Pelatihan <em>Tajhîzul Mayyit</em> Bekali Santri Cara Mengurus Jenazah

Santri-santri kelas akhir dibekali dengan kegiatan Tajhizul Mayit, yaitu tata cara mengurus jenazah, yang dilaksanakan pada 24-25 Februari 2024. Kegiatan ini merupakan pembekalan bagi mereka agar mengetahui dan mempraktikkan bagaimana tata cara mengurus jenazah.

“Tajhizul Mayit merupakan salah satu kegiatan yang selalu diadakan oleh semua Pondok Pesantren Daar el-Qolam, termasuk Daar el-Qolam 3. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menunjang kelulusan santri-santri di kelas akhir,” kata Ustaz Ihsan Ahmadi Kabag Ibadah Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza pada Jum’at (2/2/2024).

“Tajhizul Mayit adalah tata cara mengurus jenazah mulai dari awal sampai akhir. Untuk kebutuhan ini, kita punya buku pedoman bagi santri-santri kita. Diharapkan mereka mengetahui tata caranya, mulai dari memandikan, mengafani, menyalatkan, menguburkan, sampai mentalkinkan,” lanjutnya.

Dengan kegiatan Tajhizul Mayit diharapkan para santri dapat mengamalkannya setelah lulus nanti. Ketika misalnya ada anggota keluarga yang meninggal, merekalah yang berperan mengurus jenazah. Terlebih bila yang meninggal adalah orang tua. Mereka dapat mengurus dengan sebaik-baiknya.

“Jadi mereka memiliki bekal, ketika misalnya ada keluarga yang meninggal, merekalah yang memandikan, menyalatkan, yang menjadi imam, dan seterusnya. Mereka mengetahui caranya,” ujar Ustaz Ihsan.

Pelaksanaan Tajhizul Mayit dilakukan secara per kelompok, masing-masing diwakilkan oleh beberapa anak dan yang lainnya menyaksikan secara saksama.

“Kami berharap pembekalan ini bermanfaat bagi santri. Seperti kata pepatah, ‘Barang siapa menanam, pasti akan menuai’,” ujar Ustaz Ihsan. Pepatah ini tersebut dalam bahasa Arab:

مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ

Ustaz Ihsan mengungkapkan, semua hal yang didapatkan oleh para santri bisa dipraktikkan ketika mereka sudah lulus nanti. Karena ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tidak berbuah.

“Semua menjadi bekal mereka di pesantren ini, kemudian di masyarakat nantilah mereka amalkan ilmunya. Karena ketika anak pesantren lulus, bukan nilai akademisnya yang ditanya, tapi salat ngajinya, termasuk yang menjadi penunjang-penunjangnya. Hal ini akan dirasakan ketika mereka berada di masyarakat,” pungkasnya.