Belajar Nyaman Tanpa Perundungan

Perundungan (bullying) menjadi salah satu masalah bersama bagi dunia pendidikan. Hal ini karena perundungan merupakan masalah yang masih terjadi di berbagai jenjang pendidikan. Kasus-kasunya pun cukup kompleks dan tak mudah untuk merunut akar permasalahannya, pemecahannya, hingga pencegahannya. Membutuhkan upaya bersama untuk menangani masalah perundungan.

Dalam kehidupan pesantren selalu ditanamkan nilai-nilai persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) di mana satu sama lain saling menghormati dan menyayangi. Sesama warga pesantren saling menghargai perbedaan dan merangkul keragaman. Nilai-nilai persaudaraan inilah yang menjadikan pesantren sejak dulu dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang ramah dan toleran terhadap perbedaan dan keragaman budaya.

Pesantren menjadi tempat yang nyaman bagi para santri untuk menuntut ilmu dan membina akhlak mulia. Kemungkinan terjadinya perundungan tetap ada, namun pesantren memiliki ketahanan dalam menjaga nilai-nilai persaudaraan sehingga mencegah terjadinya perundungan secara signifikan.

“Kehidupan berasrama cukup kompleks di mana santri memiliki karakteristiknya masing-masing, dengan latar belakang yang berbeda, cara bergaul yang berbeda, cara menyikapi permasalahan yang berbeda. Dari situ kemudian muncul benih-benih perundungan,” kata Ustaz Chandra Muhammad, M.H., dari Bidang Pengasuhan Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza saat wawancara pada Senin (5/2/2024).

“Kehidupan berasrama, seperti pesantren dan boarding school, dengan pola interaksi selama dua puluh empat jam, memiliki tantangan yang sama terkait masalah ini. Mereka bertemu di asrama, di kelas, di masjid, dan dalam berbagai kegiatan-kegiatan,” lanjutnya.

Menurut Ustaz Chandra, siapapun memiliki potensi untuk menjadi pelaku atau korban perundungan. Potensi itu bisa muncul dari masing-masing anak.

“Maka di situ peran pendamping atau guru. Kehadiran ustaz dalam setiap kegiatan santri baik di dalam asrama atau di luar asrama sangat berperan penting dalam memininalisir terjadinya perundungan,” ujarnya.

Ustaz Chandra mengungkapkan bagaimana penanganan terhadap masalah perundungan. Ada yang beraifat represif maupun preventif. Langkah represif dilakukan dengan tindakan secara langsung ketika terjadi perundungan. Pertama, memanggil kedua belah pihak untuk memperjelas permasalahannya. Biasanya pihak masing-masing, baik pelaku atau korban, memberikan keterangan yang berbeda. Bisa saja pelaku tidak merasa melakukan perundungan, dianggap hanya sebagai candaan. Tapi bagi korban, dia merasa terintimidasi. Maka diupayakan mencari benang merahnya sehingga menjadi jelas.

Kedua, mengidentifikasi bentuk perundungan, apakah verbal, fisik, atau psikis. Kemudian mengetahui apa akibatnya bagi korban. Dari situ dilakukan langkah-langkah sesuai dengan regulasi yang berlaku, termasuk sanksi apa yang akan diberikan kepada pelaku, dan tindakan apa yang diberikan kepada korban.

Adapun langkah preventif dilakukan dalam bentuk penyuluhan yang sifatnya formal maupun tidak formal, seperti pengarahan rutin di masing-masing asrama. Ada juga pengarahan secara umum di masjid.

Ustaz Chandra berharap agar para santri memahami esensi dari kehidupan berasrama, bahwa kita datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Karenanya harus saling memghormati. Mereka bisa mengambil hikmah dari firman Allah dalam al-Quran:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا

Berpegang teguhlah kalian semua kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai-berai (Qs. Ali Imran: 103).

Ustaz Chandra juga menyebutkan ayat yang sering disebutkan oleh K.H. Ahmad Syahiduddin, yaitu dalam surat at-Tahrim ayat 6:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Qs. At-Tahrim: 6).

“Dengan melindungi diri kita sendiri dari keburukan, berarti kita juga melindungi keluarga dan lingkungan sekitar dari keburukan. Jangan sampai kita terjerumus pada suatu permasalahan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain,” demikian pungkasnya.