Santri kelas akhir Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza mendapatkan Advanced Leadership Training Program (ALTP) pada Rabu (29/11/2023). Leadership training ini membekali para santri sebelum lulus dari pesantren untuk memiliki kesadaran akan pentingnya kewibawaan moral institusional (memelihara visi dan pemberdayaan) dan kewibawaan moral kultural (menumbuhkan sumber motivasi dari dalam diri). Dari aspek karakter, training ini membekali santri untuk menjadi individu yang melakukan kebaikan (doing the good) dan menjadi teladan kebaikan (being the good).
“Tujuannya yang pertama, membekali anak untuk memiliki kesadaran tentang pentingnya kewibawaan institusional dan kultural. Kedua, membekali anak untuk memiliki kesadaran doing the good (melakukan kebaikan) dan being the good (menjadi model atau teladan bagi kebaikan),” kata Ustaz M. Wahyuni Nafis, M.A., sebagai narasumber dari Majelis Khidmah (MK) Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza.
“Mereka sebentar lagi lulus, karenanya kita bekali dengan dua hal penting itu. Hal itu merupakan kelanjutan dari basic di kelas 4, intermediate di kelas 5, dan advance di kelas nihai ini,” lanjutnya.
Dengan dua tujuan ini, para santri selepas lulus dari pesantren diharapkan menjadi pribadi-pribadi yang kuat berpegang teguh pada prinsip-prinsip kehidupan yang membuat mereka mandiri, tangguh, berwawasan jauh ke depan dan tetap tampil sebagai pribadi berakhlak mulia.
Dalam penyampaian materi, Ustaz Nafis menekankan pada proses interaksi dan komunikasi dua arah sehingga para peserta dapat berperan aktif bertanya, memberikan tanggapan, dan menyampaikan pendapat.
“Saya banyak mengajak mereka berpartisipasi, mengajak berdiskusi, dan memberikan testimoni,” ujar Ustaz Nafis.
Dalam kesempatan tersebut siswa bercerita tentang permasalahan yang mereka hadapi, kemudian dikaitkan dengan bagaimana bersikap proaktif dan bekerja di lingkaran pengaruh (circle of influence). Ustaz Nafis mengarahkan pada mereka bagaimana bersikap proaktif dan bertindak di lingkaran pengaruh (circle of influence) dalam situasi-situasi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
“Kemudian saya ajarkan bagaimana mengatur waktu (time management), menentukan mana yang penting dan tidak penting (big rock). Yang penting didahulukan. Setiap minggu mereka menentukan mana yang penting,” ujar Ustaz Nafis.
“Jadi, saya mengajarkan kepada mereka tentang pertama, bagaimana menjadi proaktif dan bekerja di lingkaran pengaruh (circle of influence). kedua, manajemen waktu dan menentukan mana yang penting dan tidak penting dalam kehidupan perminggunya. Ketiga, menentukan prioritas dalam hidupnya, mau menjadi apa, menjadi siapa, termasuk mau masuk perguruan tinggi apa, jurusannya apa,” jelas ustaz Nafis.
Ustaz Nafis memetakan permasalahan yang umumnya dihadapi oleh siswa, yaitu masalah kurangnya manajemen waktu dan masalah kepercayaan diri. Dua masalah ini perlu mendapatkan perhatian karena akan turut menentukan keberhasilan mereka.
“Permasalah yang dihadapi anak-anak biasanya mereka masih belum terlalu lihai dalam mengatur waktu. Seolah-olah banyak sekali agenda yang harus dikerjakan. Nah, kalo dibuatkan time management dia akan tahu mana yang penting dan tidak penting. Kerikilnya terlalu banyak, padahal kerikil itu tidak usah dijadwalkan. Yang penting batu-batu besarnya (big rock). Hafalan, persiapan ujian, dan seterusnya. Setiap hari, tiap minggu, ada big rocknya,” jelas Ustaz Nafis.
“Masalah kedua, terkait keberanian. Mereka perlu diperkuat lagi keberanian untuk bertanya, tampil, dan jangan takut salah. Takut salah kan salah. Dua hal ini yang harus diperkuat pada anak-anak,” pungkasnya.