Ngalap Berkah Guru

“Para pelajar tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, jika tidak mau menghormati ilmu dan guru,” demikian dinyatakan oleh Syekh Burhanuddin al-Jarnuzi dalam Kitab Ta’lim wa al-Muta’allim.

Guru mendapatkan perhatian yang begitu besar dalam kitab-kitab klasik sebagai sosok pembawa cahaya ilmu yang harus dimuliakan. Melalui guru, ilmu tersampaikan. Melalui guru, akhlak diteladankan. Guru adalah tulang punggung peradaban yang membentuk kualitas generasi masa depan.

Begitu mulianya seorang guru sehingga dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim diajarkan bagaimana adab seorang pelajar terhadap gurunya, mulai dari adab berbicara, berjalan, menemui dan menyapa, hingga bagaimana duduk di hadapan guru, menyimak pengajaran yang disampaikan  guru dan seterusnya. Semua ada adabnya terhadap guru.

Adab terhadap guru akan melahirkan keberkahan. Sebab adab tersebut akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan keridhaan seorang guru. Hal ini pun ditegaskan dalam Ta’lim al-Muta’allim:

“Seorang pelajar harus berusaha mencari keridhaan gurunya, menjauhi hal-hal yang menyebabkannya marah, dan mematuhi perintahnya selama tidak bertentangan dengan agama, karena tidak boleh taat kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Allah.”

Syekh al-Jarnuzi pun menegaskannya sekali lagi:

“Seorang pelajar tidak boleh menyakiti hati gurunya karena pelajaran dan ilmunya tidak akan mendapatkan berkah.”

Guru dan ilmu merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Menghormati guru sama dengan menghormati ilmu. Demikian pula sebaliknya. Menghormati ilmu tidak bisa dipisahkan dari sikap hormat terhadap guru. Sikap jumawa dan angkuh karena kecerdasan dan ilmu namun tidak memghormati guru, jelas salah.

Sikap hormat terhadap guru dan ilmu bahkan ditunjukkan ketika menyimak suatu ilmu yang sudah didengar berulang-ulang. Hal ini diungkapkan dalam Ta’lim al-Muta’allim:

“Hendaknya para penuntut ilmu mendengarkan ilmu dan hikmah dengan rasa hormat, sekalipun sudah pernah mendengarkan masalah tersebut seribu kali.” Di Hari Guru ini mari kita tempatkan kedudukan guru sesuai dengan maqamnya yang mulia, agar kita mendapat berkah, bangsa ini pun mendapat berkah. Karena bangsa yang memuliakan gurunya adalah salah satu ciri bangsa maju. Bangsa tersebut maju di bidang literasi, maju di bidang sains dan teknologi. Kita umat muslim belum mencapai tahap kemajuan seperti itu, boleh jadi karena kita belum memuliakan guru sebagaimana mestinya.