Yang paling mungkin bagiku kini adalah abadi menantimu. Kau tahu, pergimu membentuk kaldera di hati? yang terus saja membakarku dengan nyala biru api rindu pada malam-malamku. Adakah lagi sudi kau tapaki jalan kenang yang sebentang sabana itu? Barangkali nanti kau temu sisa-sisa mesra percakapan dan tawa kita, di ceruk-ceruk dinding kaldera ijen purba. Atau mungkin kau rasai lagi sejuk tempias air terjun saat kita bersulang canda. Tidakkah lagi kau mau kembali?
*Puisi lirik ini menjadi salah satu dari sepuluh puisi pilihan dalam Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) 2024, Banyuwangi. Dimuat dalam antologi Ijen Purba: Tanah, Air, dan Batu.