
Dalam dunia modern yang serba materialistik, banyak orang cenderung mengagungkan daya upaya individu, seraya melupakan kuasa dan pertolongan Allah. Padahal, tak ada daya dan upaya serta kekuatan kecuali karena kehendak dan izin-Nya. Peristiwa Isra Mikraj mengingatkan kita bahwa di atas segalanya, ada kuasa Allah yang mengatur seluruh alam semesta. Manusia yang kecil dan sering kali jumawa tak sepantasnya mengabaikan hal ini.
“Kita harus memaknai Isra Mikraj itu sebagai sebuah mukjizat, yang mana mukjizat itu datang untuk sebuah perubahan, untuk mengubah sesuatu,” ujar Ustazah Ina Purwanti, M.Hum., pada Kamis (30/1/2025).
Isra Mikraj terjadi ketika dakwah di Mekah mengalami kondisi tersulit. “Seakan jalan dakwah itu tertutup atau buntu, dan dengan mukjizat Isra Mikraj itu kemudian terbukalah pintu-pintu baru, cakrawala baru, amunisi baru.”
Dalam peristiwa ini, Rasulullah saw. mengunjungi Bayt al-Maqdis dan salat mengimami para nabi sebelumnya, termasuk Nabi Musa yang membawa hijrah umatnya dari Mesir ke tanah yang dijanjikan. Dari situ, Rasulullah pun melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.
“Pelajaran penting dari Isra Mikraj yang dapat dijadikan pedoman bagi generasi saat ini adalah teruslah berjalan, teruslah berjuang sesusah apa pun tantangannya,” kata Ustazah Ina, mengungkapkan makna pertama.
Makna kedua adalah bahwa untuk memulai sebuah perjalanan besar, diperlukan hati yang baik dan bersih, serta kesiapan untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan dalam perjalanan mencapai tujuan. Hal ini disimbolkan dengan dibersihkannya hati Rasulullah sebelum keberangkatan oleh Malaikat Jibril. “Jadi, harus ada persiapan yang matang untuk mencapai segala tujuan yang akan kita capai,” ujarnya.
Ketiga, peristiwa Rasulullah bertemu dengan para nabi sebelumnya dan mengimami mereka mengandung makna bahwa generasi yang datang belakangan bukan berarti tertinggal. “Meskipun datang terakhir, namun jika berkualitas dan bersungguh-sungguh dalam apa yang kita lakukan, maka kita bisa tampil memimpin dengan kualitas yang kita punya. Bukan tentang siapa yang datang duluan,” jelasnya.
Keempat, dalam riwayat Bukhari, ketika Rasulullah menuju surga, terdapat isyarat tentang sungai-sungai, di antaranya Eufrat dan Nil, yang merupakan pusat peradaban pada masa itu. “Hal yang dapat kita teladani adalah, kita dapat mencapai surga kalau kita membangun peradaban dunia. Artinya, kita ini harus menjadi orang yang bermanfaat dan berkontribusi membangun dunia serta peradabannya,” ungkapnya. Dakwah Rasulullah pun berhasil mencapai peradaban dua sungai tersebut.
“Pesannya untuk generasi sekarang terkait memaknai Isra Mikraj ini adalah, teruslah berjalan, menyelesaikan perjuangan seberat apa pun tantangannya. Yakinlah, mukjizat dan keberhasilan itu akan datang. Persiapkan rencana dengan matang, dengan hati yang bersih, tulus, dan ikhlas. Bangun kualitas meskipun menjadi generasi yang datang belakangan. Terakhir, kita harus menjadi orang yang bermanfaat dan mampu berkontribusi positif di dunia ini dengan peran kita masing-masing untuk mencapai surga Allah Swt,” pungkasnya.