Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Nadiem Makarim menyampaikan pengumuman Nomor: 698/sipers/A6/XII/2023 tentang Peringkat Indonesia pada PISA 2022, yang menunjukkan peringkat literasi Indonesia naik 5-6 posisi dibanding 2018.

Meskipun terjadi peningkatan, namun masih jauh dari kata memuaskan. Literasi Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara seperti Cina, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Budaya literasi di Indonesia harus ditingkatkan lagi.

Menurut Dr. Aan Rukmana, selaku Majelis Khidmat Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza, budaya literasi harus terus ditingkatkan karena memiliki tiga arti penting bagi sebuah bangsa. Pertama, menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini literasi berkaitan erat dengan kemampuan membaca, menulis, berpikir, dan memahami.

“Sebuah bangsa dibentuk berdasarkan kemampuan berpikirnya. Salah satu hal yang mendorong kemampuan berpikir ini adalah berkembangnya budaya literasi, yang terkait membaca, menulis, dan memahami. Sekarang, kalau bangsa Indonesia ingin maju seharusnya budaya membaca dan menulis ini berkembang di kita. Dan bukan hanya membaca dan menulisnya, tetapi mampu memahami apa yang dibaca dan ditulis,” ujar Dr. Aan pada Sabtu (30/12/2023) di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza ‘Izza.

Menurut Dosen Agama dan Falsafah Universitas Paramadina ini, untuk mendorong kemajuan bangsa Indonesia, tidak ada pilihan lain selain budaya literasi ditumbuhkembangkan. Ia pun menjelaskan bagaimana NKRI ini di bangun melalui budaya literasi para pemimpin bangsa.

“Sebagaimana kita ketahui, dulu para founding father kita berangkatnya dari literasi. Mereka adalah orang-orang yang berkecimpung di dunia literasi. Mereka adalah para aktivis yang biasa berkumpul, mendiskusikan suatu gagasan, suatu ide, tentang masyarakat, agama, filsafat, kebudayaan, kebangsaan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembentukan negara Indonesia, berdasarkan mereka yang ada di dunia literasi,” jelasnya.

“Untuk Indonesia merdeka, kesadarannya dibangun karena literasi, dan ke depannya lterasi berhubungan dengan kemajuan bangsa, sebagai prasyarat kemajuan bangsa kita,” lanjutnya.

Peranan budaya literasi yang kedua, menurut  Dr. Aan, berhubungan dalam memelihara dan merawat kebangsaan kita.

“Membangun suatu bangsa bukan proses sekali jadi, tapi proses yang harus terus dirawat. Mengapa harus dirawat? Karena jika tidak dirawat kita akan declaining dari sisi budaya bangsa. Kehidupan berbangsa ini akan kembali ke titik terendah ketika kemajemukan tidak dirawat, dan itu sangat mungkin terjadi di saat literasi juga tidak dikembangkan,” ujarnya.

Menurutnya, literasi itu termasuk pengenalan terhadap budaya, agama, dan tradisi lain, yang berperan dalam memperkuat ikatan seluruh unsur bangsa kita.

“Dapat dikatakan salah satu keuntungan literasi adalah merawat kehidupan bangsa,” katanya.

Ketiga, literasi bermanfaat untuk mikirkan masa depan kebangsaan.

“Literasi itu semacam prophetic calling, panggilan masa depan. Kenapa harus ada literasi, karena untuk menyiapkan kehidupan bangsa yang well ready generation, generasi yang sudah siap. Untuk apa? Untuk menghadapi berbagai macam tantangan, seperti saat ini yang disebut disruption era, industri 4.0, society 5.0, dan seterusnya. Tentu itu harus dipersiapkan,” jelas Dr. Aan.

“Yang melek literasilah yang akan mampu berkompetisi di masa depan,” lanjutnya.

Menurut Dr. Aan, hal ini merupakan suatu keniscayaan peradaban. Supaya bangsa Indonesia maju, harus berupaya mengembangkan literasi

“Sekali lagi, literasi penting bukan hanya untuk pembentukan dan perawatan bangsa, namun sekaligus untuk menyiapkan generasi di masa mendatang. Maka, Indonesia harus semakin giat di bidang literasi,” pungkasnya.