Ustaz Quraish Shihab Bahas Makna al-‘Izzah

Dalam Al-Qur’an, kata al-‘izzah disebutkan beberapa kali dengan berbagai konteks, seperti pada surat Yunus ayat 65, al-Munafiqun ayat 8, dan al-Fathir ayat 10. Meskipun konteksnya berbeda, ada kesamaan maknanya, yaitu Allah Swt pemilik al-‘Izzah. Semua sumber kekuatan dan kemuliaan sejati adalah milik Allah Swt., dan siapapun yang meraih kekuatan atau kemuliaan adalah berkat anugerah Allah Swt. yang Dia berikan kepada rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Tanpa anugerah tersebut, segala kemuliaan yang diraih hanyalah semu—kekayaan, jabatan, kekuasaan—yang kelak akan hilang. Sementara itu, kemuliaan dari Allah Swt. berlaku di dunia dan akhirat, memberikan nilai sejati bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.

Ustaz M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan makna al-‘izzah dalam surat al-Munafiqun ayat 8:

يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ

Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (dari perang Bani Mustaliq), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana,” padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui (Al-Munāfiqūn [63]:8)

Ustaz Qurasih Shihab menjelaskan bahawa kata al-‘izzah terambil dari akar kata yang terdiri dari dua huruf, yaitu ‘ain dan zai. Maknanya berkisar pada “kekukuhan” dan “kemantapan”. Dari sini kemudian lahir makna-makna baru sesuai dengan konteks serta bentuk mudhari‘-nya (kata kerja masa kini/datang). Jika bentuknya ya’uzzu maka ini berarti “mengalahkan”; jika  ya’izzu maka maknanya “sangat jarang”, atau “sedikit” bahkan “tidak ada samanya”, dan jika ya azzu maka ia berarti “menguatkan” sehingga tidak dapat dibendung atau diraih.

Beliau pun menjelaskan bahwa Allah Pemilik al-‘Izzah adalah Dia Yang Maha Mengalahkan siapa pun yang melawan-Nya, dan Dia sama sekali tidak terkalahkan oleh siapa pun. Dia juga yang tidak ada sama-Nya, serta tidak pula dapat dibendung kekuatan-Nya, atau diraih kedudukan-Nya, Dia begitu tinggi sehingga tidak dapat disentuh oleh keburukan dan kehinaan. Dari sini al-‘Aziz biasa juga diartikan dengan Yang Maha Mulia.

Al-‘Izzah yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya, lanjut Ustaz Quraish Shihab, menjadikan beliau tidak terkalahkan. Ajaran yang beliau sampaikan akan tersebar walau lawan-lawannya benci. Sedangkan al-‘izzah yang dianugerahkan kepada kaum beriman adalah kemenangan, percaya diri serta wibawa yang menghiasi jiwa mereka.

Dari penjelasan Ustaz Quraish Shihab, kita memahami bahwa kekuatan dan kemuliaan yang absolut hanya dimiliki oleh Allah Swt, dan siapa pun yang menyandarkan diri kepada-Nya akan meraih kemuliaan sejati. Ayat ini memberikan keyakinan bahwa dengan berpegang teguh pada petunjuk-Nya, seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemuliaan yang tak tergoyahkan. Dengan demikian, keimanan kepada Allah menjadi sumber utama kemuliaan bagi orang-orang yang beriman.

Keyakinan ini juga membawa ketenangan batin dan keteguhan hati. Orang-orang beriman tidak perlu merasa lemah atau bersedih selama mereka tetap berpegang pada ajaran dan petunjuk Allah. Dengan mengikuti jalan yang telah ditetapkan-Nya, mereka akan menemukan kemuliaan dalam kemuliaan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati berasal dari penyerahan diri dan kepercayaan penuh kepada Allah Swt, yang menjadi fondasi bagi kehidupan yang penuh dengan kemuliaan dan ketenangan.

Ayat ini menjadi fondasi bagi terbentuknya generasi yang tangguh, optimis, penuh percaya diri, dan semangat untuk maju dengan mengharap rida Allah Swt., bukan yang lain. Generasi tangguh yang bersandar pada kemuliaan Ilahi. Mereka memiliki keyakinan kuat bahwa segala pencapaian dan keberhasilan mereka adalah berkat pertolongan Allah Swt. Mereka tidak mudah terpengaruh oleh godaan duniawi seperti kekayaan, jabatan, dan kekuasaan yang hanya bersifat sementara. Sebaliknya, mereka fokus pada pencapaian yang lebih abadi dan bermakna. Dengan bersandar kepada Allah Swt., mereka akan selalu mendapatkan petunjuk dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, sehingga tidak takut akan kegagalan dan terus berusaha dengan gigih, penuh semangat, dan tidak pernah kehilangan harapan.

Pustaka

Shihab, M. Qurasih. 2005. Tafsir al-Mishbah. Ciputat, Tangerang: Lentera Hati. Vol.14.

Skip to content