TikTok: Wadah Kreativitas atau Candu Baru?

Pandangan Para Ustaz

TikTok, sejak diluncurkan pada tahun 2016, telah berkembang menjadi salah satu platform media sosial yang paling banyak digunakan di dunia. Berdasarkan laporan dari We Are Social, per Januari 2023, aplikasi ini tercatat memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia, dengan basis pengguna yang kuat di kalangan remaja dan anak muda. Di Indonesia, TikTok berhasil menarik berbagai kelompok usia dan menjadi wadah bagi mereka untuk mengekspresikan diri, mendapatkan informasi, hingga membangun karier. Namun, popularitasnya juga memicu beragam pandangan, terutama tentang dampak positif dan negatifnya, baik dari segi pendidikan, sosial, hingga moral.

Berikut pandangan beberapa ustaz Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza terkait Tiktok sebagai platform media sosial yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan agar disadari dampak positif dan negatifnya.

Memudahkan Akses Informasi, Tapi Harus Hati-hati

Ustaz Ihsan Ahmadi, mengakui bahwa ada sisi positif dalam penggunaan TikTok, terutama di bidang pendidikan. Baginya, platform ini membawa kelebihan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk mempercepat akses informasi. “Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah diakses untuk kepentingan pendidikan,” jelasnya saat diwawancara pada Senin (28/10/2024). Menurutnya, kehadiran TikTok turut mendorong inovasi dalam pembelajaran dengan perkembangan e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan.

Meski demikian, Ustaz Ihsan menekankan adanya dampak negatif yang perlu diperhatikan dari perspektif agama. Baginya, “Segala hal yang tidak melahirkan manfaat, itu dinilai makruh oleh syariat, tidak disukai. Apalagi jika hal dikerjakan itu cenderung kepada nilai maksiat, diharamkan oleh nilai agama.”

Ia memperingatkan bahwa beberapa konten di TikTok menampilkan hal-hal yang bisa mengarah kepada perbuatan yang dilarang, termasuk riya. “Banyak sekarang akun-akun di TikTok yang menampilkan atau menayangkan hal-hal yang berbau ‘Riya,’ yang dalam ajaran Islam pun jelas dilarang. Malah ada konten-konten yang bahkan seorang laki-laki berpenampilan seperti perempuan hanya untuk mendapatkan like atau followers yang banyak,” tegasnya. Ustaz Ihsan menegaskan pentingnya sikap bijak dengan membatasi atau memfilter konten yang dapat diambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Tergantung Pilihan Konten

Sementara itu, Ustazah Galih Yogi Pratiwi, saat diwawancara pada Senin (28/10/2024), memiliki pandangan bahwa TikTok, seperti teknologi lainnya, memiliki sisi positif dan negatif tergantung pada konten yang dikonsumsi pengguna. Menurutnya, “Di era yang serba teknologi, pasti ada dampak penggunaan TikTok baik positif maupun negatif tergantung dari konten yang kita pilih.” Ia menilai, sebagian besar pengguna TikTok kini lebih banyak melakukan aktivitas yang berkaitan dengan konten, dan TikTok bisa menjadi wadah komunikasi yang baik, termasuk berbagi kegiatan positif dan daily activity.

Namun, Ustazah Galih juga mengingatkan bahwa kecanduan adalah salah satu dampak negatif yang tidak bisa diabaikan. “Dampak negatifnya mungkin adalah kecanduan, beberapa di antara kita banyak yang keasyikan mengamati atau menonton konten TikTok,” jelasnya. Hal ini diperparah dengan kurangnya filter usia di platform ini, sehingga semua orang, termasuk anak-anak, bisa menyaksikan konten apapun tanpa batasan. Ustazah Galih menegaskan bahwa penting bagi para pengguna untuk menyadari risiko ini dan bertanggung jawab atas konten yang mereka pilih.

Wadah Kreativitas, Namun Potensi Kecanduan

Bagi Ustaz Lailul Falahudin, dari bagian Tim Publikasi Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, TikTok dapat menjadi tempat mengekspresikan kreativitas bagi anak-anak, remaja, hingga orang tua. Ia melihat bahwa TikTok bisa menjadi tempat untuk belajar hal-hal baru, menemukan konten edukasi, serta tutorial yang bermanfaat. “TikTok juga bisa menjadi tempat untuk belajar hal-hal yang baru, mencari konten-konten edukasi, tutorial-tutorial, sekarang sudah banyak di TikTok. Bahkan TikTok bisa menghasilkan uang dengan membuat konten-konten. Banyak orang yang sukses melalui TikTok. Ada juga yang menjadikan TikTok ini menjadi tempat hiburan, mencari inspirasi, maupun motivasi,” ujarnya saat diwawancara pada Senin (28/10/2024).

Namun, ia menggarisbawahi risiko kecanduan yang bisa merugikan pengguna, khususnya anak-anak dan remaja. “TikTok bisa bikin kecanduan. Banyak di kalangan anak-anak atau anak muda saat ini kecanduan aplikasi TikTok. Mereka sampai menghabiskan banyak waktu berjam-jam demi scroll TikTok, dan mereka mengabaikan perintah dari orangtuanya, gurunya, bahkan perintah dari Allah SWT dengan melewati jam-jam ibadah,” jelasnya.

