Nasihat Bijak Para Ulama untuk Meraih Hidup Berkah

Perjalanan hidup manusia tidak ada yang tahu, setiap manusia memiliki jalannya masing-masing yang sudah ditetapkan oleh Sang Khaliq. Apa yang akan terjadi besok atau lusa, semuanya masih misteri. Hanya usaha, ikhtiar, kesungguhan dalam beribadah, beramal kebaikan dan kebijakan serta do’a dan tawakkal yang bisa dilakukan.

Saat di dalam kandungan, ketika ruh ditiupkan, pada saat itulah digariskan empat ketetapan pada manusia meliputi rizki, ajal, amal dan apakah ia termasuk dalam kategori celaka atau orang yang berbahagia (disebutkan dalam karya Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, pada Bab Takut Kepada Allah). Dalam hadis yang cukup panjang Rasulullah Saw. bersabda:

عن ابن مسعود – رضي الله عنه – قَالَ: حدثنا رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ الصادق المصدوق: إنَّ أحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أربَعِينَ يَومًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ المَلَكُ، فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ. فَوَالَّذِي لاَ إلهَ غَيْرُهُ إنَّ أحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وبيْنَهَا إلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ فَيدْخُلُهَا، وَإنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاَّ ذراعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ فَيعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا.  ]مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.[

Dari Ibnu Mas’ud r.a., katanya: ”Rasulullah Saw. yang selalu benar dan dapat dipercaya itu, bercerita kepada kami bahwa tiap-tiap manusia itu terkumpul penciptaannya dalam perut ibu selama empat puluh hari berupa air mani, kemudian berupa gumpalan darah selama empat puluh hari, kemudian berupa daging selama empat puluh hari, lalu diutuslah malaikat dan meniupkan ruh  ke dalamnya serta diperintah pula untuk mencatatkan empat kalimat, yaitu mencatat tentang rizki, ajal, amal perbuatan dan tentang celaka atau bahagianya. Demi Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang di antara kamu beramal dengan amalnya ahli surga, sehingga jarak antara dia dengan surga hanya sehasta, namun karena ia telah tercatat sebagai ahli neraka, maka tiba-tiba ia melakukan amalan ahli neraka, sampai akhirnya dia masuk neraka. dan salah seorang di antara kamu sekalian beramal dengan amalnya ahli neraka, sehingga jarak antara dia dengan neraka hanya sehasta, tetapi karena ia telah tercatat sebagai ahli surga, maka tiba-tiba dia mengamalkan amalan ahli surga sampai akhirnya dia masuk surga”. [Muttafaq ‘alaih]

Sejak saat itulah proses kehidupan dimulai, sekian bulan dalam kandungan, lalu lahir, beranjak menjadi anak-anak, remaja, lalu berkeluarga, tambah dewasa menua dan akhirnya menanti ajal tiba. Semua dalam ketetapan yang sudah ditentukan Allah Swt. Saat manusia lahir ke dunia, mereka diberikan durasi waktu yang berbeda-beda, sesuai kehendak Allah Swt. Dalam perjalanan kehidupan manusia terdapat fase yang cukup krusial. Fase ini berada di saat manusia telah menapaki usia 40 tahun. Fase kematangan secara intelektual, emosional, fisik atau yang lain. Namun tak jarang manusia melewatinya begitu saja, tanpa makna dan tanpa rencana.

Usia 40 tahun dalam ajaran Islam sangatlah istimewa. Allah Swt. menyebutkan dalam al-Qur’an bahwa usia 40 tahun adalah usia ideal di mana manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosional maupun spiritualnya. Usia 40 tahun adalah puncak kedewasaan, kebijaksanaan dan kematangan seseorang dalam menapaki hidup di dunia.

Usia 40 tahun dalam khazanah islam, memiliki makna dan kedudukan tersendiri. Jika kita membaca sirah Nabawiyah, maka kita akan mengingat bahwa pada usia 40 tahun Nabi Muhammad Saw diangkat atau diutus oleh Allah Swt. menjadi rasul, membawa misi atau risalah kenabian. Dijelaskan dalam beberapa kitab tafsir bahwa para nabi dan rasul Allah Swt. mayoritas diangkat oleh Allah menjadi rasul di usia 40 tahun. Menurut Imam Asy-Syaukani, dalam karyanya Tafsir  Fathul Qodir, jilid 10 (terjemahan)  menjelaskan bahwa Para mufassir berkata, “Allah tidak pernah mengutus seorang nabi pun kecuali setelah berusia empat puluh tahun.”

Mengenai keutamaan di usia 40 tahun ini, Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Ahqaf ayat 15.

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan usianya mencapai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. [Q.S al-Ahqaf : 15]

Dalam karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, jilid 13 (terjemahan), berkenaan dengan surat al-Ahqaf ayat 15 di atas, beliau menjelaskan bahwa saat manusia genap berusia empat puluh tahun. Pada saat itu merupakan usia puncak kedewasaan, fase di mana fisik, akal, pemahaman dan kebijaksanaan telah mencapai batas kesempurnaan.

