Kitab Maraqi al-‘Ubudiyah karya Syekh Nawawi al-Bantani dikenal sebagai salah satu syarh (penjelasan) terbaik atas kitab Bidayah al-Hidayah karya Imam al-Ghazali. Dalam karyanya ini, Syekh Nawawi tidak hanya menjelaskan isi kitab Bidayah al-Hidayah secara rinci, tetapi juga menambahkan berbagai nasihat penuh hikmah yang cocok bagi pembaca, terutama para santri dan pencari ilmu.
Salah satu pesan dalam kitab ini adalah penekanan pada pentingnya niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu. Syekh Nawawi menekankan bahwa niat dan tujuan yang benar adalah hal yang sangat penting dalam menuntut ilmu. Kalau niatnya benar, maka akan mendapatkan sejumlah keutamaaan.
Dalam Maraqi al-‘Ubudiyah, beliau menulis: “Apabila niat dan tujuanmu dalam mencari ilmu untuk mendapatkan hidayah Allah, atau dengan tujuan menghilangkan kebodohan diri sendiri dan orang-orang yang bodoh; atau untuk menghidupkan agama atau membela Islam dengan perantaraan ilmu yang kau dapat; atau untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat dan rida Allah; seraya berniat memanjatkan syukur kepada-Nya atas karunia akal dan kesehatan badan yang telah dianugerakan Dia kepadamu, bukan sekadar meriwayatkan atau menukil dari para ulama maka bergembiralah, sesungguhnya para malaikat telah rida terhadap apa yang kau lakukan.”
Nasihat ini mengandung pesan yang mendalam tentang esensi menuntut ilmu, yang tidak hanya bersifat duniawi tetapi juga memiliki nilai dan keutamaan yang sangat besar secara ukhrawi.
Niat yang Benar
Syekh Nawawi menekankan pentingnya niat yang tulus ikhlas dalam mencari ilmu. Dalam kutipan tersebut, beliau mengatakan bahwa “apabila niat dan tujuanmu dalam mencari ilmu untuk mendapatkan hidayah Allah,” maka setiap langkahmu dalam menuntut ilmu akan memperoleh keberkahan dari Allah. Niat yang benar menjadikan ilmu bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang akan mendapat apa yang ia niatkan.” Hal ini sejalan dengan penekanan Syekh Nawawi, bahwa niat yang lurus akan mengubah proses menuntut ilmu menjadi ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah.
Niat yang murni untuk mencari ilmu agar memperoleh hidayah-Nya adalah fondasi utama dalam segala tindakan. Dalam hal ini, ilmu tidak sekadar untuk meningkatkan kualitas pribadi atau prestasi duniawi, tetapi lebih dari itu, untuk membimbing seseorang menuju kebahagiaan hakiki di akhirat. Jika niatnya tidak benar, ilmu yang diperoleh justru bisa menjadi sia-sia, bahkan bisa menyesatkan. Oleh karena itu, memeriksa niat sebelum menuntut ilmu sangat penting agar setiap usaha dalam mencari pengetahuan selalu diterima oleh Allah sebagai amal yang bernilai.
Menghidupkan Agama dan Membela Islam
Syekh Nawawi tidak hanya menekankan niat untuk mencari hidayah Allah, tetapi juga tujuan untuk menghidupkan agama dan membela Islam. Beliau berkata, “atau untuk menghidupkan agama atau membela Islam dengan perantaraan ilmu yang kau dapat,” yang menunjukkan bahwa ilmu adalah senjata utama dalam menjaga dan menegakkan kebenaran. Dalam pandangan Syekh Nawawi, ilmu yang dipelajari tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, tetapi harus diperuntukkan pula bagi kemaslahatan umat. Menuntut ilmu dengan tujuan membela Islam berarti menempatkan ilmu dalam konteks yang lebih besar, yaitu untuk memperkuat ajaran agama dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Apalagi, Ilmu menjadi syiar Islam yang sangat penting di masa sekarang ini, ketika Islam digambarkan secara negatif oleh media-media asing, baik secara halus atau terang-terangan. Bukankah kebatilan yang diulang-ulang dan disebarkan secara massif akan menjadi opini publik yang disepakati bersama dan berubah menjadi kebenaran? Di sinilah pentingnya ilmu dalam menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya.
