Ketika Nabi Muhammad saw. pertama kali menerima wahyu, Khadijah menampilkan sikap ketenangan yang luar biasa dengan berpikir positif. Khadijah segera menghibur dan meyakinkan Nabi Muhammad saw. bahwa apa yang dialaminya adalah berkah dari Allah, bukan sesuatu yang akan membahayakan. Khadijah percaya sepenuhnya bahwa Allah Swt. tidak akan mendatangkan keburukan kepada suaminya, melainkan membawa petunjuk dan rahmat yang besar.
Dalam momen yang sangat mengguncang ini, sikap optimis Khadijah tidak hanya menenangkan Nabi Muhammad saw. tetapi juga membangkitkan semangatnya. Hal ini terjadi di sepanjang perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw. di mana Khadijah selalu menebarkan pikiran positif terhadap beragam kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi. Sikap Khadijah ini, dalam memberikan dukungan kepada Nabi Muhammad saw., menjadi teladan bagi kita semua dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup dengan berpikir positif, optimis dan kepercayaan kepada Allah Swt.
Berpikir positif adalah sikap mental yang mampu mengubah cara kita melihat dunia dan menghadapi tantangan hidup. Berpikir positif atau pandangan optimis tidak hanya membuat kita merasa lebih bahagia, tetapi juga memiliki dampak positif yang mendalam pada berbagai aspek kehidupan. Kita menjadi lebih bersemangat, tidak mudah putus asa dan menyerah begitu saja. Ada keyakinan bahwa kita mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Bukankah bersama kesulitan ada kemudahan? (Qs. Asy-Syarh: 5-6).
Dr. Barbara Fredrickson, seorang psikolog terkenal, dalam bukunya yang berjudul Positivity (2009) menjelaskan bahwa berpikir positif bukan sekadar melihat segala sesuatu dengan beragam perspektif, tetapi juga tentang membangun ketahanan mental yang kuat untuk menghadapi situasi sulit. Ia menekankan pentingnya pikiran positif dalam membuka pintu banyak pilihan, peluang, dan kemungkinan.
Norman Vincent Peale, dalam karyanya yang sangat populer The Power of Positive Thinking (2009) menegaskan bahwa keyakinan dalam diri sendiri dan pandangan hidup yang optimis dapat mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia sekitar kita. Menurutnya, pikiran positif memiliki kekuatan untuk menciptakan realitas yang kita inginkan. Dunia adalah sebagaimana yang kita pikirkan. “Pemikiran positif memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membentuk kehidupan kita. Dengan memusatkan pikiran pada hal-hal yang positif, kita dapat menciptakan realitas yang lebih baik,” tulisnya.
Martin Seligman, seorang tokoh utama dalam psikologi positif, dalam bukunya Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life (1998) memfokuskan penelitiannya pada kekuatan berpikir positif dalam meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik. Ia menunjukkan bahwa mempraktikkan optimisme dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan.
Sementara itu, dalam Mindset: The New Psychology of Success (2006) Carol S. Dweck menggali konsep “mindset” yang mengupas pentingnya berpikir positif dalam mencapai tujuan akademik dan profesional. Dweck menekankan bahwa memiliki pola pikir yang berkembang (growth mindset) memungkinkan kita untuk belajar dari kegagalan dan tumbuh sebagai individu.
Shawn Achor, dalam The Happiness Advantage (2010) menyoroti bagaimana perubahan kecil dalam pola pikir sehari-hari dapat membawa perbedaan besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung berpikir positif. Ia menekankan bahwa kebahagiaan dapat dipelajari dan diperkuat melalui kebiasaan-kebiasaan positif.
Dengan ini, kita dapat melihat bahwa berpikir positif bukan hanya tentang memiliki pandangan cerah terhadap hidup, tetapi juga tentang mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih produktif. Ini membantu kita untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang–bukan diukur dari jumlah kekayaan yang dimiliki, tetapi dari nilai-nilai kehidupan yang kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengembangkan pikiran positif ini kita dapat memulainya dari sikap syukur setiap hari. Mengapresiasi kehidupan, pengalaman, dan semua yang Allah Swt. berikan. Hal ini akan membawa kita untuk lebih fokus pada hal-hal yang positif ketimbang berkeluh kesah. Shawn Achor, dalam The Happiness Advantage, mengatakan bahwa fokus ke hal-hal positif dalam hidup kita dapat mengubah cara otak kita bekerja, meningkatkan produktivitas dan kebahagiaan secara keseluruhan (Achor, 2010). Dengan mensyukuri hal-hal baik yang terjadi dalam hidup kita, kita dapat memperkuat pola pikir positif secara alami.
Kemudian, bergaul dengan orang-orang yang berpikiran positif juga sangat penting karena akan memberikan pengaruh yang tak sedikit pada kita. Menurut Norman Vincent Peale dalam The Power of Positive Thinking, mendapatkan dukungan dari orang-orang yang memiliki pandangan positif dapat membantu kita membangun keyakinan diri dan mempertahankan sikap optimis dalam menghadapi kesulitan (Peale, 2009). Kita bisa belajar banyak dari pengalaman dan pandangan mereka. Menurut Shawn Achor, membangun jaringan sosial yang positif dan bergaul dengan orang-orang yang optimis dapat meningkatkan mood dan kebahagiaan secara signifikan (Achor, 2010).
Selanjutnya, latih diri untuk mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Martin Seligman menyarankan teknik “learned optimism” yaitu mengidentifikasi dan mengganti pikiran-pikiran negatif dengan yang lebih konstruktif (Seligman, 1998). Ini adalah cara untuk menumbuhkan pemikiran positif secara sadar dan membuatnya menjadi kebiasaan. Dengan kesabaran dan konsistensi, kita dapat mengintegrasikan pemikiran positif ke dalam rutinitas sehari-hari. Pemikiran negatif tidak lagi memiliki tempat dalam pikiran kita, karena pikiran kita telah menjadi tuan rumah bagi pemikiran positif.
“Menggantikan pemikiran negatif dengan pemikiran positif adalah langkah penting dalam mencapai perubahan dan pertumbuhan. Ketika kita melatih pikiran kita untuk melihat sisi positif dalam setiap situasi, kita mengubah persepsi dan merespons dengan cara yang lebih konstruktif,” tulis Norman Vincent Peale.
Perlu diingat bahwa perubahan tidak terjadi dalam semalam. Proses menumbuhkan kebiasaan berpikir positif memerlukan kesabaran, konsistensi, dan komitmen yang kuat. Dengan mengintegrasikan berbagai upaya dan ikhtiar yang sungguh-sungguh ke dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya melatih otak kita untuk mengamati sisi terang dari setiap situasi, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk pemikiran yang lebih optimis dan produktif secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
Achor, Shawn. (2010). The Happiness Advantage: The Seven Principles of Positive Psychology That Fuel Success and Performance at Work. New York: Crown Publishing Group.
Dweck, Carol S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. New York: Ballantine Books.
Fredrickson, Barbara L. (2009). Positivity: Groundbreaking Research Reveals How to Embrace the Hidden Strength of Positive Emotions, Overcome Negativity, and Thrive. New York: Crown Publishers.
Peale, Norman Vincent. (2009). The Power of Positive Thinking. New York: Simon & Schuster.
Seligman, Martin E. P. (1998). Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life. New York: Pocket Books.