Warisan Kiai Syahid: Sebuah Catatan untuk Majalah Dza ‘Izza Edisi Ke-28

Dalam kehidupan para santri, sosok teladan memegang peran yang sangat penting. Di dunia pendidikan pesantren, teladan bukan hanya sekadar contoh hidup, melainkan cermin dari nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri setiap santri. Kehadiran seorang figur yang menjalani hidup dengan keikhlasan, disiplin, dan tanggung jawab menjadi fondasi moral yang kokoh bagi generasi muda yang tengah ditempa.

Bagi santri, sosok teladan adalah panduan nyata dalam menjalani kehidupan pesantren. Melalui keteladanan itulah, mereka belajar bagaimana menjaga disiplin dan amanah, beramal tanpa pamrih, serta mematuhi segala aturan dengan penuh tanggung jawab. Nilai-nilai yang diwariskan lewat tindakan nyata ini menjadi warisan tak ternilai yang akan terus menginspirasi perjalanan hidup mereka ke depan.

Majalah Dza ‘Izza edisi ke-28 (Januari-Juni 2024) hadir dengan liputan yang tak hanya menyentuh hati, tetapi juga menorehkan jejak sejarah penting dari sosok yang telah mewarnai kehidupan Pondok Pesantren Daar el-Qolam. Edisi kali ini didedikasikan sepenuhnya untuk mengenang perjuangan K.H. Ahmad Syahiduddin, yang akrab disapa Kiai Syahid. Wafatnya pada 26 Februari 2024 meninggalkan duka yang mendalam bagi santri, keluarga, dan umat Islam, terutama bagi mereka yang merasakan secara langsung keteladanan yang diwariskannya.

K.H. Ahmad Syahiduddin, yang lahir pada 15 Maret 1956, adalah sosok teladan yang tak terlupakan. Majalah Dza ‘Izza edisi ke-28 menggambarkan dengan begitu dekat bagaimana nilai-nilai keikhlasan, disiplin, amanah, dan tanggung jawab seolah mengalir dalam setiap tarikan nafasnya. Liputan ini memuat kesaksian dari berbagai kalangan yang pernah bersentuhan dengan beliau. Mereka mengenang Kiai Syahid sebagai pribadi yang tak hanya menjadi pemimpin, tetapi juga guru kehidupan, yang mengajari lewat teladan nyata.

Secara khusus Teater Dza ‘Izza, dengan konsep drama musikal, menampilkan sosok Kiai Syahid dengan begitu apik. Tanpa maksud untuk menyerupai, para pemeran berupaya menyampaikan pesan moral dan keteladanan Kiai Syahid, bahwa perjuangan harus terus dilanjutkan. Edisi ke-28 ini mencoba untuk menyegarkan kembali ingatan itu.

Keikhlasan menjadi benang merah dari setiap tulisan dalam edisi ini, menelisik bagaimana Kiai Syahid menjalani hidup dengan pengabdian yang sepenuhnya. Tanpa pamrih, selain untuk mencetak generasi santri yang berakhlak mulia. Dalam berbagai kesaksian, kita menemukan sosok yang tegar dalam memikul tanggung jawab.

Kiai Syahid adalah perwujudan hidup dari kelima prinsip Panca jiwa pondok. Beliau telah mengamalkan keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah, dan kebebasan. Ini menjadi contoh teladan yang berkesan, yang bersumber dari sosok seorang pengasuh, guru, dan ayah yang mencintai anak-anaknya (fi al-‘ilm).

Tidak hanya sebuah retrospeksi, edisi ke-28 ini juga menyimpan harapan, bahwa nilai-nilai yang diwariskan oleh Kiai Syahid akan terus hidup dan menginspirasi. Bahwa wafatnya beliau bukanlah akhir dari pengabdian, melainkan awal dari tonggak baru dalam meneruskan perjuangan beliau. Termasuk Majalah Dza ‘Izza ini, yang merupakan warisan Kiai Syahid juga.