Rasulullah saw telah mengingatkan bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Ilmu yang mereka miliki harus digunakan untuk membimbing umat agar tetap berada di jalan yang benar. Dalam dunia yang penuh dengan tantangan, ilmu yang diterima dan diamalkan oleh seorang Muslim akan menjadi sumber kekuatan dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, Syekh Nawawi mengingatkan bahwa mencari ilmu untuk menghidupkan agama adalah salah satu tujuan mulia yang harus dijaga oleh setiap Muslim.
Kebahagiaan di Akhirat
Syekh Nawawi juga menekankan bahwa tujuan akhir dari menuntut ilmu adalah untuk meraih kebahagiaan di akhirat dan mendapatkan rida Allah. Dalam kutipan tersebut, beliau menyatakan, “atau untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat dan rida Allah.” Ini mengingatkan kita bahwa dunia adalah tempat sementara, sedangkan akhirat adalah tujuan abadi bagi setiap Muslim. Ilmu yang diperoleh haruslah diarahkan untuk membawa seseorang menuju kebahagiaan di akhirat dengan memperbaiki amal dan memperkuat hubungan dengan Allah. Tanpa niat yang benar untuk meraih rida Allah dan kebahagiaan di akhirat, ilmu bisa kehilangan maknanya, bahkan bisa menjadi penyebab kebinasaan jika tidak digunakan dengan benar.
Harus selalu kita sadari, ilmu yang tidak dilandasi dengan niat untuk mendapatkan rida Allah bisa menyebabkan seseorang menjadi sombong dan menjauhkan dirinya dari tujuan hidup yang sebenarnya. Ilmu yang benar adalah ilmu yang menjadikan pemiliknya rendah hati, selalu berusaha meningkatkan ibadah, dan membimbing orang lain menuju jalan yang benar.
Sayap-sayap Malaikat
Syekh Nawawi memberikan penggambaran tentang rida malaikat terhadap orang yang menuntut ilmu dengan niat yang benar. Beliau menulis, “Sesungguhnya para malaikat telah rida terhadap apa yang kau lakukan. Mereka akan membentangkan sayap-sayap mereka untuk menjadi tempat pijakan kakimu saat engkau berjalan, sebagai pernyataan rida atas upayamu dalam menuntut ilmu.” Ini adalah penghargaan luar biasa dari makhluk yang sangat mulia di sisi Allah. Malaikat memberikan dukungan bagi orang yang menuntut ilmu dengan niat yang tulus.
Penggambaran ini menunjukkan betapa besar penghargaan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang menuntut ilmu untuk tujuan yang benar. Malaikat yang membentangkan sayapnya adalah simbol dari perlindungan dan dukungan Ilahi yang akan menyertai orang yang menuntut ilmu dengan niat yang ikhlas. Ini menjadi dorongan yang kuat bagi setiap Muslim untuk selalu menjaga niat dalam setiap langkahnya di jalan ilmu, agar setiap usaha mereka memperoleh keberkahan dari Allah dan penjagaan malaikat-Nya.
Penutup
Syekh Nawawi al-Bantani dalam Maraqi al-‘Ubudiyah mengingatkan kita bahwa niat dan tujuan yang benar adalah syarat utama dalam menuntut ilmu. Ilmu yang dicari dengan niat untuk mendapatkan hidayah Allah, menghidupkan agama, membela Islam, dan meraih kebahagiaan di akhirat adalah ilmu yang akan membawa berkah dan rida Allah.
selain itu, ilmu yang dipelajari dengan niat yang benar juga akan mendapatkan penghargaan dari malaikat, yang membentangkan sayap-sayapnya sebagai tanda rida atas usaha kita. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya senantiasa memeriksa niat mereka dalam menuntut ilmu, agar setiap langkah mereka di jalan ilmu menjadi amal yang diterima di sisi Allah.
Sumber: Syekh Nawawi al-Bantani, Pedoman Lengkap Kesempurnaan Beribadah, terj. Fuad Syaifuddin. Jakarta: Turos, 2014.