Pada Ahad, 6 Oktober 2024, Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza menyelenggarakan Silaturahmi dan Sosialisasi Program SMA untuk para santri dan wali santri tingkat SMP kelas 3. Acara ini dipimpin oleh Mudir al-Ma’had, K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T., yang hadir bersama Nyai Hj. Lilis Hafidzoh, serta Majelis Khidmah Ustaz Wahyuni Nafis, M.A., Ustaz Ferdinal Lafendry, M.M., M.A., dan Dr. Abdul Latief. Turut hadir juga Wakil Mudir, Ustaz H. Indra Jaya, M.A., Ustaz H. Muhidin, M.Pd., dan Ustaz Haerudin, M.Pd.
Dalam sambutannya, Kiai Zahid menyampaikan rasa terima kasih kepada para wali santri yang telah hadir. Beliau menyampaikan terima kasih atas kehadiran para wali santri untuk sama-sama mengetahui apa saja program yang didapatkan oleh anak-anak dan apa yang perlu dipersiapkan dari segi mental, meterial, semangat, dan doa agar anak-anak berhasil menjadi anak yang saleh dan salehah.
Kiai Zahid kemudian menyampaikan prinsip al-muhafazhah ala al-qadimi shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah, yang berarti menjaga tradisi lama yang baik sambil menerima tradisi baru yang lebih baik. Merawat tradisi merespons modernisasi. “Pesantren menjawab kebutuhan masyarakat,” kata Kiai Zahid.
Beliau juga menambahkan bahwa pesantren sebagai lembaga kader bersifat terbuka terhadap perubahan tanpa mengorbankan nilai-nilai inti. “Dengan prinsip tersebut, pesantren sebagai sebuah lembaga kader, tidak alergi terhadap perubahan, tapi sebaliknya selalu berupaya mengembangkan kurikulumnya, baik dari sistem ajar maupun asuh, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik tanpa meninggalkan nilai-nilai yang sudah ditetapkan,” jelasnya. “Yaitu nilai-nilai pesantren, nilai-nilai Islam,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Kiai Zahid memaparkan program unggulan yang diterapkan di tingkat SMA, termasuk kurikulum berwawasan internasional yang mencakup kurikulum nasional, Cambridge, dan IB, semuanya diselaraskan dengan nilai-nilai pesantren. “Sehingga anak-anak kita betul-betul dipersiapkan menjadi Ahl al-‘Izzah,” tegas Kiai Zahid.
Beliau juga menjelaskan lebih jauh tentang karakter generasi Ahl al-‘Izzah, yang meliputi Ahl al-Ziyadah (memiliki keistimewaan), Ahl al-Qiyadah (berjiwa kepemimpinan), dan Ahl al-Riyadah (berjiwa kepeloporan). Kiai Zahid pun menjelaskan karakter generasi Ahl al-‘Izzah, yang memiliki sifat Ahl al-Ziyadah (memiliki keistimewaan) dengan ciri Mutakhalliq (berakhlak), Muta’allim (berilmu), dan Mutamaddin (berperadaban); Ahl al-Qiyadah (memiliki jiwa kepemimpinan) dengan ciri Mundzir wa Qaid al-Qaum; dan Ahlu al-Riyadah (memiliki jiwa kepeloporan), dengan ciri Muslih al-Qaum.”
Lebih lanjut, Kiai Zahid mengutip ayat Al-Qur’an sebagai dasar filosofi Dza ‘Izza, dengan merujuk pada Surat al-Munafiqun ayat 8:
“وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَـٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ”
“Padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui.”
“Izzah adalah kemuliaan, kemuliaan itu tidak didapat tapi harus dicari. Di mana di Daar el-Qolam al-Tsalis, tempatnya ilmu pengetahuan, Daar el-Qolam rumah pena. Tempat anak-anak kita belajar. Insya Allah, Allah turunkan kemuliaan,” ungkap beliau, menambahkan pentingnya pendidikan di pesantren sebagai jalan meraih kemuliaan.
Kiai Zahid juga memaparkan berbagai program pendidikan di pesantren, termasuk program 6 tahun bagi lulusan SD/MI dan program 3 tahun bagi lulusan SMP/Tsanawiyah, serta berbagai jurusan di SMAWI seperti IPA/MIA dan IPS/IIS. Dengan program ini, diharapkan santri dapat menjadi duta Islam yang mendunia. “Dengan ini akan melahirkan santri yang mendunia, santri yang memperkenalkan Islam. Anak kita yang akan menjadi duta Islam nanti,” ujarnya penuh optimisme.
Kiai Zahid kemudian menyampaikan data sebaran alumni pesantren yang telah menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi, baik di dalam negeri maupun luar negeri, seperti Malaysia, Tunisia, Turki, hingga Jepang dan Korea Selatan. Termasik PTN, UIN, maupun kampus-kampus terkemuka, baik negeri maupun swasta.
Kiai Zahid menutup dengan penekanan pada pentingnya keikhlasan dalam proses pendidikan. “Bapak ibu ikhlas, guru-guru ikhlas, anak santri kita ikhlas, insya Allah, Allah yang akan membuka pintu rizki bagi kita,” tuturnya. “Perlu kita sama-sama ikhlas, sehingga ilmu yang ada dalam diri anak-anak kita barakah,” tambahnya.
Di akhir sesi, Kiai Zahid mengingatkan bahwa pendidikan adalah fondasi bagi kemajuan bangsa. “Pada 2011 saya bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, beliau mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Jepang, membuat buku, bahwa tahun 2025, Indonesia menjadi negara maju. Tapi ketika tidak ada usaha yang maksimal dari kita, pendidikannya tidak kita tingkatkan, apa yang terjadi? Dari 2025 mundur ke 2045. Bayangkan, mundurnya 20 tahun.”
“Karena itu sekali lagi, pendidikan adalah fondasi utama untuk kita menjadi negara maju. Tapi jangan lupa ada yang perlu kita perbuat dan tanamkan kepada anak didik kita. Apakah itu? Nilai-nilai agama. Banyak negara maju tapi tidak punya akhlak. Bangsa kita harus maju dan berakhlak,” ujar beliau penuh harap.
“Mudah-mudahan anak-anak kita menjadi pemimpin bangsa ini ke depan,” pungkasnya.