
Takwa tanpa ilmu hanyalah angan-angan belaka. Karenanya, penting bagi umat Islam untuk mengutamakan menuntut ilmu, sebab amal tanpa ilmu justru berpotensi menimbulkan bahaya yang lebih besar.
Sebagaimana dikatakan Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah yang dinukil oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam Az-Zuhdu (Jilid I, halaman 244):
مَنْ عَمِلَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
“Barangsiapa beramal tanpa ilmu, kerusakan yang ditimbulkannya lebih banyak daripada kebaikannya.”
Makna perkataan ini jelas: ilmu harus didahulukan sebelum beramal. Tanpa ilmu, seseorang mungkin tidak memahami konsekuensi perbuatannya, sehingga potensi kerusakannya lebih besar daripada manfaatnya. Oleh karena itu, kita harus mengembalikan fungsi ilmu sebagai otoritas pembeda antara kebenaran dan kebatilan.
Makna Filosofis Huruf ‘Ilm
Imam Al-Ghazali dalam Minhajul Muta’allim menukil penjelasan ulama tentang makna filosofis huruf-huruf penyusun kata “عِلْم” (Ilm):
- ‘Ain (ع): Melambangkan ‘Illiyyin (tinggi).
- Orang berilmu diangkat derajatnya, sebagaimana firman Allah:
> يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَتٍۗ
“Allah mengangkat orang-orang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11).
- Lam (ل): Melambangkan Lathif (lembut).
- Orang berilmu memiliki kelembutan hati, tutur kata santun, dan sikap bijak.
- Ia membina tanpa menghina, mengajak tanpa mengejek, dan merangkul tanpa memukul.
- Mim (م): Melambangkan Mulk (kekuasaan).
- Orang berilmu adalah “raja” atas dirinya sendiri, mampu menaklukkan hawa nafsu.
- Allah memberinya tiga keberkahan:
- ‘Izzah (kemuliaan),
- Lathifah (kelembutan),
- Mahabbah (cinta dan harmoni dalam kehidupan).
Kedudukan Ilmu dalam Islam
Nabi ﷺ bersabda:
كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ
“Jadilah engkau orang berilmu, pencari ilmu, pendengar ilmu, atau pencinta ilmu. Jangan menjadi yang kelima (tidak peduli ilmu), niscaya engkau celaka.” (HR. Baihaqi).
Syaikh Az-Zarnuji dalam Ta’limul Muta’allim menegaskan:
“Kemuliaan ilmu terletak pada fungsinya sebagai jalan menuju ketakwaan, yang dengannya manusia meraih kemuliaan di sisi Allah dan kebahagiaan abadi.”
Peringatan Penting
Rasulullah ﷺ mengingatkan:
مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدًى, لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
“Barangsiapa bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya, ia justru semakin jauh dari Allah.”(HR. Ad-Dailami).
Mari jadikan ilmu sebagai penuntun amal, warisan termulia para nabi:
إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْ
“Para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, melainkan ilmu. Maka, siapa yang mengambilnya, ia telah meraih keberuntungan besar.” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi).
Semoga Allah menjadikan kita ahli ilmu yang mengamalkan, dan ahli amal yang berilmu.