K.H. Ahmad Syahiduddin (alm.) merupakan sosok ulama yang memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau senantiasa mengingatkan para santri untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan yang semakin berat dan kompleks. Setiap langkah harus disertai perencanaan matang dan usaha yang maksimal, karena kesuksesan tidak datang begitu saja, melainkan buah dari persiapan dan kerja keras.
Dalam bukunya Menjaga Amanah Menata Langkah (2024), Kiai Syahid mengingatkan bahwa pendidikan di pondok pesantren memberikan bekal berharga bagi para santri. Beliau menekankan bahwa masa lalu bukan untuk disesali, tetapi untuk diambil pelajaran demi mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang lebih baik. Sebagaimana beliau sampaikan:
“Hasil pendidikan yang didapatkan dari pondok pesantren menjadi bekal bagi santri untuk menghadapi masa depan. Karena hidup bukan melihat ke belakang, tapi melihat ke depan. Masa lalu menjadi pelajaran untuk mempersiapkan masa depan.”
Pernyataan ini menggambarkan betapa Kiai Syahid mengajarkan para santri mempersiapkan diri menghadapi hari esok. Prinsip ini selaras dengan firman Allah dalam Surat Al-Ḥasyr [59]:18 yang mengingatkan kita agar selalu memperhatikan amalan yang telah kita persiapkan untuk ke depan:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Lebih dari sekadar pesan agama, Kiai Syahid juga mendorong para santri agar memiliki visi yang luas. Menurut beliau, latar belakang sosial bukanlah halangan untuk berpikir jauh ke depan. Meski seseorang terlahir dan dibesarkan di lingkungan kampung, bukan berarti pemikirannya harus terbatas oleh hal tersebut. Beliau menekankan:
“Biar pun kita terlahir di kampung, tapi pikiran harus menerawang ke mana saja di dunia ini untuk mempersiapkan ke masa depan. Jika kita berpikir ke masa depan dan mempersiapkannya dengan baik maka ada buah karya yang dihasilkan yang mendapatkan penghargaan dari orang lain.”
Pesan ini mengajak para santri untuk memiliki wawasan yang luas, terbuka terhadap dunia luar, dan tidak membatasi diri hanya pada pengalaman lokal. Beliau percaya bahwa dengan berpikir besar, seseorang dapat menghasilkan karya yang dihargai oleh banyak orang. Ini juga mengingatkan kita bahwa cita-cita besar hanya bisa tercapai jika disertai dengan usaha yang serius dan persiapan yang matang.
Kiai Syahid juga memberikan peringatan tegas agar para santri tidak memiliki pemikiran yang sempit dan terbatas. Beliau mendorong setiap individu untuk berpikir besar, layaknya orang kaya yang mampu melihat peluang dan bersaing dalam dunia yang lebih luas. Sebagaimana beliau katakan:
“Jangan punya pikiran kerdil, sempit, dan picik. Berpikirlah seperti orang kaya yang mampu menatap masa depan dan mampu untuk bersaing. Karena itu walaupun berada di pondok-pondok pesantren di kampung-kampung, ilmu jangan kampungan, pergaulan jangan kampungan, masa depan juga tidak boleh kampungan.”
Pesan ini merupakan dorongan bagi para santri untuk terus memperkaya ilmu, memperluas pergaulan, dan memandang masa depan dengan optimisme. Kiai Syahid ingin para santri menjadi pribadi yang berwawasan luas, mandiri, dan mampu bersaing di dunia global, tanpa melupakan akar agama dan moralitas yang ditanamkan di pesantren.
Sumber:
Tim Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza. 2024. Menjaga Amanah Menata Langkah. Jakarta: Quanta-Elexmedia-Gramedia.