Betapa pentingnya fase yang dialami oleh setiap manusia di saat telah menapaki usia 40 tahun, Imam al-Ghazali dalam karyanya kitab Ayyuhal Walad (terjemahan) menyebutkan bahwa :

“Tanda berpalingnya Allah Ta’ala dari seorang hamba adalah dia menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Sesungguhnya seseorang yang sesaat dari umurnya berlalu, yang dia gunakan untuk selain tujuan dia diciptakan (ibadah), maka pantaslah untuk menyesal selamanya. Barangsiapa yang telah melampaui usia empat puluh tahun tetapi kebaikannya tidak bisa mengungguli keburukannya, hendaknya dia bersiap-siap menuju neraka.”

Selanjutnya senada dengan penjelasan Imam al Ghazali, menurut Imam Nawawi dalam karyanya kitab Riyadhus Shalihin (terjemahan) yang diceritakan dalam bab khusus [anjuran menambah amal kebaikan di usia senja] menurut pendapat Hasan Basri al-Qalbi Masruq juga dinukilkan dari Ibnu Abbas, mereka berkata bahwa: Dahulu penduduk Madinah apabila salah seorang dari mereka mencapai usia 40 tahun ia mengkhususkan diri untuk ibadah”

Berpijak pada realitas itulah, usia 40 tahun memiliki keutamaan dan makna tersendiri dalam perjalanan hidup manusia sampai ajal tiba. Usia 40 tahun adalah alarm bagi setiap manusia akan segera datangnya tamu (malaikat maut), usia 40 tahun adalah alarm bagi kita untuk lebih mendekatkan diri kepada allah Swt. dengan meningkatkan kualitas ibadah, guna mengharap ridha Allah Swt. sebagai bekal untuk menuju kehidupanan yang sebenarnya. Karena bagaimanapun juga kehidupan dunia ini, sebagaimana yang diibaratkan oleh Allah Swt. hanyalah “permainan dan senda gurau”. Kehidupan akhirat adalah sebenar-benarnya kehidupan. Hal tersebut sebagaimana yang tercantum dalam beberapa ayat al-Qur’an salah satunya termaktub dalam surat al-Ankabut ayat 64 yang artinya :

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”.

Sungguh merugilah kita semua, jika dalam mengarungi kehidupan dunia yang singkat ini tidak diisi dengan amal saleh. Karena seiring dengan bertambahnya usia, tanpa disadari kondisi fisik akan semakin menurun. Uban pun mulai tumbuh, penglihatan, pendengaran, daya ingat, dan kemampuan berpikir semakin berkurang.

Oleh karena itu, ketika usia kita menuju usia 40 tahun atau sudah berusia 40 tahun, ajaran agama islam telah memberikan tuntunan kepada kita semua agar mengisinya dengan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kita kepada Sang Khaliq. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:

Pertama, memperbanyak doa sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Ahqaf ayat 15;

Kedua, selalu mensyukuri segala kenikmatan yang Allah anugerahkan kepada kita, baik nikmat lahir maupun nikmat batin;

Ketiga, mengingatkan kepada diri dan anak keturunan kita, bahwa setiap manusia akan mengalami tahapan yang sama, mulai dalam kandungan, lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, berkeluarga dan memasuki usia tua. Menyadari akan hal tersebut, maka rasa cinta dan bakti kita kepada kedua orang tua harus semakin meningkat dan tak lupa untuk selalu mengirimkan do’a dan berbuat baik kepada keduanya;

Keempat, memperbanyak amal kebaikan dan kebajikan dengan selalu mengharap ridha Allah Swt.;

Kelima, meluangkan waktu dengan keluarga di tengah-tengah kesibukan yang kita alami dan peran-peran yang kita lakoni, dengan senantiasa memberikan keteladan dan energi postif kepada mereka;

Keenam, segera bertobat dan memperbanyak istighfar atas segala kesalahan dan kekhilafan yang pernah dilakukan;

Ketujuh, memperbanyak pergaulan dengan orang-orang saleh. Orang-orang yang senantiasa memancarkan atau mentransmisikan energi dan nilai-nilai positif, sehingga mampu menumbuhkan kesadaran pada diri kita untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas diri;

Kedelapan, berserah diri kepada Allah Swt. dengan terus berusaha meningkatkan kualitas ubudiyah dan ber-taqarrub kepada-Nya.

Begitulah pentingnya menapaki usia 40 tahun yang akan dilalui oleh setiap manusia. Sepatutnya dipersiapkan dengan sebaik mungkin agar memiliki nilai ibadah sehingga kehidupan memiliki makna dan tidak sia-sia. Dan hidup yang sesungguhnya ialah apa saja yang diniatkan, diprioritaskan, dan diperjungkan untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Wallahu a’lam bishawab.