Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter dan pengetahuan siswa. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ta’lim Muta’allim, salah satu tugas utama seorang guru adalah memberikan ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan. Guru harus mampu menjadi teladan yang baik, mengarahkan, dan membimbing siswa untuk memahami ilmu dengan benar serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Al-ustāzu lā yabkhalu bi ‘ilmih wa lā yu’akhiru ta’līmah” (Seorang guru tidak boleh kikir dengan ilmunya dan tidak menunda pengajarannya).
Karena itu, orang tua dan guru memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak-anak. Perbedaannya terletak pada hubungan nasab. Orang tua menerima anugerah dari Allah Swt. berupa karunia seorang anak dan memiliki tanggung jawab untuk mendidik mereka sesuai syariat agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Tujuannya adalah agar anak-anak mereka menjadi hamba-hamba Allah yang taat. Guru, meskipun tidak memiliki hubungan nasab dengan anak didiknya, memiliki tanggung jawab yang sama besar karena mereka menerima amanah dari orang tua untuk mendidik anak-anak mereka.
Orang tua memiliki harapan besar agar anak-anak mereka tumbuh menjadi individu yang baik dan berkarakter. Untuk mewujudkan harapan tersebut, mereka mempercayakan pendidikan anak-anak mereka kepada guru. Oleh karena itu, guru bukan sekadar pengajar di kelas, tetapi juga penerima amanah dan kepercayaan dari para orang tua. Guru memiliki tanggung jawab yang sama besar dengan orang tua dalam mendidik anak-anak.
Seorang guru tidak boleh menganggap murid hanya sebagai objek belajar. Mereka harus diperlakukan seperti anak sendiri. Jika semua guru memiliki pandangan ini, mereka akan bekerja keras untuk memastikan setiap muridnya berhasil. Hubungan yang erat antara guru dan murid akan menciptakan lingkungan belajar yang penuh kasih sayang dan dukungan, membuat siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar.
Di sisi lain, murid yang merasa guru mereka seperti orang tua sendiri akan merasakan kasih sayang yang tulus dan dukungan yang kuat. Mereka akan lebih termotivasi dan semangat dalam belajar. Hubungan yang saling menjaga dan mendukung antara guru dan murid akan menciptakan suasana belajar yang indah dan harmonis. Ini adalah kondisi ideal yang diharapkan dalam setiap lembaga pendidikan.
Pondok pesantren adalah tempat yang paling tepat untuk mengembangkan hubungan ini. Di pesantren, siswa dan guru hidup dalam satu komunitas yang saling belajar, saling mengingatkan, saling berkasih sayang, dan saling mendukung. Pesantren juga merupakan replika kehidupan yang sebenarnya, di mana siswa berasal dari berbagai latar belakang budaya dan daerah, bahkan dari luar negeri.
Di pesantren, siswa belajar menerima perbedaan dan hidup dalam keragaman. Ketika mereka lulus dan kembali ke masyarakat, mereka sudah terbiasa menghadapi berbagai perbedaan. Ini adalah salah satu kekuatan utama yang dimiliki oleh para santri, yaitu kemampuan untuk beradaptasi dan menerima perbedaan dalam masyarakat.
Salah satu bekal penting dalam menuntut ilmu adalah kedekatan dengan guru atau suhbatul ustaz. Santri yang dekat dengan gurunya akan mendapatkan banyak barakah. Mereka tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang penting. Kedekatan ini juga menciptakan hubungan yang erat dan harmonis antara guru dan murid, yang pada akhirnya akan mendukung keberhasilan proses pendidikan.
Peran guru sebagai pendidik sedemikian besar. Mereka adalah pilar penting dalam membentuk generasi masa depan yang berkarakter, berpengetahuan, dan mampu menghadapi tantangan kehidupan dengan bijak. Dengan memahami dan menjalankan tanggung jawab ini, guru dan orang tua dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak-anak menuju kesuksesan di dunia dan akhirat.