
Bersyukur sampai detik ini kita masih diberikan kebebasan bernafas. Anugerah-nya senantiasa meliputi setiap makhluk sehingga hidup terus selaras. Setelah mengetahui kemuliaan yang meruah pada bulan Sya’ban, rugi sekali rasanya melewati hari-hari pahala tanpa amal di dalamnya. Diantara hari-hari itu adalah pertengahannya atau lebih masyhur dengan nama Nishfu Sya’ban yang pada tahun ini bertepatan pada hari Kamis tanggal 13 Februari 2025.
Beragam ritual dilangsungkan oleh umat muslim untuk menghidupkan malam Nishfu Sya’ban. Masyarakat Indonesia sendiri memiliki tradisi tiga kali mengulang surat Yasin pada malam tersebut. Dengan niat agar Allah mengampuni dosa-dosa, memberkahi kehidupannya dan mewafatkannya dalam keadaan husnul khatimah.
Memang ada apa pada malam pertengahan bulan Sya’ban? Amalan apa yang semestinya dilakukan pada malam tersebut? Untuk menjawab pertanyaan itu, kali ini penulis akan merujuk pada kitab yang dibuat khusus tentang Nishfu Sya’ban. Husnu at-Tibyan fii Lailat an-Nishfi min Sya’ban karya seorang ahli hadit asal Maroko dari keturunan al-Ghumari, Sayyid Abdullah bin Muhammad bin ash-Shiddiq al-Ghumari, al-Idrisi, al-Hasani (1413 H). Beliau memiliki kedudukan yang tinggi di mata ulama dunia. Lewat kitabnya yang mencapai ratusan, beliau menyumbangkan pemikirannya yang ilmiah kepada umat muslim.
Nama beliau begitu masyhur terutama di kalangan pecinta hadits. Meski tidak pernah bertemu langsung, sebuah kehormatan bisa berjumpa dengan seseorang yang memperantarai saya dengan beliau. Perantara itu adalah Sayyid Ahmad bin Mansur al-Qurtom al-Husaini yang bulan Rajab lalu meninggal dunia. Semoga Allah merahmatinya. Amin.
Ada Apa di Malam Nishfu Sya’ban?
Dalam sebuah hadits riwayat Imam al-Baihaqi (458 H) dalam kitabnya Syu’ab al-Iman dari Abu Tsa’labah (75 H) Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila tiba malam Nishfu Sya’ban, Allah swt memperhatikan hamba-Nya. Lalu mengampuni orang beriman, menenggangkan orang kafir dan membiarkan orang yang memiliki kebencian dengan kebencian mereka.”
Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah (273 H) dari Mu’adz bin Jabal (18 H) Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah swt memperhatikan (hamba-Nya) pada malam Nishfu Sya’ban. Kemudian Dia mengampuni seluruh hamba-Nya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang sedang bermusuhan.”
Kedua hadis di atas menegaskan keutamaan yang terdapat pada malam Nishfu Sya’ban. Setidaknya ada dua hal penting yang ingin Rasulullah ajarkan melalui hadis tersebut. Pertama, pengampunan Allah swt. Meski tidak terikat waktu, ampunan Allah lebih diharapkan pada waktu tertentu. Seperti pada malam pertengahan bulan ini. Selayaknya seorang hamba tidak menyia-nyiakan waktu tersebut dengan kelalaian terlebih kemaksiatan. Ambil bagian kita dari ampunan-Nya yang melimpah pada malam tersebut dengan melakukan beragam amal saleh dan bersungguh-sungguh taubat dari rupa-rupa maksiat. Baik berupa ucapan, tindakan maupun golongan yang menjadi pengecualian dari ampunan Tuhan; Musyrik dan Musyahin.
Alhamdulillah, kita selamat dari yang pertama tapi tidak dari yang kedua. Syekh Abdullah menjelaskan Musyahin adalah orang yang di hatinya menyimpan kebencian kepada saudara muslim lainnya karena dorongan hawa nafsunya. Kebencian semacam ini mencegah ampunan Allah swt. Dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Pintu-pintu surga terbuka setiap hari Senin dan Kamis. Lalu semua hamba yang tidak menyekutukan Allah akan diampuni kecuali dua orang yang diantaranya ada kebencian. Mereka tidak akan diampuni sampai keduanya berdamai.”
