Ternyata BJ. Habibie Sejalan dengan 6 Nasihat Imam Syafi’i
Sebagai seorang ilmuwan perjalanan hidup Habibie sesuai dengan 6 nasihat Imam Syafi’i.

B.J. Habibie adalah ikon kebanggaan bangsa yang menorehkan prestasi gemilang di kancah internasional. Di balik kisah suksesnya yang luar biasa, terselip nilai-nilai yang sejalan dengan enam nasihat Imam Syafi’i tentang menuntut ilmu: kecerdasan, kesungguhan, kesabaran, dukungan materi, bimbingan guru, dan waktu yang panjang. Perjalanan hidup Habibie adalah teladan nyata dari penerapan nasihat-nasihat tersebut.

Kecerdasan (ذَكَاءٌ)
Nasihat pertama Imam Syafi’i adalah kecerdasan. Habibie adalah contoh nyata dari seseorang yang sejak kecil telah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Tidak hanya berprestasi di sekolah, rasa ingin tahunya yang tinggi terhadap teknologi membawanya melanjutkan studi di Jerman. Di sana, ia meraih gelar insinyur dari RWTH Aachen dengan predikat cum laude, sebuah prestasi yang langka.

Namun, kecerdasan Habibie tak hanya terbatas pada prestasi akademik. Ia juga berhasil mengembangkan teori “Habibie Factor,” yang mengubah cara menghitung keretakan pada struktur pesawat terbang. Kecerdasan Habibie adalah perpaduan antara teori dan aplikasi nyata, membuktikan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya ada di dalam buku, tetapi juga harus dimanfaatkan untuk kemajuan umat manusia.

Kesungguhan (حِرْصٌ)
Kesungguhan adalah kunci kedua dalam menuntut ilmu. Dalam diri Habibie, kita melihat semangat yang tak pernah padam. Setelah lulus sebagai insinyur, ia tidak puas hanya dengan gelar sarjana. Ia mengejar gelar doktor di bidang yang sama, sekali lagi dengan predikat cum laude. Kesungguhannya dalam menekuni ilmu teknik membawa Habibie kepada proyek-proyek besar di Jerman, hingga ia dipercaya untuk memimpin pengembangan teknologi penerbangan di Indonesia.

Pesawat N-250 yang dibuat oleh IPTN adalah hasil nyata dari ketekunan dan kesungguhan Habibie. Meskipun banyak tantangan dan rintangan, ia tidak menyerah. Habibie percaya bahwa teknologi bisa menjadi salah satu jalan menuju kemandirian bangsa, dan ia membuktikan itu dengan tindakan nyata.

Kesabaran (صَبْرٌ)
Kesabaran adalah ujian terberat bagi siapa pun yang ingin mencapai kesuksesan. Di sepanjang hidupnya, Habibie menghadapi banyak tantangan. Mulai dari hidup jauh dari keluarga di Jerman hingga memimpin Indonesia di masa krisis ekonomi yang berat pada tahun 1998. Semua ini ia hadapi dengan sabar dan teguh.

Habibie adalah contoh bahwa kesuksesan tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. Seperti yang ditekankan Imam Syafi’i, proses menuntut ilmu memerlukan kesabaran yang luar biasa. Habibie menjalani proses itu dengan penuh ketenangan, meskipun jalan yang ia tempuh tidak selalu mulus.

Dukungan Materi (بَلَاغَةُ الزَّادِ)
Belajar di luar negeri pada masa itu bukanlah hal yang mudah. Habibie bisa mengenyam pendidikan di Jerman berkat dukungan materi dari ibunya. Ini menggarisbawahi pentingnya dukungan finansial dalam menuntut ilmu, seperti yang dikatakan Imam Syafi’i.

Namun, Habibie tidak hanya berhenti pada pencapaian pribadinya. Setelah menjadi tokoh penting di Indonesia, ia terus mendorong investasi di bidang pendidikan dan teknologi. Ia menyadari bahwa pendidikan yang berkualitas memerlukan biaya, dan ia bertekad membantu generasi penerus untuk mendapatkan akses yang lebih baik.

Bimbingan Guru (إِرْشَادُ أُسْتَاذٍ)
Imam Syafi’i menekankan pentingnya bimbingan guru dalam menuntut ilmu, dan Habibie adalah contoh nyata dari murid yang selalu menghormati guru-gurunya. Di Jerman, ia banyak belajar dari profesor-profesor hebat yang memberikan bimbingan dalam pengembangan teori-teori penting di bidang teknik penerbangan. Hubungan antara Habibie dan para gurunya bukan sekadar hubungan antara murid dan mentor, melainkan kolaborasi yang menghasilkan inovasi besar.

Habibie tidak pernah berhenti belajar. Bahkan setelah menjadi ahli, ia tetap terbuka terhadap nasihat dan bimbingan dari para tokoh di bidangnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang sudah meraih banyak hal, bimbingan seorang guru tetap penting untuk terus berkembang.

Waktu yang Lama (طُولُ الزَّمَانِ)
Menuntut ilmu memerlukan waktu yang panjang. Nasihat Imam Syafi’i ini jelas tercermin dalam perjalanan hidup Habibie. Ia menghabiskan puluhan tahun di Jerman, mengasah ilmu dan keterampilannya hingga akhirnya kembali ke Indonesia untuk menerapkan semua yang ia pelajari.

Habibie membuktikan bahwa kesuksesan tidak datang dengan cepat. Ia sabar menjalani setiap tahap kehidupannya, dan ketika waktunya tiba, ia siap memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negaranya. Kesuksesan Habibie adalah hasil dari dedikasi jangka panjang yang penuh dengan kerja keras dan pengorbanan.

Teladan Ulama dan Ilmuwan
B.J. Habibie sang ilmuwan adalah cerminan nyata dari nasihat-nasihat Imam Syafi’i sang ulama, dalam menuntut ilmu. Kecerdasannya, kesungguhannya, kesabarannya, dukungan materi yang ia dapatkan, bimbingan dari para gurunya, dan kesediaannya untuk menjalani proses panjang, semua itu adalah elemen-elemen yang menjadikan Habibie sebagai tokoh besar.

Dari perjalanan hidup Habibie, kita belajar bahwa sukses tidak datang begitu saja. Diperlukan kecerdasan, kerja keras, bimbingan, dan waktu yang panjang. Nilai-nilai ini relevan hingga hari ini, menginspirasi kita semua untuk terus berusaha dan tidak pernah menyerah dalam menuntut ilmu dan meraih impian.

Sumber:

Habibie, Bacharuddin Jusuf. 2010. Habibie dan Ainun. Jakarta: THC Mandiri.

Makka, Makmur. 2008. The True Life of Habibie. Jakarta: IIMAN.