<em>`Amaliyah Tadrîs</em> dan Nilai-nilai Kehidupan

Amaliyah Tadris bukan sekadar praktik mengajar, tapi ada nilai-nilai kehidupan yang tercermin di dalamnya. Ada usaha, kesungguhan, kritik, evaluasi, sikap lapang dada, dan keikhlasan untuk memperbaiki diri. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat tak ubahnya seperti itu bukan?

“Dari Amaliyah Tadris itu kita belajar kehidupan,” kata Ustaz Ma’ruf Aqlan, Lc. selaku penanggung jawab kegiatan Amaliyah Tadris saat diwawancara pada Kamis (25/1/2024).

Ustaz Ma’ruf menjelaskan, dalam Amaliyah Tadris ada maddah (materi), thariqah (metode), sifat, dan kata-kata. “Kalo dikaji secara mendalam, ini bukan hanya masalah teori. Dalam mengajar ada materi yang harus dipersiapkan. Begitu juga kehidupan, harus dipersiapkan untuk menghadapinya,” ujarnya.

“Kemudian thariqah (metode atau cara).  Untuk mencapai suatu tujuan dalam kehidupan juga ada caranya. Demikian pula ada sifat, bahwa seorang mudarris itu harus memiliki sifat yang baik (akhlaq alkarimah). Ini hubungannya dengan sesama manusia, harus baik” lanjutnya.

Bagian penting lainnya adalah naqd (kritik).  Dalam Amaliyah Tadris, kritik disampaikan oleh peserta untuk memberikan masukan-masukan terhadap apa saja yang menjadi kekurangan. Hal ini dimaksudkan agar menjadi lebih baik lagi.

“Kita dikritisi, meskipun kita merasa sudah benar. Kritik itu nasihat. Meskipun kita sudah melakukan persiapan dengan sebaik mungkin, tapi bisa saja menerima kritik. Kritik bukan menjatuhkan, tapi sebagai pengingat. Ada orang lain yang meluruskan ketika kita salah arah,” jelas Ustaz Ma’ruf.

“Meskipun kita sudah berusaha, namun tidak semulus yang Anda buat dan kerjakan. Semua sudah kita siapkan dengan baik, tapi terkadang kita khilaf kan?,” lanjutnya.

Menurut Ustaz Ma’ruf, apa yang ditampilkan dalam praktik Amaliyah Tadris merupakan cermin kehidupan. Kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran di dalamnya, serta menjadikannya sebagai bekal kehidupan di tengah-tengah masyarakat.

“Seperti itulah kehidupan. Kita harus selalu mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Cara yang digunakan pun harus sesuai. Kalau mau jadi dokter, bukan sekolah di jurusan teknik. Semua ada cara yang tepat untuk mencapai tujuan. Lalu sifat kita, tingkah laku kita, dilihat, diperhatikan, dan dinilai oleh orang lain. Kita harus siap dikritik. Jika memang salah, ya terima. Mengakui dan menerima kesalahan merupakan langkah untuk memperbaiki kesalahan. Selama bersikukuh dan angkuh, sulit untuk memperbaiki kesalahan,” jelasnya.

Ustaz Ma’ruf berharap agar kegiatan Amaliyah Tadris berjalan dengan baik dan memberikan pelajaran berharga bagi para santri. Pengalaman yang didapatkan dari kegiatan tersebut dapat menjadi bekal bagi santri bagi kehidupan mereka di masa mendatang.

“Semoga dari semua yang mereka lakukan menjadi pemacu dan tolak ukur di masa mendatang, dan semua menjadi ter-maddah-kan, termetodekan, tersifatkan, dan ter-lahn-kan. Apapun yang dilakukan dipersiapkan dengan baik menurut metode yang tepat, diiringi dengan akhlak yang baik. Lalu semua itu disampaikan dengan komunikasi yang baik dan kata yang bijak,” pungkasnya.