Refleksi Hari Sumpah Pemuda 2024

Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang bertepatan dengan tanggal 28 Oktober 2024 ini, saya sebagai Mudir al-Ma’had, mengucapkan selamat Hari Sumpah Pemuda. Semoga semangat juang santri terus tumbuh, mempererat persaudaraan, dan memperkuat jiwa santri selaku anak muda yang sedang menuntut ilmu. Bagi saya, pemuda itu tidak terbatas pada usia; pemuda adalah siapa saja yang masih memiliki semangat yang berkobar untuk berkarya dan berprestasi demi kemajuan bangsa, tanpa batasan umur.

Pada Hari Sumpah Pemuda ini, adalah kekeliruan besar jika santri dikonotasikan dengan hal-hal negatif. Santri adalah pilar utama dalam menjaga kedaulatan bangsa. Di seluruh pondok pesantren, nilai ukhuwah islamiyah pasti ditanamkan. Namun, ukhuwah islamiyah bukan hanya persaudaraan antarumat Islam; ia adalah hubungan baik dengan semua manusia secara islami, dengan cara yang baik. Jangan salah memahami ukhuwah islamiyah hanya sebagai persaudaraan antarumat Islam. Tidak. Ukhuwah islamiyah yang ditanamkan di Daar el-Qolam 3 ini adalah semangat persatuan antarmanusia, baik Muslim maupun non-Muslim, dengan sikap islami. Ini yang harus dipahami oleh kita sebagai santri.

Sebagai santri, kita tidak menutup diri dalam berkomunikasi dan bersahabat dengan sesama manusia. Tidak hanya dengan umat Islam, tetapi juga dengan non-Muslim, kita harus bergaul dengan cara yang Islami. Karena itulah kita disebut rahmatan lil ‘alamin—menjalin hubungan dengan semua manusia secara baik, tanpa membeda-bedakan atau mengkotak-kotakkan.

Kiai Mustofa Bisri, menekankan pentingnya ukhuwah atau persaudaraan yang universal. Dalam pandangannya, ukhuwah tidak hanya terbatas pada sesama umat Islam, tetapi juga mencakup hubungan yang baik dan adil dengan seluruh manusia, tanpa memandang agama atau latar belakang. Hal ini sejalan dengan semangat rahmatan lil ‘alamin, yang menempatkan santri sebagai pembawa kebaikan bagi semua umat manusia, termasuk non-Muslim.

Nilai utama santri dalam membangun bangsa terletak pada ilmu dan akhlaknya. Dengan ilmu, santri berperan dalam membangun bangsa dan melakukan perubahan-perubahan; dengan akhlak, santri menegakkan kejujuran dalam politik, ekonomi, dan sosial.

Sebagaimana pernah saya sampaikan dalam peringatan Hari Santri Nasional 2024 bertema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan, kita melanjutkan juang para pahlawan yang sudah mengorbankan jiwa dan raga. Kita mengisi kemerdekaan ini dengan ilmu dan akhlak.

Seperti yang pernah disampaikan B.J. Habibie, bahwa kita harus menggabungkan iman dan takwa (IMTAK) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IMTEK). Iman tidak boleh terkalahkan atau tergadaikan; kita tetap seorang Muslim sejati, memiliki akhlak yang mulia, dan bergaul dengan sesama manusia tanpa mengkotak-kotakkan. Itulah landasan dari semangat persatuan bangsa. Bhinneka Tunggal Ika, semboyan bangsa kita.

Ilmu pengetahuan dan teknologi pun harus dikuasai. Sebagai santri, kita tidak boleh minder. Santri tidak hanya mempelajari ilmu agama tetapi juga ilmu dunia, dan doa kita adalah untuk kebaikan dunia dan akhirat.

Seperti yang dicontohkam oleh para ulama dan ilmuwan Muslim terdahulu, seperti Ibnu Sina dan Al-Khawarizmi, yang mempelajari ilmu-ilmu dari berbagai peradaban. Jadi, umat Islam jangan merasa “itu bukan urusan saya”—itu urusan kita semua. Tidak ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum, antara ilmu Islam atau bukan Islam; semuanya setara.

Ilmu pengetahuan tidak dibatasi oleh ras atau golongan tertentu. Karena itu, umat Islam, khususnya santri, harus bersikap terbuka untuk belajar. Ilmu pengetahuan harus dipelajari dengan fondasi utama iman dan takwa, sebagai rel yang menjaga agar santri tetap di atas jalur yang benar. Santri tidak boleh lepas dari iman dan takwa yang diimplementasikan dalam akhlakul karimah.

Kepada para santri dan seluruh pemuda Indonesia, mari kita semua bersatu, bersatu dalam kedamaian dan membangun bangsa Indonesia. Kita menyongsong Indonesia Emas 2045, tonggak sejarah 100 tahun Indonesia merdeka. Jika pemudanya lembek, terkotak-kotak, dan tidak bersatu, bagaimana mungkin cita-cita bangsa akan tercapai? Jika kita bersatu, rintangan apa pun yang kita hadapi akan dapat kita lalui, baik dari dalam maupun luar.

Kepada para pemuda Indonesia, santriwan dan santriwati, mari kita berkolaborasi. Daar el-Qolam 3 ini punya maksud dan tujuan bermuamalah yang berarti berkolaborasi, bukan berkompetisi. Dengan berkolaborasi, kita bersikap terbuka sambil tetap berpegang teguh pada keimanan dan identitas kita sebagai santri. Jadi, berkolaborasi dengan siapapun kita terbuka.