Keluarga

Keluarga merupakan salah satu sumber kebahagiaan yang paling mendalam dan berkelanjutan dalam kehidupan seseorang. Selain karena keluarga adalah tempat individu tumbuh dan berkembang, juga merupakan ruang interaksi dan komunikasi yang paling intensif. Pendapat ini didukung oleh berbagai studi dan pandangan dari para pakar dalam berbagai bidang ilmu sosial dan psikologi.

Menurut Daniel Gilbert, seorang psikolog, kebahagiaan seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan sosialnya, termasuk hubungan dengan anggota keluarga. Dalam bukunya yang berjudul Stumbling on Happiness (2006), Gilbert mengemukakan bahwa interaksi positif dengan orang-orang terdekat, seperti keluarga, memberikan kepuasan emosional yang tinggi.

Studi tentang dukungan sosial juga menunjukkan bahwa keluarga merupakan sumber dukungan emosional yang sangat penting. Menurut John Bowlby, seorang psikolog, dalam bukunya Attachment and Loss (1969) mengungkapkan bahwa interaksi yang aman dan stabil dengan anggota keluarga dapat memberikan rasa aman dan nyaman yang mendukung kesejahteraan psikologis (psychological well-being) individu.

Sementara Richard Layard, menggarisbawahi pentingnya hubungan dalam keluarga untuk mencapai kebahagiaan yang berkelanjutan. Dalam bukunya Happiness: Lessons from a New Science (2005), Layard menunjukkan bahwa keintiman dan keterikatan emosional yang ditemukan dalam keluarga merupakan faktor penting dalam menciptakan kebahagiaan yang berkelanjutan.

Keluarga memberikan dukungan jangka panjang yang konsisten bagi individu, khususnya dalam menghadapi masa sulit. Keluarga menjadi rumah kembali di kala sedih dan terluka. Ini bukan berarti tidak mandiri tetapi memberikan kekuatan pada individu untuk lebih tenang, tegar, dan mendapat dukungan moral dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Mary Pipher, seorang psikolog klinis, menulis dalam bukunya The Shelter of Each Other (1997) bahwa keluarga menyediakan tempat perlindungan dan pemulihan yang penting bagi kebahagiaan individu.

Jadi, keluarga bukan hanya sekadar unit sosial, tetapi juga merupakan sumber kebahagiaan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui hubungan yang hangat, dukungan emosional, dan hubungan sosial yang sehat, keluarga memberikan manfaat yang tak ternilai harganya bagi kesejahteraan psikologis individu.

Karena itu penting menjaga keharmonisan dalam keluarga sehingga memberikan kenyamanan bagi para anggotanya. Tanpa keharmonisan, keluarga malah bisa menjadi sumber penderitaan. Munculnya depresi bermula dari kondisi keluarga yang tidak harmonis, penuh konflik dan ketegangan. Karena itu seluruh anggota keluarga, dengan penuh kesadaran, harus bersama-sama membangun suasana yang tenang dan nyaman, sehingga keluarga menjadi rumah kebahagiaan.

***

Dalam perspektif Islam, keluarga memiliki peran yang sangat penting, tidak hanya sebagai unit sosial tetapi juga sebagai fondasi utama untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini ditegaskan oleh para ulama, yang menggarisbawahi nilai-nilai keluarga dalam membangun masyarakat yang harmonis. Bersama-sama menegakkan nilai-nilai kebaikan, dan menjauhi segala keburukan.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu (Qs. at-Tahrim: 6).

Menurut Imam al-Ghazali, keluarga adalah tempat di mana cinta, kasih sayang, dan pengertian saling diperkuat antara suami-istri dan antara orang tua dengan anak-anaknya. Dalam Ihya Ulum al-Din, Imam al-Ghazali menekankan pentingnya memelihara hubungan yang harmonis di dalam keluarga untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan spiritual.

Ulama lainnya seperti Imam Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah menekankan peran keluarga dalam pendidikan moral dan pembentukan karakter. Menurutnya, keluarga merupakan lembaga pertama tempat anak-anak belajar tentang nilai-nilai agama, integritas moral, dan tanggung jawab sosial. Dalam karyanya, Tuhfat al-Mawdud, Ibn al-Qayyim menguraikan bagaimana pendidikan yang benar di dalam keluarga dapat membentuk individu yang bertakwa dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dr. Yusuf al-Qardawi, seorang ulama kontemporer, dalam The Lawful and the Prohibited in Islam membahas pentingnya hubungan yang sehat antara suami-istri dalam Islam. Menurut  pandangannya, keharmonisan dalam pernikahan dan penghormatan antar-anggota keluarga adalah kunci untuk mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan.

Para ulama juga mengungkapkan bahwa Rasulullah saw. memberikan teladan dalam memperlakukan keluarga dengan penuh kasih sayang, pengertian, dan dukungan. Hadis-hadis yang menggambarkan perhatian beliau terhadap keluarganya, serta nasihat-nasihat beliau tentang pentingnya menjaga hubungan baik dalam keluarga, menjadi pedoman bagi umat Islam dalam membangun kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari perspektif Islam, keluarga bukan hanya sekadar unit sosial, tetapi juga merupakan rumah yang diberkahi untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Melalui pendidikan moral, cinta kasih, dan dukungan yang saling menguatkan, keluarga membentuk individu yang kokoh secara spiritual dan sosial. Pandangan ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana Islam menempatkan keluarga sebagai fondasi yang kokoh dalam mencapai kebahagiaan yang sejati bagi individu dan masyarakat.

Sumber

Al-Ghazali, Abu Hamid. Mutiara Ihya Ulumuddin. Terj. Ihya Ulum al-Din oleh Tim Penerjemah. Bandung: Mizan, 2023.

Al-Qardhawi, Yusuf. The Lawful and the Prohibited in Islam. Suriah: al-Halabi Publications, 1999.

Bowlby, John. Attachment and Loss” dalam Attachment. New York: Basic Books, 1969.

Gilbert, Daniel. Stumbling on Happiness. New York: Vintage Books, 2006.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.Tuntunan Rasulullah dalam Mengasuh Anak. Terj. Tuhfat al-Maudud bi Ahkam al-Maulud, oleh Nabhani Idris. Jakarta: Studia press, 2009.

Layard, Richard. Happiness: Lessons from a New Science. London: Penguin Books, 2005.

Pipher, Mary. The Shelter of Each Other: Rebuilding our Families. New York: Ballantine Books, 1997.