Menurutnya, kecanduan ini tidak hanya berdampak pada ibadah, tetapi juga dapat merusak kesehatan mental dan sosial. Konten negatif dan tidak pantas yang muncul tanpa filter juga menjadi kekhawatiran tersendiri. “Risiko dari konten-konten di TikTok, banyak konten-konten negatif atau tidak pantas untuk ditonton, khususnya anak-anak di bawah umur,” tegasnya. Ustaz Ilal menyarankan para pengguna untuk membatasi waktu penggunaan TikTok, memilih konten positif, menjaga privasi, serta menghindari tren-tren yang berpotensi merugikan atau membahayakan diri.

Sumber Informasi dan Pentingnya Pengaturan Privasi

Ustaz Alfan Rizqi Mubarok, melihat TikTok dari sisi positifnya sebagai sumber informasi terkini dan sarana kreativitas. “Dampak dari TikTok dari segi positif itu memberikan informasi terkini bagi pengguna, dapat memperoleh informasi terkini seputar kejadian yang sedang viral di Indonesia maupun dunia. Menambah kreativitas untuk kita mengekspresikan dari berbagai ide-ide yang dibuat olehnya,” jelasnya saat diwawancara pada Senin (28/10/2024). Ia mengakui bahwa TikTok memberi peluang bagi penggunanya untuk mengembangkan diri dan berkreasi melalui berbagai ide.

Namun, ia juga menyoroti pentingnya sikap bijak dalam penggunaan platform ini, terutama terkait pengaturan privasi dan berhati-hati terhadap tren yang bisa membawa risiko. Menurutnya, penggunaan TikTok yang bertanggung jawab mencakup pengaturan privasi akun dan kesadaran akan tren yang sedang populer, namun bisa jadi berbahaya. Ia mengingatkan bahwa risiko tetap ada dan perlu diwaspadai.

Pandangan-pandangan para guru ini menunjukkan bahwa TikTok adalah platform yang menawarkan beragam manfaat namun juga menimbulkan tantangan. Di tengah perkembangan teknologi, sikap bijak dalam memilih konten dan mengatur waktu adalah kunci untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat. Bagi pengguna, terutama generasi muda, TikTok dapat menjadi alat untuk belajar dan berekspresi, tetapi juga memerlukan pengawasan agar tidak merusak nilai-nilai agama, moral, atau bahkan kesehatan mental.

Bersikap Bijak

Ustaz Syahrul Septa Fauzan, menekankan pentingnya sikap bijak dalam memanfaatkan TikTok. Ia menyarankan beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga agar penggunaan aplikasi ini tetap terkendali dan bermanfaat.

“Batasi waktu penggunaan” menjadi saran pertama, karena menghabiskan terlalu banyak waktu di TikTok dapat mengganggu produktivitas serta kesehatan mental. Ia menganjurkan untuk menetapkan “batas waktu” harian agar aplikasi ini digunakan secara proporsional.

Selain itu, Ustaz Syahrul menyarankan pengguna untuk “memilah dan memilih konten yang bermanfaat serta positif.” Ia menyarankan agar pengguna hanya mengikuti dan membuat konten yang “bermanfaat” dan “positif,” menghindari konten yang mengandung unsur negatif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. “Ingatlah bahwa apa yang kita konsumsi dan kita bagikan di media sosial dapat mempengaruhi suasana hati dan pandangan kita,” tegasnya saat diwawancara pada Senin (28/10/2024).

Aspek penting lainnya yang diangkat oleh Ustaz Syahrul adalah “menjaga privasi dan keamanan.” Ia mengingatkan agar tidak membagikan informasi pribadi yang sensitif. TikTok memiliki pengaturan privasi yang memungkinkan pengguna untuk mengontrol siapa yang bisa melihat dan berinteraksi dengan konten mereka. “Ada pengaturan privasi di dalamnya, dan kita dapat mengeceknya secara berkala serta mengontrol siapa saja yang dapat melihat privasi dan data dalam akun kita,” jelasnya.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya interaksi yang positif di platform ini. “Berinteraksi dan berkomentar secara bijak” menjadi nasihatnya untuk selalu menjaga kesopanan dan rasa saling menghormati. Hindari komentar yang menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain, karena dampak dari komentar negatif dapat berimbas pada hubungan sosial di platform digital.

Terakhir, Ustaz Syahrul melihat TikTok sebagai media untuk mengekspresikan kreativitas tanpa batas. “Gunakan TikTok sebagai sarana untuk mengekspresikan kreativitas kita,” ujarnya. Menurutnya, pengguna bisa mencoba hal-hal baru, namun tetap bertanggung jawab atas konten yang dibuat. Ia percaya bahwa kreativitas yang bertanggung jawab dapat memberikan dampak positif, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.