Jadikan malam Nishfu Sya’ban sebagai momen persatuan. Bersihkan hati dari virus kebencian yang mengajak pada perpecahan. Memohon dan memberi maaf kepada siapa saja yang telah dizalimi dan menzalimi. Meminta maaf tidak membuat hina. Memberi maaf tidak boleh jumawa. Saling memaafkan menjadikan manusia mulia. Jangan sampai permusuhan memayungi kita dari hujan ampunan. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya pada malam Nishfu Sya’ban Allah swt mengampuni hamba-Nya sebanyak bulu gerombolan domba.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Baihaqi)
Amalan apa yang dilakukan pada malam Nishfu Sya’ban?
Al-Qur’an dan Hadis tidak menyebutkan secara khusus amalan apa yang mesti dilakukan pada malam tersebut. Artinya, selama itu merupakan kebajikan boleh saja dilakukan dengan mengharapkan rida dan ampunan Allah swt. Seperti kita ketahui bersama, sebagian masyarakat Indonesia biasa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan membaca surat Yasin sebanyak tiga kali. Syekh Abdullah dalam kitabnya menegaskan bahwa tradisi ini juga ditemukan di tempat asalnya. Beliau menegaskan bahwa hal itu tidak ada dasarnya. Tidak ada asalnya. Di tempat yang lain seperti Mesir juga ditemukan hal serupa. Dilansir dari laman resmi elwatan, Mesir, bahwa tradisi membaca surat Yasin tiga kali pada malam Nishfu Sya’ban merupakan warisan leluhur yang saat ini mulai punah. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Abdul Majid al-Athrasy, Ketua Lajnah Fatwa Al-Azhar. Beliau juga menegaskan bahwa meski hal tersebut tidak berlandaskan dari Al-Qur’an maupun Hadits, namun hal itu tidak dilarang. Mengingat bahwa membaca al-Qur’an adalah bagian dari ibadah. “Selagi dapat mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya dan tidak menyelisihi syariat maka tidak mengapa.” Begitu pungkasnya.
Adapun anjuran dari para sahabat Rasulullah ﷺ tentang amalan yang dilakukan pada malam Nishfu Sya’ban adalah doa. Seperti yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab Fadhail al-Awqat, Abdullah bin Umar (73 H) radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Doa tidak akan tertolak pada lima malam; malam Jum’at, malam pertama bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban dan dua malam ‘Id (‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha).”
Kalam serupa juga dinukil dari Imam al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra bahwa Imam asy-Syafi’i (204 H) mengatakan pada lima malam tersebut doa pasti diijabah. Diantara doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ dalam hadis riwayat ‘Aisyah adalah sebagai berikut:
أعُوْذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ وَ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ جَلَّ وَجْهُكَ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Artinya: “Aku berlindung dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu. Dan aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu. Dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. Mahamulia Engkau. Aku tidak menghitung pujianku kepada-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu.”
Selain doa di atas, ada doa yang masyhur di kalangan umat muslim. Doa ini dikenal sebagai doa Nishfu Sya’ban karena kerap dibacakan secara berjamaah saat malam itu tiba. Biasanya dibaca di masjid atau surau sehabis maghrib usai membaca surat Yasin sebanyak tiga kali. Doa tersebut sebagai berikut:
يَا ذَا المَنِّ وَ لَا يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَ الإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ .. إلخ
Syekh Abdullah menerangkan bahwa doa ini bersumber dari sahabat Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (235 H) dalam kitabnya, Mushannaf. Ibnu Mas’ud (32 H) berkata: “Tidaklah seorang hamba berdoa dengan doa ini melainkan Allah luaskan baginya kehidupannya.”
Syekh Abdullah juga menambahkan catatan bahwa doa tersebut tidak dikhususkan pada malam Nishfu Sya’ban saja, melainkan boleh dibaca pada waktu-waktu yang lainnya. Meskipun hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan malam Nishfu Sya’ban berstatus dha’if, namun karena banyaknya jalur periwayatan menjadikan hadits ini dapat dijadikan landasan.
Abdurrahman Al-Mubarakfuri (1353 H) dalam Tuhfat al-Ahwadzi mengatakan hadis-hadis tersebut merupakan hujjah bagi yang mengira bahwa keutamaan malam Nishfu Sya’ban tidak berdasar. Semoga Allah swt berikan kita kesempatan untuk mengambil bagian dari keutamaan yang Dia tebar diantara pertengahan bulan Sya’ban. Sebagaimana Dia memperkenankan kekasih-Nya menikmati hidangan limpahan anugerah, semoga Dia juga mengizinkan kita untuk sekadar mencicip manisnya beribadah sebagai pengantar menuju Ramadhan yang sebentar lagi sambang. Amin.