Pada Kamis, (24/08/2023) Teater Dza ‘Izza hadir kembali dengan pertunjukan yang memukau dan penuh makna, dengan lakon “Warung Kopi di Pinggir Kuburan.” Suguhan ceritanya begitu unik, berlatar warung kopi di pinggir kuburan, namun sarat dengan pesan-pesan moral. Para aktor yang terdiri dari guru-guru Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, tampil dengan maksimal memerankan karakter-karakter yang khas, dari yang lucu, lugu, hingga arif bijaksana. Dialog-dialog mengalir renyah layaknya obrolan di warung kopi, namun dengan cita rasa pesantren.
Teater Dza ‘Izza yang merupakan produksi ke-10 ini bahkan menghadirkan sosok istimewa, Mudir al-Ma’had Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 K.H. Zahid Purna Wibawa. Beliau hadir di tengah pertunjukkan sebagai sosok kiai yang diam-diam ikut serta menjaga keamanan warga.
Dalam salah satu dialog, sang kiai mengatakan bahwa banyak pembicaraan penting yang dapat diambil manfaatnya. “Apa yang didiskusikan merupakan nasihat-yang sungguh luar biasa untuk kita semua. Lebih-lebih untuk anak-anak yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Ini yang dikhawatirkan oleh para ulama kita terdahulu peradaban muslim akan rusak dan hancur, bila umatnya hatinya keras, bila umatnya tidak tawadhu, dan bila umatnya lemah,” kata sang kiai.
Sang kiai terkenang dengan nasihat K.H. Hasan Abdullah Sahal ketika salah satu pemeran (Darkono) mengingat kisahnya sewaktu mau berangkat mondok dan diiringi oleh linangan air mata dan doa ayahnya.
“Dari cerita tersebut, saya teringat apa yang disampaikan oleh Kiai Hasan, bahwa biarkan orang tua menangis untuk sementara berpisah dari anak menuntut ilmu di pondok pesantren dibandingkan mereka menangis kelak sesudah dipanggil oleh Allah SWT karena melihat anak-anaknya mengaji pun tak bisa, apalagi mendoakan kedua orang tuanya,” kata sang kiai dengan penuh haru. Teater Dza ‘Izza produksi ke-10 ini banyak mengandung unsur kritik sosial dan pendidikan, di samping pesan-pesan moral untuk berbakti kepada kedua, hormat kepada guru, dan semangat dalam menuntut ilmu.