Silaturahmi dan Parenting Seminar: Meningkatkan Kualitas Pendidikan Santri

Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza menyelenggarakan Silaturahmi dan Parenting Seminar dengan tajuk “Menyiapkan Anak untuk Hidup di Abad 21” pada Sabtu (8/2/2025) di Aula Tasabuk. Acara dipimpin oleh Mudir al-Ma’had Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, K.H. Zahid Purna Wibawa, S.T., dan dihadiri oleh wali santri SMP kelas 2. Turut hadir Majelis Khidmah serta para guru.

Pertemuan ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi sekaligus menyampaikan program pesantren. “Kami mengingatkan kembali tentang program yang ada di Pondok Pesantren ini, sekaligus meng-update apa yang baru, baik itu kerja sama maupun program yang ada di Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza ini,” ujar Kiai Zahid.

Beliau menegaskan bahwa para santri merasa bahagia karena kedatangan orang tua mereka yang memberikan dukungan dan semangat, serta menunjukkan bahwa mereka disayangi di pondok pesantren. Oleh karena itu, kehadiran dalam pertemuan tersebut sangat penting.

Kiai Zahid memulai dengan ungkapan Al-muhafazhah ‘ala al-qadimi as-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-aslah, yang berarti merawat tradisi dan merespons modernisasi. “Ini merupakan tagline yang ditinggalkan oleh Pengasuh Pondok kepada kami, oleh Pendiri Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, Ayahanda K.H. Ahmad Syahiduddin, agar kami terus berupaya mengikuti perkembangan zaman dan pendidikan abad 21. Namun, nilai-nilai dasar pondok pesantren harus tetap dipertahankan, bahkan diperkuat. Karena itu, muncullah program-program yang akan kami jelaskan berikut ini,” papar Kiai Zahid.

Beliau menekankan bahwa pesantren dan globalisasi bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling menguatkan. Sebagai lembaga kader, pesantren tidak alergi terhadap perubahan, tetapi justru selalu berupaya mengembangkan kurikulumnya.

“Kurikulum yang dibuat merupakan paduan antara kurikulum pesantren, kurikulum nasional, serta kurikulum berwawasan internasional,” ungkap Kiai Zahid.

“Di SMA, kurikulumnya sudah fully berwawasan internasional. Di SMP ini, kami mempersiapkan mereka agar mampu beradaptasi dengan kurikulum di SMA-nya,” lanjut beliau.

Kurikulum berwawasan internasional ini merupakan gabungan dari kurikulum Cambridge, IB, dan Foundation, yang dirumuskan menjadi Kurikulum Dza ‘Izza. “Kami mempersiapkan mereka agar mampu bersaing baik di dalam maupun luar negeri,” kata Kiai Zahid. Namun, kurikulum ini tetap berlandaskan nilai-nilai pesantren, yaitu akhlak dan spiritual.

Beliau juga mengingatkan kembali visi pondok pesantren, yaitu menjadi lembaga pendidikan Islam yang menciptakan generasi Ahl al-‘Izzah, dengan misi menyelenggarakan pendidikan yang membentuk generasi Muslim berkualitas sebagai Ahl al-‘Izzah.

“Ahl al-‘Izzah itu ada tiga. Pertama, Ahl al-Ziyadah, memiliki jiwa keistimewaan. Kedua, Ahl al-Qiyadah, memiliki jiwa kepemimpinan. Ketiga, Ahl al-Riyadah, memiliki jiwa kepeloporan,” ungkap Kiai Zahid.

“Yang disebut istimewa adalah yang berakhlak, berilmu, dan berperadaban. Ini santri kita, yang insya Allah akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan,” lanjut beliau.

“Almarhum Ayahanda K.H. Ahmad Syahiduddin memberi nama Dza ‘Izza, Daar el-Qolam 3, dengan harapan agar anak-anak kita mendapatkan kemuliaan,” kata Kiai Zahid.

Dasarnya adalah firman Allah dalam Surah Al-Munafiqun ayat 8:

وَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (Al-Munāfiqūn [63]:8)

“Mudah-mudahan anak-anak kita termasuk dalam golongan orang-orang mukmin yang mendapatkan kekuatan dan kemuliaan dari Allah Swt.,” ujar Kiai Zahid.

Beliau juga mengungkapkan filosofi kedua yang bersumber dari hadis:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ.
“Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi)

“Andai kita semua memegang teguh filosofi ini, insya Allah kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat,” ujar Kiai Zahid.

Selanjutnya, beliau menyoroti peran guru pesantren dalam tiga aspek utama: ajar, asuh, dan manajemen. Guru-guru melaksanakan tugasnya dengan penuh keikhlasan. Oleh karena itu, Kiai Zahid mengharapkan kerja sama dari para orang tua untuk saling mendukung dalam mendidik para santri.

Beliau juga menjelaskan tentang program enam tahun di pesantren, termasuk berbagai jurusan yang tersedia, program LOTEA (Language Other Than English and Arabic), program sit-in dengan kampus luar negeri, serta kerja sama dengan berbagai lembaga untuk persiapan ujian UTBK. Selain itu, pesantren juga menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi, baik dalam maupun luar negeri, termasuk program beasiswa dari kampus-kampus tersebut.