Ujian kerap dipandang sebagai beban. Padahal, ujian bukanlah tujuan akhir dari belajar, melainkan bagian dari proses pembelajaran itu sendiri. Prinsip ini ditegaskan dalam ungkapan yang sering terdengar di lingkungan pesantren: “Ujian untuk Belajar, Bukan Belajar untuk Ujian.” Ungkapan ini menyiratkan bahwa hakikat belajar adalah upaya sepanjang hayat, tak hanya karena ada ujian di hadapan mata.
Ustaz TB. Wildanul Hakim, S.Hum., dalam sebuah wawancara pada Rabu (6/11/2024), menguraikan lebih dalam mengenai pentingnya niat dan tujuan dalam belajar. “Belajar itu niat dan tujuannya untuk menjadi lebih baik, bukan hanya untuk bisa menjawab soal di ujian saja,” ujarnya.
Menurut Ustaz Wildan, proses belajar yang sejati tidak sekadar untuk mencapai nilai atau prestasi di atas kertas. “Kita tidak bisa hanya mengedepankan belajar hanya untuk ujian saja. Karena orang yang mementingkan belajar untuk ujian pasti dia hanya mementingkan nilai saja, bukan mementingkan esensi dari belajar tersebut,” katanya.
Belajar Sepanjang Hayat sebagai Amanat Rasulullah
Ustaz Wildan mengingatkan bahwa Rasulullah saw. telah mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu sepanjang hidup, dari lahir hingga akhir hayat.
“طلب العلم فريضة على كل مسلم”
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (HR. Ibnu Majah)
اطلب العلم من المهد إلى اللحد
“Carilah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”
Dalam pandangan Ustaz Wildan, pembelajaran bukan hanya soal pencapaian nilai tinggi, tetapi soal memperbaiki diri dan memahami makna ilmu. “Kalau kita hanya belajar untuk ujian saja, prosesnya tidak matang, tidak excellent. Bahkan, orang semacam itu bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan nilai yang baik,” tegasnya.
Ustaz Wildan pun menyampaikan satu ungkapan:
“الامتحان يكرم المرء أو يهان”
Dengan ujian seseorang akan terpuji atau terhina.
Menurutnya, “Hina karena dia belajar hanya untuk ujian, mulia karena dia sudah bisa mengevaluasi diri dan ke depannya belajar lebih baik lagi.”
Beliau juga menukil perkataan Imam Syafi’i,
“تعلّم فليس المرء يولد عالما # وليس أخو علم كمن هو جاهل”
Belajarlah, karena manusia terlahir tidak berilmu. Dan orang berilmu tidak serupa dengan orang bodoh
Hal ini sebagai pengingat bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk belajar sepanjang hidupnya.
Kunci Istikamah dalam Belajar
Agar tetap istikamah dalam menuntut ilmu, Ustaz Wildan menyarankan dua hal utama: pertama, niat yang lurus. “Karena amal itu tergantung niatnya. Kalau niatnya dari awal sudah benar, ingin belajar sungguh-sungguh, berharap mendapat rida Allah, maka insya Allah akan istikamah,” ungkapnya.
Ustaz Wildan juga menyebutkan keutamaan istikamah dalam Islam yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:
“اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤاكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ”
(“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu,'” QS. Fussilat [41]: 30).
Selain itu, Ustaz Wildan mengingatkan para santri bahwa menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, sebagaimana tercantum dalam hadis:
“من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة”
Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR. Muslim).
Ustaz Wildan juga mengutip QS. Al-Mujadilah [58]: 11 yang menyebutkan keutamaan ilmu:
“يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ”
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
“Kita harus betul-betul memahami keutamaan dalam menuntut ilmu,” tegasnya. Dengan memahami esensi belajar, apapun rintangannya akan dapat dilalui.
“Semoga santri-santri Daar el-Qolam 3 selalu istikamah dalam belajar hingga akhir hayat,” tutup Ustaz Wildan penuh harap.
Belajar adalah ibadah, sebuah perjalanan yang menuntun kita memahami hidup dengan lebih dalam. Ujian hanya sebagai cermin, bukan tujuan. Dengan hati yang tulus dan niat yang lurus, setiap langkah belajar akan membawa kita menuju kemuliaan (Ahl al-‘Izzah).