Doa seorang guru bagi muridnya adalah serupa angin yang tak terlihat namun mampu membawa perahu melintasi lautan kehidupan. Dalam hening malam dan di sela-sela kesibukan, doa itu melintasi batas ruang dan waktu, menjadi kekuatan tak kasat mata yang membimbing langkah murid-muridnya. Bukan hanya ilmu yang guru tanamkan, tetapi juga harapan dalam setiap doa, agar kelak muridnya tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berakhlak mulia, dan berguna bagi sesama. Doa itulah yang menjadikan ikatan batin antara guru dan murid tetap terjaga.
“Karena itu, sebelum mengajarkan materi, tugas pertama seorang guru adalah harus menata hatinya ketika hendak mengajarkan ilmu. Jadi, tidak hanya menyiapkan materi. Yang paling utama adalah menata hati dulu,” kata Ustaz TB. Wildanul Hakim, pengajar di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza pada Kamis (3/10/2024).
“Sebelum mengajarkan materi, guru tersebut hatinya harus bersih dari segala kotoran dalam hatinya,” sambungnya.
Ustaz Wildan menjelaskan beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru ketika hendak mengajarkan ilmu, yaitu:
- Memandang murid dengan pandangan kasih sayang. Tidak meremehkan, siapapun muridnya. Semua muridnya dipandang dengan kasih sayang, meskipun ada yang berkekurangan (misalnya dari segi akhlak). Tidak meremehkan atau menghina;
- Meminta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan dalam mengajar dan memberikan hikmah kepadanya, karena ilmu adalah milik Allah Swt. Guru hanya wasilah (perantara). Jadi, guru tidak hanya menyiapkan materi atau i’dad at-tadris;
- Mendoakan muridnya sebelum mengajarkan ilmu agar para santri dimudahkan dalam memahami pelajaran; karena pemahaman, hidayah, ilmu, itu semua milik Allah. Jika Allah rida, insya Allah, ilmu akan terbuka. Tugas seorang guru sebelum mengajar, mendoakan muridnya di sepertiga malam, di waktu-waktu yang mustajab, karena yang memberi hidayah adalah Allah, bukan guru tersebut;
- Guru tidak boleh sombong dengan ilmunya, harus tetap rendah hati. Karena ilmu adalah milik Allah, titipan dari Allah. Ilmu bisa saja diambil oleh Allah jika ada kesombongan dalam hati (menjadi ilmu yang tidak bermanfaat). Guru harus tetap tawaduk.
Guru memiliki tugas yang sangat mulia, sebagai pewaris para nabi, yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan. “Tugas seorang guru adalah penerus dari para anbiya (para nabi) untuk mengajarkan kebaikan, mengajarkan agama Allah dengan sebaik-baiknya,” ujar Ustaz Wildan.
“Semoga santri-santri Daar el-Qolam 3 menjadi santri-santri Ahl al-‘Izzah yang Ahl al-Ziyâdah, Ahl al-Qiyâdah, dan Ahl al-Riyâdah,” pungkasnya.