
Di era globalisasi saat ini, setiap warga negara dituntut untuk siap bersaing dalam dinamika persaingan global. Perubahan geopolitik yang berlangsung begitu cepat menuntut setiap negara memiliki ketahanan dan kekuatan sendiri demi menjaga kepentingan nasionalnya.
Persaingan antarnegara kini tidak lagi sekadar mengandalkan kekuatan militer, melainkan lebih berfokus pada penguasaan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, sering kali menjadi pusat perhatian kepentingan global. Oleh karena itu, menjaga kedaulatan negara menjadi keharusan agar kekayaan alam yang dimiliki dapat dinikmati oleh rakyat sendiri.
Membangun Kemandirian Melalui Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Untuk mencapai tujuan tersebut, generasi muda, khususnya para santri dan siswa, perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini, negara-negara di seluruh dunia berlomba-lomba mengembangkan industri dalam negeri guna mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat daya saing nasional. Kemandirian dalam bidang teknologi dan ekonomi menjadi faktor kunci dalam memperkokoh kedaulatan suatu bangsa.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an:
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(Q.S. Al-Mujādalah: 11)
Peran Pesantren dalam Membentuk Karakter Kebangsaan
Dalam menghadapi tantangan kepemimpinan masa depan, generasi muda tidak hanya memerlukan keterampilan digital, tetapi juga etos kerja yang berorientasi pada hasil. Pendidikan karakter yang ditanamkan di pesantren memiliki peran penting dalam membangun nilai-nilai kebangsaan, sehingga santri tidak hanya menjadi pribadi yang religius tetapi juga nasionalis.
Pancasila sebagai dasar negara harus dijunjung tinggi oleh seluruh warga negara. Tidak sepatutnya ada perdebatan tentang Pancasila, karena nilai-nilainya lahir dari pemikiran para pemimpin Islam terdahulu. Selain itu, pengembangan kompetensi multikultural juga menjadi hal penting, sebab kekuatan Indonesia terletak pada keberagamannya.
Kemampuan berinovasi dalam teknologi dan membaca perkembangan zaman menjadi kunci keberhasilan bangsa di masa depan. Pesantren, dengan keunikannya, dapat menjadi wadah untuk menanamkan nilai-nilai tersebut.
Tiga Pilar Utama untuk Generasi Muda
Seorang pemimpin masa depan harus memiliki keseimbangan antara keterampilan teknis (hard skills) dan keterampilan sosial serta karakter yang kuat (soft skills). Ada tiga hal utama yang perlu dimiliki oleh generasi muda:
- Karakter kebangsaan yang kuat
Memegang teguh Pancasila dan UUD 1945 sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mampu mengelola kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat. - Semangat kolaborasi dan nilai-nilai kebersamaan
Membangun silaturahmi dan berpikir inklusif menjadi syarat utama untuk menjadi pemimpin yang efektif di masa depan. - Penguasaan ilmu pengetahuan
Keimanan yang dibarengi dengan ilmu pengetahuan akan mengangkat derajat seseorang. Pesantren harus memperkuat pemahaman ilmu agama sekaligus mengembangkan ilmu sains dan sosial agar santri mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Penutup: Menuju Generasi Berkarakter dan Berdaya Saing
Melalui penguatan nilai-nilai kebangsaan yang dibangun di pesantren, diharapkan generasi muda Indonesia mampu menjadi pemimpin yang cerdas, berkarakter, dan dapat membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik. Pesantren bukan hanya tempat membangun akhlak mulia, tetapi juga menjadi pilar strategis dalam mencetak generasi yang unggul secara intelektual dan kuat dalam menjaga keutuhan bangsa.