Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata “minat” dan “bakat”. Setiap orang pasti memiliki minat dan bakat masing-masing, namun tak jarang ada yang belum menyadari apa sebenarnya minat dan bakat yang dimilikinya. Sebagian orang mungkin kesulitan mengenali dan menemukan minat serta bakat mereka. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pola asuh orang tua yang mungkin tidak memaksimalkan potensi minat dan bakat anak-anak mereka sejak dini.
Kata minat dan bakat mungkin terdengar sepele, tetapi jika seseorang terlibat dalam hal-hal yang tidak disukai, barulah mereka tersadar dan mulai mencari apa sebenarnya minat dan bakat mereka. Pencarian ini di usia dewasa bisa menjadi tantangan tersendiri, dengan daya juang dan kepercayaan diri yang turut mempengaruhi prosesnya. Oleh karena itu, mengenali minat dan bakat sejak usia dini sangat penting.
Mengetahui minat dan bakat akan memudahkan seseorang untuk mengenali serta memahami potensi dan kelemahan yang dimilikinya. Hal ini akan membantu mereka berkembang menjadi lebih baik. Minat dan bakat juga akan mempengaruhi cita-cita yang diinginkan. Seseorang yang sudah mengetahui minat dan bakatnya akan relatif mudah menjalani proses pendidikan dan karir, mengerjakan semuanya dengan baik tanpa paksaan, sehingga hasilnya akan lebih optimal.
Untuk membicarakan minat dan bakat, kita harus memahami pengertiannya dengan jelas. Yudrik Jahja dalam Psikologi Perkembangan menjelaskan bahwa minat adalah dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu, seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan motorik, serta merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan atau diharapkan. Minat berkaitan erat dengan keinginan hati terhadap sesuatu, yang biasanya dilakukan dengan rasa senang dan gembira.
Minat juga berkaitan dengan sesuatu yang memberikan keuntungan dan kepuasan bagi individu. Kesenangan adalah minat yang sifatnya sementara, sementara minat yang bersifat tetap (persistent) mengandung unsur pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan, semakin kuat minat tersebut. Sebaliknya, minat akan memudar jika tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya.
Sedangkan bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Setiap manusia memiliki bakat dalam bidang tertentu dengan kualitas yang beragam. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi di bidang tertentu, tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, serta dukungan moral dan sosial dari lingkungan terdekat. Bakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu akademik dan non-akademik. Bakat akademik berkaitan dengan pelajaran, sedangkan bakat non-akademik berkaitan dengan seni, olahraga, sosial, dan kepemimpinan. Keunikan bakat anak dapat diidentifikasi dari aktivitas kesehariannya; jika seorang anak senang melakukan suatu aktivitas berulang kali, bisa jadi itu adalah bakatnya.
Munif Chatib dalam bukunya Orang Tuanya Manusia (Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak) menjelaskan beberapa ciri-ciri bakat pada anak. Pertama, aktivitas yang disukai anak tidak dapat dibatasi. Jika anak menyukai suatu aktivitas, maka semua ruang akan dijadikan tempat untuk melakukannya. Jika dilarang, anak akan berusaha mencari cara agar tetap bisa menjalankan aktivitas tersebut. Kedua, bakat anak memunculkan momen spesial (special moment), di mana dengan bakat yang dimilikinya, anak mampu menciptakan hal-hal luar biasa yang tidak terduga sebelumnya. Orang tua harus peka terhadap situasi dan momen yang memunculkan fitrah bakat tersebut.
Ketiga, anak akan merasa nyaman dan bersemangat mempelajari aktivitas yang disukainya. Hal ini bisa terlihat dari ekspresi wajah yang senang dan penuh semangat ketika melakukan aktivitas tersebut, meskipun bagi sebagian anak, aktivitas itu mungkin sulit dan menantang. Keempat, anak yang berbakat akan menjadi pembelajar yang cepat (fast learner). Karena proses belajar dan aktivitas yang dilakukan menyenangkan, anak merasa mudah untuk melakukannya. Jika ada masalah dalam aktivitasnya, anak berbakat akan berusaha mencari solusi.
Kelima, bakat secara terus menerus memunculkan minat untuk memenuhi kebutuhan anak. Keenam, bakat selalu mencari jalan keluar. Jika menghadapi rintangan, anak berbakat akan berusaha menemukan solusi. Ketujuh, bakat dapat menghasilkan karya, dan kedelapan, bakat membuat anak senang menunjukkan penampilan atau unjuk keterampilan.
Dalam al-Qur’an, isyarat mengenai potensi bakat tertuang dalam surat al-Isra’ ayat 84.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
Artinya: Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Menurut Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat Kemenag dalam Tafsir Al-Qur’an Tematik, Pendidikan, Pembangunan Karakter, Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa ungkapan ‘ala Syakilatih mengacu pada kemampuan, kondisi, kepribadian, kecenderungan, karakteristik, cara dan sudut pandang yang boleh jadi berbeda-beda pada tiap individu.
Menurut Abu Suud setiap orang berbuat menurut cara yang membawa dia kepada petunjuk atau kesesatan, atau menurut substansi rohnya dan potensi-potensi bawaan yang menyertai fisiknya. Hal lain yang juga berpengaruh pada sikap dan tingkah laku manusia adalah tingkat dan jenis kecerdasan yang dimilikinya. Tingkat dan jenis kecerdasan manusia bersifat terberi (gifted), yaitu bersumber dari Yang Mahaagung. Allah Swt. menciptakan manusia dan memberinya bentuk sesuai dengan kehendak-Nya.
Adapun menurut Prof. M. Quraish Shihab, dalam tafsirnya al-Mishbah kata ‘syakilah’ pada mulanya digunakan untuk cabang pada satu jalan.Ibn ‘Asyur memahami kata ini dalam arti jalan atau kebiasaanyang dilakukan oleh seseorang. Sayyid Quthub memahaminya dalam arti cara dan kecenderungan. Maksud makna ini benar. Ayat ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki kecenderungan, potensi dan pembawaan yang menjadi pendorong aktivitasnya. Sementara pakar berpendapat bahwa ada empat tipe manusia. Pertama, ada yang memiliki kecenderungan beribadah. Kedua, ada yang senang meneliti dan tekun belajar. Ketiga, adalah pekerja keras dan yang keempat adalah seniman. Semua berbeda penekanan aktivitasnya.
Setelah kita mengetahui penjelasan mengenai minat dan bakat. Selanjutnya perlu kiranya peran aktif dari kita selaku pendidik atau orang tua untuk mengenali minat dan bakat anak-anak atau santri, yang selanjutnya berupaya memaksimalkan potensi mereka, mengantarkan pada versi terbaik mereka dalam meraih prestasi di semua bidang yang mereka geluti.
Daftar Pustaka
- Chatib, Munif. 2012. Orang Tuanya Manusia. Melejitkan Potensi dan kecerdasan dengan menghargai Fitra Setiap Anak. Bandung: Kaifa.
- Jahja, Yudrik. 2015. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenada Media.
- Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama RI. 2010. Tafsir Al-Qur’an Tematik, Pendidikan, Pembangunan Karakter, Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
- Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.