Ada sesuatu yang selalu menakjubkan dari cara Rasulullah saw. memandang dan mempercayai kaum muda. Di tengah masyarakat yang masih sering memuja usia dan pengalaman, beliau hadir dengan pandangan yang berbeda—menempatkan harapan dalam wajah-wajah belia, pada semangat yang belum tersentuh kelelahan dunia. Rasulullah saw., dalam kebijaksanaannya yang mendalam, mengerti bahwa kekuatan masa depan terletak pada mereka yang masih muda. Kepercayaan ini bukan sekadar kata-kata, tetapi tindakan nyata, sebagaimana yang terlihat dalam berbagai momen penting sejarah.
Salah satu kisahnya adalah ketika Rasulullah saw. menunjuk Usamah ibn Zaid, seorang pemuda yang belum genap dua puluh, untuk memimpin pasukan Muslim yang besar dalam sebuah ekspedisi melawan Kekaisaran Romawi. Usamah bukan hanya seorang pemuda; ia adalah putra dari Zaid ibn Haritsah, seorang sahabat yang sangat dicintai Rasulullah saw. Penunjukan ini mengejutkan banyak pihak, terutama para sahabat yang lebih senior, tetapi Rasulullah saw. menegaskan pilihannya. Di sini, kita melihat bukan hanya kebesaran pribadi Usamah, tetapi juga keyakinan Rasulullah saw. pada potensi kaum muda untuk memikul tanggung jawab besar, meski di tengah situasi yang penuh tantangan.
Kepercayaan Rasulullah saw. terhadap generasi muda tak berhenti di medan perang. Sebelumnya, ketika situasi di Mekah semakin sulit, beliau memilih Mus’ab ibn Umair, seorang pemuda yang baru saja memeluk Islam, untuk menjalankan misi diplomasi ke Yatsrib—kota yang kelak dikenal sebagai Madinah. Mus’ab diutus untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib dan membina hubungan baik dengan mereka. Sebagai pemuda yang pernah hidup dalam kemewahan, Mus’ab menunjukkan bahwa jiwa muda bisa berubah dan matang, siap menghadapi tugas besar yang membutuhkan kebijaksanaan dan kesabaran. Hasil dari misi ini adalah salah satu tonggak terpenting dalam sejarah Islam: penduduk Yatsrib menerima Islam dan menawarkan kota mereka sebagai tempat perlindungan bagi kaum Muslimin.
Dalam dua contoh ini—Usamah di medan perang dan Mus’ab di jalur diplomasi—Rasulullah saw. memberikan pelajaran yang tak ternilai tentang kepercayaan kepada anak muda. Bagi beliau, usia bukanlah penghalang untuk memimpin, berjuang, atau mencipta perubahan. Sebaliknya, dalam diri kaum muda ada semangat, idealisme, dan keberanian yang terkadang hilang dalam diri mereka yang lebih tua.
Kepercayaan Rasulullah saw. pada kaum muda adalah simbol dari visinya yang melampaui sekadar keberhasilan sesaat. Beliau melihat mereka sebagai harapan masa depan, sebagai pilar-pilar yang akan menopang kelangsungan umat. Dan inilah yang seharusnya menjadi pelajaran bagi kita: bahwa masa depan tak dapat dibangun tanpa memberikan ruang bagi mereka yang muda untuk belajar, berbuat, dan memimpin. Sebab, sebagaimana Rasulullah saw. tunjukkan, dalam diri kaum muda ada energi yang siap menggerakkan perubahan besar, jika mereka diberi kepercayaan dan bimbingan yang tepat.