahuilah bahwa terputusnya amalan dengan sebab kematian merupakan persoalan yang jelas, karena orang yang telah meninggal tidak mungkin beramal dan begitu juga ia tidak akan ditaklifi (dibebani dengan hukum agama) setelah kematiannya. Hanya saja yang dimaksud oleh hadis tersebut adalah bahwa efek sebagian amalan dapat saja berkelanjutan hingga setelah kematian seseorang, sehingga pahalanya tidak akan terputus ketika amalan tersebut terus diulang-ulang oleh orang lain. Dalam hadis tersebut disebutkan setidaknya ada tiga amalan yang pahalanya tidak akan terputus, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak saleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya”.
Oleh karena itu, para ulama sunnah, khususnya para imam kaum Salafi seperti Syekh Ibn Taymiyah dan Ibn Qayyim Al-Jauziyyah yang memahami ayat di atas secara benar mengakui bahwa orang yang sudah meninggal dapat memperoleh manfaat dari amalan orang lain. Bahkan Ibn Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa-nya menyebutkan bahwa setidaklah lebih dari 30 dalil yang menjelaskan bahwa seseorang yang sudah meninggal dunia bisa saja mendapatkan manfaat dan aliran pahala dari mereka yang masih hidup. Sehingga keliru besar mereka yang mengatasnamakan pengikut Ibn Taimiyah, tapi tidak mengakui sampainya hadiah pahala dari orang masih hidup kepada mereka yang sudah meninggal.
SM : Apakah nilai-nilai fundamental dari Surat Yasin yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari?
YI : Banyak nilai-nilai positif yang terkandung di dalam Surat Yasin, salah satu di antaranya adalah anjuran untuk senantiasa menyadari bahwa setiap nikmat Allah Swt yang Ia titipkan kepada kita berupa pancaindra yang lima dan lain-lain akan dimintai pertanggungjawabannya secara detail di akhirat kelak. Hal itu tertulis secara gamblang pada ayat ke-65 dari surat tersebut :
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Pada hari itu kami akan kunci mulut mereka, tangan dan kaki merekalah yang akan bersaksi terkait apa yang telah mereka usahakan (ketika hidup di dunia).”
Oleh karena itu, sebelum berbuat dan sebelum menggunakan nikmat Allah Swt. yang Ia berikan kepada kita untuk memaksiati-Nya, maka terlebih dahulu yang harus kita pikirkan adalah sanggupkah kita nanti ketika berada di pengadilan Allah Swt mempertanggungjawabkan semuanya di saat mulut tidak bisa lagi berucap apalagi berbohong terkait apa yang pernah kita kerjakan di dunia.? Tidak ada saksi yang lebih tahu tentang diri kita melainkan anggota badan kita sendiri seperti kaki, tangan dan lainnya. Oleh sebab itu, mari senantiasa waspada dari pantauan Allah Swt.! Allahu A’lam