
Liburan bukan sekadar istirahat dari rutinitas harian, tetapi juga memiliki dampak positif yang signifikan bagi kesejahteraan psikologis (psychological well-being) seseorang. Psikolog Dr. Jessica de Bloom, dalam bukunya The Psychology of Vacationing (2017), mengungkapkan bahwa liburan secara efektif mengurangi tingkat stres dan kelelahan. Menurutnya, perubahan lingkungan dan aktivitas selama liburan memberikan kesempatan bagi otak untuk pulih dari tekanan mental yang terkait dengan pekerjaan dan tuntutan sehari-hari.
Liburan juga mendukung kesehatan mental (mental health) melalui pengurangan gejala kecemasan dan depresi. Menurut Dr. Sebastian Filep, dalam kajiannya yang terdapat di bukunya Wellbeing and Tourism (2016), pengalaman liburan yang menyenangkan dapat meningkatkan mood dan memperbaiki kualitas tidur. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormon dan aktivitas otak yang merespons rangsangan positif dari lingkungan baru dan kegiatan santai.
Selain itu, liburan memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan kreativitas. Psikolog kognitif Dr. Adam Galinsky, dalam The Benefits of Vacation: Shortening the Rat Race (2016), menjelaskan bahwa waktu yang dihabiskan jauh dari rutinitas sehari-hari memungkinkan pikiran untuk beristirahat dan menyegarkan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan inovatif.
Dalam konteks ini, liburan tidak hanya sebagai istirahat fisik, tetapi juga sebagai investasi dalam kesehatan mental dan produktivitas jangka panjang seseorang. Dengan memberikan waktu untuk diri sendiri dan menikmati momen-momen santai, individu dapat merasakan manfaat yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dapat menjadi sumber energi bagi semangat kerja dan pemikiran-pemikiran kreatif.
Lebih dari itu, bagi seorang Muslim, liburan memiliki makna yang lebih tinggi. Liburan atau mengisi waktu luang dapat menjadi momen berharga untuk mengingkatkan nilai-nilai spiritual. Imam Ghazali, misalnya, mengajarkan bahwa waktu luang adalah waktu yang diberikan Allah untuk manusia agar mereka dapat merefleksikan makna hidup dan memperkuat hubungan dengan-Nya. Dalam Ihya Ulum al-Din, Imam Ghazali menekankan pentingnya memanfaatkan waktu luang untuk meningkatkan kualitas spiritual. Jadi, liburan atau mengisi waktu luang yang dijalani dengan kesadaran dan rasa syukur dapat membawa seseorang lebih dekat kepada Allah. Ini tidak hanya sebagai waktu istirahat dari rutinitas sehari-hari, tetapi juga sebagai kesempatan untuk menguatkan iman, memperdalam ibadah, dan mendalami nilai-nilai kehidupan yang sejati.
Bagi Imam Al-Ghazali, mengisi waktu luang yang disertai dengan refleksi spiritual dapat membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Selamat berlibur!
Sumber
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Mutiara Ihya Ulumuddin. Terj. Tim Penyusun. Bandung: Mizan, 2003.
De Bloom, Jessica.The Psychology of Vacationing. London and New York: Routledge, 2017.
Filep, S. (Ed.). Wellbeing and Tourism. London and New York: Routledge, 2016.
Galinsky, A. “The Benefits of Vacation: Shortening the Rat Race” dalam Psychological Well-Being and Work-Life Balance. Oxford: Oxford University Press, 2016.